Minggu, 08 Januari 2017

Taman Bunga Nyonya Stela

Dimuat di Majalah Bobo


   Taman Bunga Nyonya Stela
Oleh: Agnes Dessyana

Nyonya Stela memiliki taman bunga yang sangat indah. Berbagai macam bunga bermekaran di sana. Ada mawar merah, anggrek putih, bunga matahari, serta anyelir. Hal yang paling dibanggakan oleh Nyonya Stela adalah jam bunga yang dimilikinya. Bunga-bunga yang memiliki waktu bermekaran berbeda-beda sehingga menunjukkan waktu.
Bunga Morning Glory yang mekar sekitar pukul lima pagi dan menutup pada pukul 12 siang. Bunga Dandelion yang mekar pada pukul tujuh pagi dan menutup pukul delapan malam. Serta, bunga pukul empat yang seperti namanya, mekar pada pukul empat sore dan menutup ketika menjelang pagi.
Nyonya Stela sangat menyayangi taman bunga miliknya. Ia sangat senang mendengar pujian dari para teman mengenai kehebatannya merawat taman bunga.
Suatu hari saat sedang mencabuti rumput liar, seorang gadis kecil melintas di depan rumahnya. Seperti biasa, Nyonya Stela dapat melihat kekaguman gadis kecil itu dengan bunga-bunga yang ada di tamannya.
Nyonya Stela merasa sangat bangga. Tapi, betapa terkejutnya dirinya ketika melihat gadis kecil itu mencabuti beberapa bunga yang ada di tamannya.
“Apa yang kamu lakukan?” teriak Nyonya Stela setengah berteriak.
Gadis kecil itu terkejut dan segera berlari sambil membawa dandelion yang dipetiknya. Nyonya Stela menghela napas.
“Dasar anak nakal.”
Kejadian itu terus terulang selama beberapa hari. Nyonya Stela selalu mendapati beberapa bunga di tamannya rusak dan hilang. Beberapa kali pula, Nyonya Stela hampir menangkap gadis kecil yang mengambil bunganya. Namun, gadis kecil itu selalu bisa kabur dan berlari cepat meninggalkan Nyonya Stela.
Lama kelamaan, Nyonya Stela pun kesal. Ia pun menyusun suatu rencana untuk menangkap gadis kecil perusak bunganya
Keesokan harinya, Nyonya Stela bangun setengah jam lebih cepat. Ia menunggu kedatangan gadis kecil itu di balik semak-semak. Saat gadis kecil itu datang dan mulai mencabut bunga miliknya, Nyonya Stela menangkap tangannya.
“Kamu tertangkap,” ucap Nyonya Stela dengan wajah marah. “Mengapa kamu mencabut dan memetik bunga-bunga di taman ini?”
Gadis kecil itu terkejut dan justru menangis. Nyonya Stela pun kebingungan. Akhirnya, Nyonya Stela mengajak gadis kecil itu masuk kerumahnya.
Nyonya Stela membiarkan gadis kecil itu duduk di sofa dan memberikannya susu hangat. Nyonya Stela menunggu gadis kecil itu berhenti menangis.
“Maafkan aku,” isak gadis kecil itu. “Aku tidak bermaksud untuk merusak bunga-bunga ini.”
“Namamu siapa?”
“Aku Meidy,” jawab gadis kecil itu.
“Meidy, kenapa kamu mencabuti bunga-bunga di taman ini. Apakah kamu tidak tahu bahwa mencabut paksa bunga bisa merusak tanaman di sekitarnya?”
Meidy menggeleng.
Nyonya Stela menghela napas. “Baiklah, kamu kumaafkan.”
“Terima kasih Nyonya,” ucap Meidy dengan suara kecil. “Bolehkah aku meminta beberapa bunga di tamanmu?”
“Tidak bisakah kamu membelinya di toko bunga?” tanya Nyonya Stela penasaran.
“Harga bunga sangat mahal. Aku tidak punya uang.”
“Kenapa kamu membutuhkan bunga-bunga?”
Meidy kemudian menangis lagi. Meidy bercerita bahwa ibunya sangat menyukai bunga. Maka dari itu, ia pun mencari bunga untuk dibawakan pada ibunya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.
Nyonya Stela merasa iba mendengar itu. Tapi, perbuatan Meidy juga salah karena sudah merusak dan mencuri bunga tanpa ijin. Akhirnya, setelah berpikir, Nyonya Stela mendapat jalan keluar.
“Baiklah, kamu bisa mengambil bunga disini, tapi dengan syarat.”
“Syarat?”
Nyonya Stela tersenyum dan kemudian memberitahukan syaratnya pada Meidy. Meidy pun tersenyum dan mengangguk.
Syarat yang diberikan oleh Nyonya Stela adalah agar Meidy membantunya untuk merawat taman bunga miliknya. Sebagai imbalan, Meidy akan diberikan satu bunga setiap hari. Meidy pun setuju dan merasa senang.
Selama seminggu, Nyonya Stela dibantu oleh Meidy. Nyonya Stela sangat senang dengan kerja Meidy.
Pada suatu pagi, Meidy datang terlambat. Nyonya Stela keheranan, tapi tetap menunggu kedatangan Meidy.
“Nyonya Stela,” teriak Meidy sambil memeluk Nyonya Stela.
“Meidy? Akhirnya kamu datang juga,” balas Nyonya Stela. “Apa yang membuatmu terlambat?”
Meidy tersenyum. “Itu karena aku harus menjemput ibuku dulu sebelum kemari.”
“Selamat pagi, Nyonya Stela,” sapa seorang wanita cantik. “Aku Nyonya Marie. Terima kasih telah menjaga Meidy selama ini.”
Nyonya Stela menggeleng. “Tidak, aku tidak berbuat apapun.”
“Meidy menceritakan semuanya pada saya,” senyum Nonya Marie. “Mengenai bunga-bunga yang ada di taman anda dan bagaimana anda mengajarinya tentang tanaman. Saya bersyukur anda membiarkan Meidy ikut membantu anda.”
“Mengapa?” tanya Nyonya Stela kebingungan.
“Sebab, semenjak saya masuk rumah sakit, Meidy terlihat kesepian,” ucap Nyonya Marie. “Tapi, sejak seminggu yang lalu, Meidy kembali ceria dan bersemangat. Ini semua berkat bantuan anda dan taman bunga indah ini.
Nyonya Stela hanya tersipu malu.
“Nyonya Stela, aku masih boleh untuk membantumu di sini?” tanya Meidy.
Nyonya Stela mengangguk. Meidy memeluk Nyonya Stela, senang karena bisa tetap belajar mengenai tanaman. Sementara, Nyonya Stela merasa senang bahwa taman bunga miliknya bukan saja indah tapi juga bisa membuat seorang anak ceria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar