Senin, 19 Desember 2016

10 tips Menulis Cerita Anak

    

 Salam, teman-teman Kurcaci Pos...
      Kali ini Kurcaci Pos akan membagikan sedikit tips, apa saja sih, yang harus dilakukan saat  menulis cerita anak. Soalnya banyak yang bilang, menulis cerita anak itu susah. Ada juga yang bilang, menulis cerita anak itu gampang. Tapi Pas menulis, ternyata mengeluh susah hehehe.
      Sebenarnya menulis cerita anak itu tidak susah kok. Kenapa? Karena semua kan, bisa dipelajari. Asal terus semangat, pasti bisa. Nih, Kurcaci Pos kasih tau tipsnya. Sila disimak, ya.

1.      Pertama, cari ide. Ya iya lah.. kalau tidak ada ide, apa yang mau mau ditulis hayo? Hehehe. Nah, karena ini cerita anak, maka carilah ide yang cocok dan berhubungan dengan dunia anak. Karena itu, perlu sekali mengetahui pembaca media yang kita tuju. Jangan sampai pembaca media itu anak SD usia 7-12 tahun, cerita kita usia 13 tahun. Jadi kalau naskah kita ditolak, bukannya tidak bagus, hanya kurang pas saja.

2.      Setelah ide didapat, segeralah menentukan elemen cerita. Mulai dari menentukan tokoh, menentukan konflik, menentukan ending, lalu menentukan alur. Kok ending dulu baru alur? Jadi Kurcaci Pos selalu menentukan endingnya baru menyusun alur. Ibaratnya ending itu sebuah tujuan. Kalau kita sudah menentukan tujuan, tinggal mencari jalan sampai ke tujuan itu.

3.      Bahan ceritakan semua sudah lengkap, maka saatnya menulis. Yang perlu diperhatikan adalah gaya bercerita sesuaikan dengan gaya bercerita anak-anak. Banyak sekali teman-teman yang masih terjebak gaya menulis orang dewasa. Akhirnya ceritanya kaku dan kurang pas untuk anak-anak. Untuk mendapatkan gaya bercerita anak-anak, caranya tidak susah kok. Sahabat bisa banyak-banyak mengamati bagaimana gaya anak-anak saat bercerita pada temannya. Cara lain, banyak membaca cerita-cerita anak. Baik di media atau di buku.


4.      Usahakan saat menulis cerita anak, sahabat bermetamorfosis sebagai anak-anak. Masuk ke dalam tokoh cerita. Dijamin masalah point dua tidak akan dihadapi, karena kita berlaku selayaknya tokoh dalam cerita. Kalau tokohnya usia 10 tahun, ya kita berlaku selayaknya anak usia 10 tahun. Banyak teman yang terjebak. Tokohnya anak usia 10 tahun, tapi gaya bicara dan sikapnya seperti orang dewasa. Jadi seolah-olah orang dewasa masuk ke dalam tubuh anak-anak. Perlu juga diperhatikan. Walau usianya sama, tapi gaya bercerita anak laki-laki dan anak perempuan itu berbeda. Jadi tinggal disesuaikan saja.

5.      Usahakan opening cerita anak itu menarik. Karena opening itu, ibaratnya iklan ‘kesan pertama harus mengoda’. Dan memang benar. Kalau opening itu sangat menentukan. Pembaca bisa terus membaca cerita kita, atau langsung pindah ke cerita lain. Untuk cerita anak di media, Kurcaci Pos selalu langsung masuk pada konflik cerita. Kenapa? Karena kan, cerita anak di media dibatasi halaman dan kata. Jadi kalau openingnya bertele-tele, panjang x lebar, sepanjang jalan tol, dijamin kita akan kesulitan mengeksekusi cerita kita dengan halaman, jumlah kata, atau jumlah kata yang tersedia.

6.      Setiap cerita anak yang kita tulis, usahakan ada “sesuatu yang diambil” oleh anak-anak. Bisa pesan moral, bisa pengetahuan, bisa juga pesan moral ditambah pengetahuan. Karena pada dasarnya, lewat cerita, kita ingin menyampai sesuatu pada anak-anak. Terkadang ada sahabat yang keasyikan menulis seperti diary. Ceritanya panjaaaang... terkesan asyik, tapi tidak ada konfliknya. Akhirnya tidak ada penyelesaian konflik, yang mengiring pada penyampaian pesan cerita.


7.      Usahakan jangan terlalu menggurui. Caranya, tidak menyampaikan pesan lewat mulut tokoh dewasa. Jadi biarkan anak-anak menikmati cerita kita, namun setelah membaca, ada sesuatu yang mereka dapatkan. Pesan sebaiknya disampaikan oleh tokoh anak-anak dalam cerita itu. Bisa juga kok pesan disampaikan secara tidak langsung. Jadi hanya tersirat dalam cerita. Jadi memasukkan tokoh orang tua itu juga disesuaikan dengan kebutuhan cerita. Kurcaci Pos tidak akan memasukkan tokoh orang dewasa, bila tidak perlu.

8.      Usahakan konflik cerita diselesaikan oleh tokoh anak-anak dalam cerita. Bisa tokoh utamanya sendiri, atau temannya, sepupunya, kakaknya, dan sebagainya. Asal usianya tidak terlalu jauh terpaut dengan tokoh utama. Misalnya usia tokohnya 10 tahun, maka kakaknya bisa usia 12 tahun. Jadi jangan buat tokoh dewasa menyelesaikan konfliknya. Biarkan anak-anak menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri.

9.      Tutup cerita dengan ending yang manis. Pada dasarnya, anak-anak menyukai ending yang bahagia. Namun tidak perlu dipaksakan, kalau memang endingnya tidak menyenangkan. Kurcaci Pos menghindari menulis ending sedih yang menyayat-yayat hati. Biarkan pembaca anak-anak tersenyum, selesai membaca cerita yang kita tulis.

10.  Ini sih, harus selalu dilakukan sahabat Kurcaci Pos. Menulis itu adalah sebuah proses. Jadi jangan ingin instan. Sekali menulis langsung bisa. Begitu juga dengan menulis cerita anak. Terus menulis, dibarengi dengan banyak membaca cerita anak. Jangan langsung galau dan berhenti menulis, hanya karena gagal menyelesaikan satu cerita. Pokoknya semangat terus.


      Demikian tips-tips dari Kurcaci Pos. Semoga berguna dan bermanfaat. Salam semangat menulis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar