Sabtu, 31 Desember 2016

Rahasia Arumi



Dimuat di Majalah Bobo 


              Rahasia Arumi 
                                                                 Oleh : Ruri Irawati
Sudah dua hari ini, Farah bingung sekali. Sejak ia memberikan kado ulang tahun untuk Arumi, sahabat barunya, sikap Arum jadi berubah. Arum seakan sengaja menghindarinya. Tapi Farah tak tahu apa salahnya. Hmm… apakah mungkin karena kado celengan ayam itu ya, pikir Farah.
Arumi Putri adalah siswi pindahan ke sekolah Farah sejak sebulan yang lalu. Pertama kali dia muncul di sekolah, dia sudah mencuri perhatian teman-teman satu sekolah. Arumi datang ke sekolah dengan diantar mobil mewah. Sepatunya hitam mengkilap. Rambut dan kulitnya pun tak kalah berkilau. Cantik dan terawat. Ia begitu sempurna seperti seorang putri.
***
“Arum, kamu marah ya dengan kado celengan ayam yang murah itu?” Farah mendekati Arumi dan bertanya pelan. Hari ini Farah memutuskan untuk berbicara dengan Arumi. Ia tak tahan dijauhi oleh sahabatnya tanpa tahu alasannya.
“Maaf ya, kalau kamu nggak suka, kamu boleh kembalikan ke aku,” lanjut Farah. Arum hanya terdiam. “Tapi kita berteman lagi ya,” ajak Farah berbaikan. Perlahan Arum mulai menengok ke arah Farah dan menggeleng.
“Bukan Far, bukan karena kado yang murah. Tapi karena ada sesuatu yang belum bisa aku ceritakan sama kamu,” jawab Arum membuat Farah heran. “Aku ingin ceritakan sejak pertama kita kenalan, tapi belum berani,” lanjut Arumi.
“Cerita apa?” kali ini Farah yang penasaran.
“Nanti kamu pulang sekolah bareng aku ya. Ada yang ingin aku tunjukkan ke kamu,” jawab Arumi. Ah… Farah semakin dibuat penasaran.
“Kita berteman lagi, kan?” tanya Farah sambil tersenyum. Arumi merangkulnya sambil tersenyum
“Kita, kan, tak pernah bermusuhan!”
***
Tak seperti biasanya, pulang sekolah ini Farah ikut duduk di samping Arumi di dalam mobil mewahnya. Hati Farah bertanya-tanya, kemanakah tujuan mereka.
“Aku ingin nunjukkan rumahku ke kamu, Far,” tiba-tiba Arumi berkata menjawab pertanyaan Farah yang tak terucap.
“Rumahmu? Aku kan sudah tahu dimana rumahmu, Rum,” jawab Farah. Hatinya sedikit kecewa. Apa Arumi mau memamerkan isi rumahnya kepadaku? Pasti karena celengan ayam murah itu. Mungkin Arumi ingin menunjukkan kalau celengan ayam itu tak pantas berada di rumahnya yang isinya serba mahal. Huh… Farah menghembuskan napas kesal sambil menatap jalan dari jendela mobil di sampingnya. Namun, tunggu dulu, ini bukan jalan ke arah komplek mewah perumahan Arumi! Farah semakin bingung.
“Mau kemana kita, Rum?” tanya Farah lagi, memastikan.
“Tenang, Far, sebentar lagi kita sampai,” jawab Arumi sambil tersenyum.
Tak lama mobil berhenti di pinggir jalan. Arumi mengajak Farah turun dan menggandengnya memasuki gang kecil yang diapit rumah-rumah kecil saling berdempetan. Seribu pertanyaan di kepala Farah. Sampai akhirnya Arumi mengetuk pintu sebuah rumah kecil dan sempit.
Seseorang membuka pintu dari dalam. Farah kaget, ia mengenalinya! Bapak penjual celengan ayam, teriak Farah dalam hati. Farah membeli celengan ayam untuk Arumi dari bapak itu. Belum hilang kekagetan Farah, tiba-tiba Arumi mencium tangan si Bapak dan mengucapkan salam.
“Pak, ini temanku di sekolah. Farah namanya,” kata Arumi, “Farah, kenalkan ini bapakku, pengrajin dan penjual celengan ayam,” lanjutnya. Farah mencoba mengerti apa yang dikatakan Arumi.
“Ayo, masuk dulu. Sepertinya temanmu masih bingung, Arum,” ajak Bapak Arum. Segera Arumi memasuki rumah yang sempit itu diikuti dengan Farah. Farah memperhatikan isi ruangan yang penuh dengan celengan-celengan ayam yang siap untuk dijual. Tampak foto Arumi kecil yang diapit oleh bapak ibunya tergantung di dinding yang kusam.
“Silakan duduk, Farah. Maaf ya, rumah Bapak sempit. Bapak ambilkan minum dulu ya,” kata Bapak Arum dengan senyum ramah. Farah menganguk sopan.
“Pasti kamu bingung kan, kalau bapakku penjual celengan ayam?” tanya Arumi bercanda. Farah mengangguk menunggu penjelasan Arumi.
“Kuceritakan ya … Ini adalah rumah bapak dan ibu kandungku, Farah. Aku lahir dari keluarga sederhana. Ibuku meninggal 6 tahun yang lalu karena kecelakaan lalu lintas. Sejak itu aku diadopsi oleh Papa Mama yang sekarang. Papaku teman baik Bapak. Mereka baik dan mengajak aku tinggal di rumah mereka. Agar punya kamar sendiri dan belajar dengan baik. Kebetulan, Papa Mama tidak punya anak. Aku dirawat seperti anak Papa Mama sendiri,” Arumi bercerita panjang. “Sementara, Bapak ingin tetap tinggal di rumah ini. Aku diizinkan menengok Bapak kapanpun aku mau. Aku juga sering menginap di sini,” lanjutnya.
“Oh … begitu,”  kata Farah, mulai paham.
“Nah, aku kaget sekali saat kamu memberiku kado celengan ayam. Aku pikir, kamu tahu tentang rahasiaku. Aku takut kamu tak mau berteman lagi denganku,” lanjut Arumi.
“Bagaimana mungkin?” tanya Farah Bingung.
“Di sekolah yang dulu aku sempat punya sahabat. Dia menjauhiku ketika tahu aku hanya anak seorang penjual celengan ayam,” jelas Arumi lagi, “Aku berharap bisa tetap jadi temanmu, walaupun kamu tahu keadaanku, Far,” kata Arum pelan.
“Tentu saja Arum! Kau adalah sahabatku terbaik, tak peduli apa pekerjaan Bapakmu,” seru Farah sambil memeluk sahabatnya.
Ah… leganya hati Farah.  Masalah celengan ayam tak akan memisahkan persahabatan mereka.

Jumat, 30 Desember 2016

Proses Belajar di Kelas Kurcaci Pos

Mungkin banyak teman yang bertanya-tanya, bagaimana proses belajar di kelas menulis Kurcaci Pos. Ada sih, yang langsung inbox bertanya, dan senang hati saya akan jawab. Tapi bagaimana yang penasaran, tapi malu bertanya? Hehehe. Nah, biar teman-teman mengetahui proses kelas Kurcac i Pos, maka saya beberkan di sini. Biar tidak penasaran lagi hehehe...




Pembukaan kelas Baru
        Biasanya, setiap ada kelas baru Kurcaci Pos, maka saya akan umumkan di postingan facebook.  Setelah itu, bagi yang berminat, bisa inbox untuk mendaftar. Banyak juga yang awalnya komen di postingan. Hanya biasanya, langsung saya ajak lanjut di inbox.
       Dulu kelas kurcaci Pos itu maksimal 10 orang tiap kelas. Kemudian ada sistem pesan tempat. Nah, biar maksimal, maka kelas-kelas terakhir ini, cukup maksimal 6 orang saja, dan tidak ada pemesan tempat.  Jadi siapa yang duluan daftar, dia yang saya ikutkan. Bila lebih, maka saya masukkan daftar tunggu.

Postingan di Facebook
        Tapi saya juga memperhatikan keseriusan dan semangat yang mendaftar. Jadi kalau misalnya ada teman yang dulu daftar, terus batal tanpa konfirmasi, maka tidak akan saya terima. Soalnya selama ini alasannya karena lupa hehehe. Saya lebih suka memberi kesempatan teman-teman yang baru ikut, tapi dengan semangat menulis yang tinggi. 
         Nah, Setelah ada 6 orang mendaftar, maka otomatis pendaftaran saya tutup. Saya pun segera menghubungi mereka via inbox bersama. Selain konfirmasi untuk info kelas, saya juga mengkonfirmasikan nomor rekening saya untuk transfer fee kelas hehehe.
       Saya sengaja menetapkan waktu transfernya. Karena pengalaman dulu-dulu, sudah pesan tempat dan waktunya masuk kelas, ada yang tidak konfirmasi lagi. Setelah saya hubungi, katanya dia batal ikut. Kalau sudah begini, kasihan teman lain yang ingin ikut dan saya tolak kemarin. Jadi kalau sekarang ada batas waktunya, maka yang tidak transfer, saya anggap batal, dan masih bisa diganti teman lain.

Masuk kelas
      Setelah semua transfer, maka saya segera memasukkan teman-teman ke kelas yang memang sudah saya siapkan sebelumnya, yaitu di grup rahasia FB. Jadi hanya saya dan anggota yang bisa melihat hehehe.
        Biasanya, beberapa hari sebelum kelas. Selain bisa saling kenalan, teman-teman juga bisa melihat-lihat isi kelas. Saya memang selalu memposting duluan, contoh-contoh cerita saya yang dimuat di media anak. Jadi teman-teman sudah ada bayangan, cerita-cerita seperti apa yang sesuai dengan media yang akan dituju.
      
Contoh Postingan Cerita di Kelas
      Selanjutnya, prosesnya sama. Sebelum materi berlangsung, saya selalu posting contoh-contoh cerita dulu. Misalnya kelas senin depan materi fabel, maka hari sabtu atau minggu, saya sudah posting contoh fabel-fabel.

Proses belajar
      Proses belajar di kelas Kurcaci Pos, setiap materi diawali sharing dulu. Misalnya materi pertama adalah cerpen realis, maka kita akan sharing cerpen realis. Jadi saya posting materi singkat, teman-teman mengajukan pertanyaan, saya menjawab.
    Tentu saja, pertanyaannya tidak terbatas pada materi yang sedang disharing. Teman-teman boleh bertanya lainnya seputar dunia menulis cerita anak. Semakin banyak bertanya, malah semakin bagus, karena materi akan berkembang. Jadi kalau ikut kelas Kurcaci Pos, jangan ragu dan malu bertanya. Malu bertanya, sesat saat mengerjakan tugas hehehe...
         Setelah sharing selesai, maka teman-teman harus mengerjakan tugas sesuai materi. Misalnya materi sharing dongeng, maka teman-teman harus mengerjakan tugas menulis dongeng. Biar seru dan ada tantangannya, maka setiap tugas ada clue-nya. Jadi teman-teman terlatih mencari ide dari tantangan yang saya berikan. Waktu pengerjaan tugas seminggu. Yang penting sebelum materi baru berlangsung.
Beginilah Bentuk Koreksian Tugas

       Setelah mengerjakan tugas, teman-teman langsung setor ke saya. Tugas akan saya periksa. Bila masih ada koreksian, maka tugas saya posting di kelas dalam bentuk file. Tugas itu diunduh oleh si pemilik tugas, untuk dilihat balon-balon komentar dan catatan pada tugasnya. Dari masukan saya itu, teman-teman kembali merevisi tugasnya. Selesai merevisi, setor lagi ke saya. Tugas kembali saya periksa. Bila sudah saya ACC, maka tugas akan saya posting secara utuh di kelas. Tugas bisa dikirim ke media anak.
      Tugas ini, bisa diunduh siapa saja. Misalnya tugas si A, bisa diunduh oleh si B, C, D, E, dan F. Begitu juga sebaliknya. Jadi setiap ada tugas, teman-teman bisa mempelajari 6 tugas. Jadi bisa dijadikan pelajaran, agar semakin bagus saat mengerjakan tugas selanjutnya.
     Nah, begitulah proses kelas Kurcaci Pos. Simpel saja. Jadi saya tidak mengajarkan teori menulis ini dan itu. Tapi lebih pada pengalaman menulis saya. Berminat ikut kelas Kurcaci Pos? Silakan..
Kurcaci Pos


Rabu, 28 Desember 2016

Kelas Kurcaci Pos

Awal Mula Membuka kelas

       Kelas Kurcaci Pos adalah kelas menulis cerita anak online. saya membuka kelas ini, karena keinginan saya untuk berbagi pengalaman saya menulis cerita anak. Banyak sekali teman yang bertanya saya via inbox, bagaimana caranya menembus media anak, termasuk syarat mengirim naskah. Walau pengalaman saya cuma sedikit, tapi semoga bisa bermanfaat bagi teman lain.
       Awalnya, saya membuka kelas gratis. Namanya pun bukan kelas Kurcaci Pos itu gratis. Saya sengaja membuka audisi. Setiap orang mengirim naskah cerita anak yang ia tulis, lalu saya seleksi. Audisi ini pun berlaku hanya bagi teman yang baru belajar menulis, belum mempunyai buku, termasuk ceritanya belum pernah dimuat di media. Dari naskah yang masuk, saya memilih 3 peserta saja. Kelasnya pun hanya 4 kali, setiap minggu, dan 2 jam setiap pertemuan. Lalu setelah selesai materi, akan ada tugas menulis cerita.
       Saya membuka kelas  gratis ada 4 kali. Ada yang berhasil mengikuti kelas ini, namun lebih banyak yang usai kelas, kabarnya tidak ada. Bahkan ada yang saya keluarkan, karena tidak mengerjakan tugas, dengan alasan sibuk dan tidak punya waktu. padahal kalau memang niat menulis, maka waktu bukan masalah. Kita yang mengatur waktu menulis, bukan waktu menulis yang mengatur kita.
 

Kelas Kurcaci Pos

       Setelah itu, saya memutuskan untuk jeda sejenak membuka kelas. Namun beberapa teman menginbox saya. Mereka menanyakan, kapan buka kelas lagi. Termasuk yang pernah belajar di kelas Kurcaci Pos Gratis. karena saya melihat minat mereka besar, maka saya pun membuka kembali Kelas  kembali. Nah, biar seru, saya mencari nama kelas yang unik. Maka terpikirlah memberi nama kelas Kurcaci Pos. Namanya dari julukan saya, si "Kurcaci Pos" hehehe.
        Tapi saya tidak membuka pengumuman umum. Saya hanya mengontak teman-teman yang kemarin bertanya pada saya, dan memang serius belajar menulis cerita anak. Maka kelas pertama Kurcaci Pos online berbayar saya buka. Yang ikut hanya 6 orang. Ada 8 pertemuan.
Namun sayangnya, saat berlangsung, 2 orang tidak menunjukkan progres. Bahkan jarang masuk kelas. maka saya pun keluarkan. Apalagi mereka belum membayar uang kelas hehehe. Maka 4 orang kurcaci inilah yang melaju dan menyelesaikan kelas sampai selesai.
        Alhamdulillah, kelas Kelas Kurcaci pertama, ternyata banyak yang inbox saya. Mereka juga ingin ikut kelas kurcaci. Ternyata, 4 orang ini mempromosikan kepada teman yang lainnya. Maka Saya pun dengan senang hati membuka postingan umum. Tapi saya hanya menerima 6 orang saja. Akhirnya semakin lama, kuota kelas saya tambah, dan sekarang maksimal 10 orang tiap kelas. Dan sudah selesai 15 kelas. Sekarang masuk kelas ke 16.





 Sistem Belajar Kelas Kurcaci Pos  

        Mekanisme belajar kelas Kurcaci Pos sederhana saja. Setiap kelas, saya akan posting materi. lalu Kurcacies bertanya seputar materi. tentu saja boleh bertanya hal-hal lain, yang penting berhubungan dengan dunia menulis cerita anak. Curhat juga boleh. Misalnya kendala apa yang dihadapi saat sedang menulis cerita anak. karena itu, saya selalu menekankan, saat sharing berlangsung, terus bersemangat dan terus bertanya. manfaatkan waktu yang ada. Saya pun sesekali bercanda, "Ayo, terus semangat. Jangan biarkan saya makan honor buta!" atau "Semangat semua, biar nanti saya makan bakso tidak keselek, karena makan honor buta."
Saya juga selalu mengingatkan. Ikut kelas Kurcaci Pos jangan mau rugi. Bayar 350 ribu, harus bisa menghasilkan 3,5 juta, atau 10 cerita dengan honor 350 ribu.
         nah, selesai tiap materi, ada tugas. Tentu saja ada deadlinenya. Misalnya kelasnya senin, maka deadlinenya kamis atau jumat. Biar ada seru, tiap tugas ada tantangannya. Bisa hanya clue, nama tokoh, atau gambar. Kemudian saya akan koreksi dan posting di kelas. Yang belum pas, harus revisi. Yang sudah pas, bisa langsung kirim ke majalah anak. Bahkan d luar kelas, kurcacies tetap bisa inbox saya untuk bertanya.
        Alhamdulillah... sudah banyak cerita kurcacies dari hasil tugas yang dimuat.







                 
                                         Koreksian Tugas yang menggunakan balon Komentar


          Ahamdulillah, hasil tugas-tugas kelas Kurcaci Pos, sudah dimuat di berbagai media anak Indoensia. Bila teman-teman ingin membacanya, silakan mampir ke RUMAH KURCACI POS. Kebetulan sudah ada beberapa yang saya posting.


Kelas Kurcaci Pos Agustus 2017

       Kelas Kurcaci Pos akan kembali membuka kelas baru.

Inilah materi yang akan kita sharing :
1. Cerpen anak realis
2. Dongeng
3. Fabel
4. Cerita misteri dan cerita detektif

Kelas akan berlangsung, Mulai selasa 1 Agustus, pukul 19.00 - 21.00 wib.
selanjutnya, kelas akan berlangsung setiap hari dan jam yang sama.

setiap materi akan ada tugas dan ada deadlinenya. Jadi yang ikut, harus terus bersemangat. usahakan semua naskah tugas selesai. Jadi siapa kirim ke media.
Ikut kelas Kurcaci Pos jangan mau rugi.
Bayar 250 ribu, harus minimal menghasilkan uang 1 juta.
Hanya ada 6 kursi yang tersedia.

Tidak ada sistem pemesanan tempat. Ini untuk menghindari, menutup kesempatan bagi teman lain. Karena biasanya, ada yang sudah memesan tempat jauh hari, namun menjelang kelas dibatalkan.

Biaya kelas 250 ribu dan dibayar di depan

Silakan yang ingin ikutan.
Bisa langsung inbox.
Ingat ya, yang berminat harus serius, dan terus bersemangat belajar menulis cerita anak.
Salam semangat menulis, teman-teman...

Selasa, 27 Desember 2016

Roti Manis Kurcaci Rovio


Dimuat di Majalah Bobo

                                            Roti Manis Kurcaci Rovio 
                                                   Oleh Dian Sukma Kuswardhani
Setiap kali melewati toko roti kurcaci Bred, kurcaci Rovio selalu sengaja berjalan lambat. Aroma roti yang baru dipanggang menggelitik hidungnya. Kalau sudah begitu, ia pasti akan singgah membeli beberapa buah roti lezat Bred.
“Bred, apa rotimu sudah matang?” tanya Rovio masuk ke dapur toko Bred.
“Baru kupanggang, Rovio. Kau mau menunggu?” jawab Bred. Ia bekerja sendiri di dapur.
Kurcaci Bred sedang membentuk adonan roti yang akan dipanggang berikutnya. Ada yang diberi isian cokelat, almond cincang, keju, selai kacang, kismis, juga sosis dan daging. Rovio tertarik memperhatikannya. Bred sangat mahir membentuk adonan roti itu. Hasilnya tampak cantik dan menggugah selera. Apalagi kalau sudah keluar dari pemanggang.
“Apa orang biasa sepertiku bisa membuat roti semacam itu?” tanya Rovio penasaran.
“Bisa saja. Membuat roti itu sangat mudah, Rovio.”
“Kau mau mengajariku?” tanya Rovio ragu.
“Dengan senang hati. Kau bisa mencoba membuat rotimu sendiri di rumah. Nanti akan kuberi tahu resep dan cara membuatnya.”
Rovio senang. Ternyata Bred tidak pelit membagi pengetahuannya. Ia ingin mencoba membuat roti sendiri. Tampaknya asyik dan menyenangkan.
Rovio membawa pulang catatan dari Bred. Sebelumnya ia mampir ke pasar untuk membeli bahan-bahan pembuat rotinya. Ia perlu sekantong terigu, sekantong gula, sebotol susu, sebungkus ragi, sekotak mentega, beberapa butir telur, dan sedikit garam.
Sampai di rumah, Rovio langsung mencoba membuat roti. Ia mencampur dan mengaduk semua bahan rotinya. Susah payah Rovio menguleni adonan yang mulai liat itu. Ia meremas, menggilas, dan membanting adonan rotinya seperti yang diajarkan Bred.
Kata Bred, adonannya harus diuleni sampai kalis dan elastis. Adonan yang sudah kalis, tidak menempel-nempel lagi di tangan. Sedangkan adonan yang elastis, tidak mudah robek bila ditarik dan dilebarkan. Rovio mengetes adonannya.
“Berhasil!” serunya senang. Sekarang, Rovio menyimpan adonannya agar mengembang dan menjadi lebih besar.
Rovio menunggu sampai bosan. Setiap memeriksa adonan rotinya, tidak terjadi perubahan apa-apa. Rovio jadi kesal. Padahal ia sudah lelah dan mengantuk. Akhirnya ia memutuskan pergi tidur.
“Semoga besok pagi adonanku sudah mengembang,” gumam Rovio.
Keesokan harinya, adonan Rovio masih tetap sama seperti saat ia tinggal tidur. Rovio bingung. Ia bergegas membawa adonannya ke toko Bred.
“Bred, sepertinya ada yang salah dengan resepmu. Adonan rotiku tak mau mengembang.”
“Apa kau sudah melakukan sesuai catatan dariku?” tanya Bred.
Rovio mengingat-ingat, “Sepertinya begitu,” jawab Rovio ragu.
“Kau tidak menambahkan garam di awal mencampur bahan rotimu, kan?”
Rovio meringis, “Aku mencampur semuanya di awal.”
“Nah, itulah masalahnya. Biar kujelaskan. Adonan roti bisa mengembang karena ada ragi. Ragi itu sejenis jamur. Ragi memakan gula yang ada di adonan roti dan menghasilkan gas. Gas itulah yang membuat adonan tampak membesar. Kalau ragi langsung bertemu garam, dia bisa mati. Akibatnya seperti adonanmu ini,” jelas Bred. Rovio tersipu.
“Oh, maafkan aku Bred. Kalau begitu aku akan mencobanya lagi.”
Rovio pun pulang. Adonannya yang gagal dipanggang oleh Bred lantas dihancurkan dan ditabur di atap untuk makanan burung.
Kali ini Rovio mengikuti cara yang dituliskan Bred. Ia menguleni lalu menyimpan adonannya agar mengembang.
Rovio sangat senang melihat adonannya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Ia segera membentuk dan memberi isian pada adonan rotinya. Meski tak semahir Bred, bentuk roti Rovio cukup lumayan. Ia paling suka membentuk roti kepang dan roti gulung.
Harum aroma roti dipanggang memenuhi dapur Rovio, “Rotiku pasti seenak roti Bred.”
Begitu roti itu matang, Rovio langsung mencicipi rotinya.
“Huek! Bweh!” serunya saat mengunyah gigitan pertama. Rovio membawanya ke toko Bred.
“Bred, kenapa rotiku jadi begini?” pekik Rovio membuat Bred yang sedang memanggang roti terkejut.
Bred mencicipi roti Rovio. Rasanya pahit dan aromanya asam.
“Kau memasukkan semua ragi ke adonannya ya?” tanya Bred. Rovio mengangguk.
“Aku kan menulis setengah bungkus saja. Rotimu kebanyakan ragi, Rovio.”
“Aaaa! Kenapa selalu saja ada yang salah?” teriak Rovio. Bred tertawa geli.
“Sudah kubilang, membuat roti itu mudah. Asal kau tahu caranya. Aku sudah memberi tahu resep dan langkah-langkah membuatnya. Ikutilah dengan teliti,” saran Bred.
Meskipun berkali-kali gagal, Rovio tidak menyerah. Ia membeli bahan roti lagi. Lalu mencoba membuat roti dengan teliti seperti petunjuk dari Bred. Rovio ingin menikmati roti lezat yang dibuat tangannya sendiri.
“Aaaa emmmm,” Rovio menggigit roti yang baru keluar dari panggangannya.
Ia mengunyahnya perlahan, “Hmmmmmm …,”
Rovio lari melesat ke toko Bred seperti atlet.
“Bred, cepat cicipi rotiku!” serunya sambil menarik tangan Bred yang belepotan adonan roti.
Bred memakan roti Rovio pelan-pelan. Rovio menatapnya sambil menunggu kata-kata keluar dari mulut Bred.
“Wow, rotimu lezat dan manis, Rovio. Kau berhasil,” ucap Bred membuat Rovio terlonjak saking senangnya.

Minggu, 25 Desember 2016

Lipi Tak Mengulangi Lagi

                                    
Ilustrasi : Diani Apsari

     Pili  dan Lipi adalah dua kurcaci  kembar. Walau wajah mereka hampir sama, tetapi sifat mereka berbeda. Pili kalem, ramah, penolong dan suka bernyanyi, sedangkan Lipi ceria, lincah dan suka tertawa, namun kadang cepat marah.
     Hari ini, Nyonya Pilo menyuruh kedua anak kembarnya itu pergi ke hutan jamur. Selain mencari jamur untuk persediaan seminggu, Pili dan Lipi akan mencari buah-buahan segar, juga bunga-bunga cantik utuk hiasan rumah. Terkadang, Pili membagikan bunga-bunga cantik itu pada Nyonya Molia, tetangga mereka.
       Hutan jamur itu letaknya di dekat air terjun dan sungai dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Pili dan Lipi juga harus melewati hutan buah. Perjalanan lumayan jauh. Makanya, Pili dan Lipi harus berangkat pagi-pagi sekali, agar mereka tidak kemalaman sampai di rumah.
     Lalala…Lilili… sepanjang jalan Pili bersenandung riang, Keranjang rotan di tangannya bergoyang-goyang. Sementara Lipi hanya asyik memperhatikan burung-burung yang sedang berkicau di dahan pohon. Sesekali, Lipi mengambil bunga liar, lalu menyelipkan di cupingnya. Lipi dan Pili tidak perlu khawatir, karena di hutan buah tidak ada hewan buas.
     Setelah satu jam berjalan, Pili dan Lipi memutuskan berhenti. Mereka beristirahat  sejenak di bawah pohon mangga yang rindang.
     “Wah, pohon mangga ini lagi berbuah!seru Pili.
     Lipi lalu mencari sebatang ranting untuk dijadikan galah mengambil mangga. Hup..hup.. Lipi menyodok-nyodok sebutir mangga. Pluk, akhirnya satu buah mangga itu jatuh. Lipi langsung memakannya.
    “Rasanya manis sekali, kata Lipi gembira.
     Pili ikut menyodok sebuah mangga. Tanpa kesulitan, Pili berhasil menjatuhkan satu buah mangga.
     “Iya, manis,” kata Pili lalu kembali mengunyah daging mangga.
     Lili menyodok mangga lagi. Kali ini ia tidak menjatuhkan sebutir, tapi ada tiga biji mangga yang berhasil ia jatuhkan. Dengan cepat, Lili menghabiskan satu biji mangga
     “Lipi, jangan terlalu banyak makan mangga. Perutmu bisa sakit,” Pili mengingatkan Lipi.
      “Ah, tak apa-apa. Mangga ini sangat manis, tukas Lipi.
     “Tapi jangan berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” kata
Pili.
     “Memangnya kenapa? Kalau kamu mau, makan saja mangga ini juga.”
     “Bila kamu tidak mau sakit, maka kamu harus menjaga kesehatanmu sendiri,” kata Pili lagi.
     Lipi tidak menghiraukan nasihat Pili. Ia terus saja memakan dua mangga yang tersisa. Bahkan Lipi menyodok beberapa buah mangga lagi.
     Ehm,  rasanya manis sekali. Kapan lagi bisa makan buah mangga semanis ini, gumam Lipi.
      “Lipi, kita harus bergegas sampai ke hutan jamur,” Pili mengingatkan saudara kembarnya, karena sinar matahari yang menerobos hutan terasa terik.
      “Iya, ayo kita berangkat. Perutku juga sudah kenyang. Tenagaku pasti kuat memetik jamur,’ kata Lipi bersemangat sambil mengikuti Pili.    
     Namun baru beberapa meter berjalan, mereka menemukan pohon rambutan. Pili langsung memetik 1 biji rambutan.
     “Wah, rambutan ini manis sekali,” kata Pili.
    
Lipi tidak mau kalah. Ia memetik satu. “Iya, manis. Ayo kita makan rambutan dulu, Pili!” ajak Lipi sambil memetik beberapa rambutan.
   
 Pili menggeleng.
     “Kenapa?” tanya
Lipi heran.
     “Aku takut sakit perut. Tadi aku sudah makan mangga.”
      “Ah, tak apa-apa. Biar perut kita yang mengaturnya,” canda Lipi
     Pili memilih diam dan memperhatikan saudara kembarnya asyik makan buah rambutan.
      “Aduh, perutku.” Tiba-tiba Lipi mengaduh
     Pili bingung melihat Lipi mengadu terus. Akhirnya Pili memutuskan mengajak pulang Lipi, dan tidak jadi ke hutan jamur.
     “Apa yang terjadi pada
Lipi?” tanya Nyonya Pilo khawatir.
     Pili menceritakan pada Ibunya.
     “Tadi Aku sudah mengingatkanmu, Lipi
! Bila kamu tidak mau sakit, maka kamu harus menjaga badanmu,” kata Pili.
      Akhirnya, sepanjang sisa hari itu, Pili hanya berbaring di tempat tidur. Berkali-kali Pili harus ke kamar mandi. Untunglah Nyonya Molia berbaik hati meminjamkan persediaan jamurnya. Nyonya Pilo pun bisa membuatkan sup jamur untuk Lipi
     “Pili, maafkan aku, ya! Gara-gara aku, kita tidak jadi memetik jamur,” ucap Lipi menyesal.
     “Sudahlah, tidak apa-apa! Yang penting, jangan kamu ulangi lagi. Kamu sendiri kan, yang rugi,” kata Pili
     Lipi mengangguk lalu memeluk Plili. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu lagi, karena hanya merugikan dirinya sendiri..

     

Kamis, 22 Desember 2016

Buku-buku Andaru

Dimuat di Majalah Bobo


Buku-buku Andaru
Gita Lovusa

Andaru berjalan menuju kamarnya dan melihat tumpukan buku yang berserakan. Sudah sejak lama, ia ingin memberikan sebagian buku-buku yang sudah dibaca kepada orang yang memang ingin membacanya.
“Ma, aku mau kasih sebagian buku-bukuku yang sudah lama. Kasih ke siapa ya, Ma?” tanya Andaru.
“Coba kamu cari tahu,” usul Mama.
Keesokan harinya di sekolah, Andaru menawarkan buku-buku itu pada teman sebangkunya, Dindy. Sebelumnya ia sudah menuliskan judul buku yang mau diberikan.
“Ini buku cerita anak bergambar, Din,” ujar Andaru. “Gambarnya seru, ceritanya pendek. Kamu pasti suka!”
Dindy menggeleng, bahkan ia tak meminta Andaru untuk membawa bukunya besok. Andaru tahu Dindy kurang suka membaca, tapi ia sedikit berharap Dindy mau mencobanya.
Setelah pulang sekolah, Andaru mampir ke Warung Kampung dekat sekolahnya. Ia membeli makanan kecil. Saat memilih-milih makanan ringan, Andaru melihat dua anak perempuan yang sedang duduk di dekatnya. Dua anak itu berpakaian kusam dan rambutnya terlihat kasar. Dari isi kardus yang dipegang oleh anak yang lebih besar, Andaru menduga mereka mengumpulkan gelas dan botol plastik bekas untuk dijual kembali. Andaru mendengar pembicaraan mereka.
“Ini apa, Kak?” tanya anak berambut pendek.
“Kayaknya sih, buku cerita,” sahut kakaknya.
“Bagus.” Anak berambut pendek melihat buku yang dipegangnya. Ia membalik-balik halamannya. Menurut Andaru, warna buku itu lusuh dan sampul bukunya pun sudah rusak di sana-sini.
Andaru mendekati kedua anak perempuan itu. “Adik suka baca buku, ya?”
Anak berambut pendek tampak kaget dengan kehadiran Andaru. Ia diam dan mendekat ke kakaknya. “Ditanya tuh, Nalang suka baca enggak?”
Nalang yang masih bersembunyi di balik bahu kakaknya, sedikit mengangguk. Buku tadi tetap dipegangnya.
Wajah Andaru berubah ceria. “Pas! Kakak punya buku-buku cerita untuk Nalang. Mau?”
“Mau..,” jawab Nalang dengan suara yang sangat pelan.
“Besok ke sini lagi, ya. Kakak bawakan buku-bukunya.”
Nalang memandangi kakaknya. “Kak Imung?”
“Sama Kak Imung juga.”
“Oke, besok kita bertemu di sini, ya,” seru Andaru semangat.
Sambil berjalan pulang, Andaru terus memikirkan kejadian hari ini. Bisa enggak ya, membuat kedua rencananya terwujud?
Di rumah, Andaru merapikan buku-buku yang mau diberikannya. Jumlahnya ada dua puluh buku. Besok, ia berencana membawanya semua ke sekolah.
***
Esok harinya, selain menggendong tas punggung, Andaru juga membawa dua tas plastik yang berisi buku. Dindy memandanginya heran. “Untuk apa bawa buku sebanyak itu, Ru?”
“Buku-buku ini mau kuberikan ke Nalang.”
“Nalang? Siapa itu?” tanya Dindy.
“Anak yang menemani kakaknya mengumpulkan gelas dan botol plastik bekas dari tempat sampah, Din.”
“Hiiiy..,” ujar Dindy sambil menunjukkan ekspresi jijik.
“Lho kok, hiiy? Nalang itu keren. Jangan lihat penampilannya, lihat dong, kesukaannya.” Lalu Andaru menceritakan kejadian kemarin saat pertama kali bertemu Nalang.
Dindy pun jadi penasaran dengan buku-buku yang dibawa Andaru. “Nanti aku lihat bukumu ya, Ru!”
“Boleh. Tapi nanti kembalikan lagi, ke tas plastik, ya!”
Sebelum bel masuk berbunyi, Dindy mengambil satu buku. Meski kalimatnya sedikit, ia merasa enggan membacanya.
 “Gimana? Bagus kan, ceritanya?”
“Iya, iya, bagus,” ujar Dindy berbisik. Ia malu mengakui kalau hanya melihat sekilas gambarnya.
“Nanti kalau kamu mau dan bisa, ikut aku yuk, bertemu Nalang di Warung Kampung,” ajak Andaru.
Dindy mengangguk cepat. Ia bersemangat mendengar Warung Kampung karena ada beberapa makanan yang disukainya di sana.
Sepulang sekolah, Andaru dan Dindy membawa masing-masing satu tas plastik. Mereka berjalan menuju Warung Kampung. Dua sahabat baik itu membeli beberapa makanan untuk dimakan di sana, sambil menunggu Imung dan Nalang. Tak berapa lama, Nalang datang bersama kakaknya.
Nalang datang masih malu-malu, ia merangkul lengan kakaknya. Andaru menyambut mereka dan mengajaknya duduk bersama. Lalu Andaru mengangkat dua tas plastik ke atas meja. “Ini semua buat Nalang.”
Kakak beradik itu terkejut. “Semuanya, Kak?” tanya Imung.
“Iya,” sahut Andaru mantap.
Tanpa suara, Nalang langsung mengambil satu buku. “Eh, bilang dulu.” Imung mengingatkan.
“Enggak apa-apa. Memang buat Nalang, kok.”
Nalang yang masih berusia enam tahun dan belum lancar membaca, asyik mengamati gambar di halaman itu satu per satu.
“Nalang begini, Kak, kalau ketemu buku. Enggak bersuara,” sahut Imung, sedikit enggak enak pada Andaru karena Nalang belum bilang apa-apa. “Terima kasih ya, Kak.”
Andaru mengangguk. Diam-diam, mata Dindy terpaku pada Nalang.
Sepulangnya dari Warung Kampung, Dindy mencolek lengan Andaru. “Ru, boleh enggak, aku mampir ke rumahmu sekarang?”
“Boleh. Kok tiba-tiba, Din?”
“Ehm..ini.. Aku mau lihat koleksi bukumu yang lain. Siapa tahu ada yang aku suka. Boleh, kan?”
“Waaah, ya boleh sekali, Dindy. Yuk!”
Dalam hati, Andaru tersenyum. Selain sudah berbuat kebaikan minggu ini, ia juga sudah memenuhi janji lamanya pada diri sendiri, yaitu membuat Dindy tertarik membaca buku.[]







Rabu, 21 Desember 2016

Jejak-jejak menulis Kurcaci Pos

       Daftar cerita anak yang dimuat
            


         Majalah Bobo :
1.      Arti Kehidupan (Bobo 36, 2005)
2.      Ronni dan Kecoak (Bobo 52, April 2006)
3.      Rahasia diriku (Bobo 19, Agustus 2007, Pemenang harapan lomba cerita misteri)
4.      Puteri Katalina (Bobo no. 29, 2008)
5.      Nyi Ringgi (Bobo no.30, 2008)
6.      Kembar Juga Berbeda (Bobo 44, Februari 2009)
7.      Maafkan Aku, Rika (Bobo , Agustus 2009)
8.      Katakan dengan Indah (Bobo 42, Januari 2010)
9.      Ikan Mas Koki untuk Andi (Bobo 43, Februari 2010)
10.  Puteri Swasti (Bobo 44, Februari 2010)
11.  Mesin-mesin pencetak uang (
12.  Sepeda 2 In 1
13.  Gelang persahabatan (Bobo
14.  Siapa yang paling Enak (Bobo 34, November 2011)
15.  Gaun Istimewa Listy
16.  Rahasia Breno
17.  Gigi-gigi Sipi
18.  Sapu Terbang Ricca
19.  Putu dan Made
20.  Kejutan Untukku
21.  Bello Kurcaci
22.  Tiga Anak Kucing
23.  Mochi-mochi Cici (Bobo 49
24.  Parfum Nyonya Rosela (Bobo 51, 28 Maret 2013)
25.  Payung Alice (Bobo 52, 4 April 2013)
26.  Sapu Tangan Tidur Nyenyak  (Bobo  8, 30 Mei 2013)
27.  Sup Jamur Riri (Bobo 17, 1 Agustus 2013)
28.  Tempat yang Indah (Bobo 25, 26 September 2013)
29.  Karpet Biru Mama (Bobo, 17 April 2014)
30.  Rori (Bobo, 11 September 2014)
31.  Bolu Cokelat Panggang (Bobo 27, 9 Oktober 2014)
32.  Bantal Tidur Nyenyak (Bobo 29, 23 Oktober 2014)
33.  Si Tuan Garam dan Nyonya Gula (Bobo 30, 30 Oktober 2014)
34.  Cecilia (Bobo 31, 6 November 2014)
35.  Pipo Takut Buah Ceri (Bobo 32, 12 November 2014)
36.  Mama Ana Pinguin (Bobo 32, 12 November 2014)
37.  Musim Dingin yang Panjang (Bobo 33, 20 November 2014)
38.  Nyonya Penukar Rahasia (Bobo 34, 27 November 2014)
39.  Elenor (Bobo 35, 4 Desember 2014)
40.  Kacamata Ceria (Bobo 36, 11 Desember 2014)
41.  Peri Rucci (Bobo 37, 18 Desember 2014)
42.  Kebahagiaan Pak Ed dan Bu Fad (Bobo 38, 25 Desember 2014)
43.  Guci Antik Pak Willy (Bobo 39, 1 Januari 2015)
44.  Sapu Terbang Nenek Pelipe (Bobo 40, 8 januari 2015)
45.  Riri Adikku (Bobo 41, 15 Januari 2015)
46.  Pete Penyapu Gerbong Asap (Bobo 42, 22 Januari 2015)
47.  Berbagi Keceriaan (Bobo 43, 29 Januari 2015)
48.  Toko Roti 3  + 3 (Bobo 44, 5 Februari 2015)
49.  Pangeran Pelik Tidak Bersedih Lagi (Bobo 45, 12 Februari 2015)
50.  Ada penghuni di Parabola (Bobo 46, 19 Februari 2015)
51.  Batu permata Biru Pak Odie (Bobo 46, 19 Februari 2015)
52.  Toko mata Jeli
53.  Koki Rakani (Bobo 47, 26 Februari 2015)
54.  Ijazi dan Ahmad (Bobo 49, 12 Maret 2015)
55.  Kuali Pak Pito (Bobo 9, 4 Juni 2015)
56.  Hadiah Menyenangkan (Bobo 13, 2 juli 2015)
57.  Asep Anak Kampung (Bobo 15, 16 Juli 2015)
58.  Grody si Pengkhayal (Bobo 17, 30 Juli 2015)
59.  Bunga-bunga Bu Pillo (Bobo 27, 8 Oktober 2015)
60.  Gaun Bu Lastri (Bobo 28, 15 Oktober 2015)
61.  Toko Pak Allan (B0b0 29, 23 Oktober 2015)


          KOMPAS ANAK
1.      Sama-sama Norak (Cerita- cerita, 15 Februari 2009)
2.       Mengusir Cemburu (Utama – minggu 29 Februari 2009)
3.      Bebaskan Dirimu Dari Lingkaran itu (cerita cerita)
4.      Melani Tidak Sedih lagi (Cerita cerita)
5.      Ayo, Bertanggung Jawab
6.      Aku Punya Rahasia
7.      Jurus Penakluk Hati nenek
8.      Tas Kacang Bawang
9.      Nenek Badriyah
10.  Jangan Asal kompak
11.  Resensi buku Puisi Raisa
12.  Resensi buku Jack Brenin
13.  Upah yang Bermanfaat*
14.  Punya Saudara untuk Disayang (Artikel Utama : Minggu 2 Juni 2013)
15.  Temanku Timing (Minggu, 5 September 2013)
16.  Makananku Basi (mnggu, 22 Sepetember 2013)
17.  Untung Ada Nera (kompas minggu, 15 Desember 2013)
18.  Serupa Tapi Tak Sama (Kompas Minggu, 9 Maret 2014)
19.  Resensi Misteri Pulau Betuah (Kompas Minggu, 1 Juni 2014)
20.  Asyiknya Mudik Lebaran (Utama, Kompas Minggu 20 Juli 2014)
21.  Resensi Mahkota Kaca untuk Ayah dan Bunda (Kompas minggu 12 Oktober 2014)
22.  Cukur Ceria (Kompas minggu, 30 November 2014)
23.  Ibu Selalu di Hatiku (kompas minggu, 21 Desember 2014)
24.  Ayahku Paling Hebat (Kompos Minggu, 8 Maret 2015)
25.  Bruno (Kompas Minggu, 22 November 2015)

          NUSANTARA BERTUTUR
1.      Kama dan Raka (29 Juni 2014)
2.      Semua ada gunanya


           KUMPULAN DONGENG PUSTAKA OLA
1.      Soja
2.      Arti kehidupan3
3.      Ronni dan kecoak
4.      Kembar juga berbeda
5.      Rahasia diriku
6.      Puteri Swasti
7.      Nyi Ringgi
8.      Kembar Juga berbeda
9.      Terima kasih, Rika
10.  Katakan dengan Indah
11.  Ikan Mas Koki Untuk Andi
12.  Semua ada Gunanya
13.  Buku-buku Kobi (kumdong 80, April 2013)
14.  Si Nona Satu Kali (kumdong 80, April 2013)
15.  Benang Emas Lolo (Kumdong 81, Juni 2013)
16.  Kodi dan Kada (Kumdong 82, Agustus 2013)
17.  Toko Pita Nyonya Glory (Kumdong 82, Agustus 2013)
18.  Hadiah Untuk Amelia (Kumdong 83, Oktober 2013)
19.  Peri Periko (kumdong 83, Oktober 2013)
20.  Sepatu istimewa Pak Ed (Kumdong 83 Oktober 2013)


                 MAJALAH GIRLS
1.      Maafkan Aku, Kak Lira
2.      Sms dari Dito
3.      Pengagum Diam-diam
4.      Membantu Atikah
5.      Nenek Arita
6.      Rahasiaku
7.      Menjadi Model
8.      Cangkir cantik Ibu
9.      Tante Rian (Girls 24,  2 Juli 2014)
10.  Sakitnya di sini (Girls 14, 11 Februari 2015)
11.  Ak Ingin Cantik

          *  Tinta Cummi (Majalah Mombi)
          *Misteri Aku dan Ayu (Majalah Kreatif No.1, Januari 2009)