Dimuat di Majalah Bobo |
Bantal Flahancharda Puteri Asya
Oleh : Rini Lasman
Puteri Asya menghela napas panjang sambil memainkan bantal biru di pangkuannya. Ini yang paling tidak ia sukai setiap kali mengikuti acara menginap bersama.
“Sudah lihat gaun barukuuntuk pesta minum teh besok?” tanya Puteri Karmila menunjuk sebuah gaun kuning di pintu lemari.
“Lihat mahkota baruku deh,” Puteri Karmila membuka kotak mahkotanya.
“Ah, masih kalah dengan ini!” seru Puteri Hilda menunjuk selimut tidur berwarna emas miliknya.Puteri Asya menggelengkan kepala melihat kelakuan ketiga sahabatnya itu.
“Eh, kita cerita hantu yuk seperti dulu. Pasti seru!” usul Puteri Asya.
“Malas ah,” tolak Puteri Princi diikuti anggukan Puteri Hilda dan Puteri Karmila.
“Kalau begitu main rias wajah saja. Bagaimana?” usul Puteri Asya. “Atau rias rambut?”
Ketiga puteri itu menggeleng cepat.
“Eh sudah lihat bantal bulu angsaku yang baru? Sarungnya terbuat dari kain sutra yang lembut, ”kata Puteri Princi seraya mencari bantalnya.
Tiba-tiba, Puteri Asya berseru, “Pasti tak bisa menandingi bantalku ini!” Ia menunjukkan bantal biru ditangannya. “Ini bantal bulu burung Flahancharda.”
“Flacan,…Flahan,… Aku belum pernah dengar,” kata Puteri Karmila mengerutkan kening.
“Apa istimewanya?” tanya Puteri Princi.
“Flahancharda adalahsejenis burung eksotis yang memiliki bulu-bulu yang lembut,”ujar Puteri Asya. “Burung itu tinggal didaerah puncak gunung yang tinggi danjarang dikunjungi manusia. Bantal Flahancharda bisa membuat tidur lebih nyenyak lo,” kata Puteri Asya lagi.
“Aku pesan dong,” kata Puteri Hilda.
“Aku juga!” ucap Puteri Karmila.
Puteri Asya langsung menggeleng cepat. “Sangat sulit menemukan burung Flahancharda ini. Pasukan kerajaanku butuh waktu berhari-hari untuk menemukan kumpulan Flahancharda. Ini satu-satunya bantal Flahancharda di dunia.”
Mendengar itu, ketiga puteri tampak kecewa. Mereka ingin sekali memiliki bantal unik itu itu.
Puteri Asya tersenyum puas melihat wajah penasaran ketiga temannya.“Oahhhm,… aku mengantuk sekali. Kita tidur yuk.” Puteri Asya langsung menarik selimut.
Keesokan paginya…
“Selamat pagiii!” seru Puteri Asya. “Ayo, bangun! Bangun!” Puteri Asya langsung turun dari tempat tidurnya.
Di saat itu, Puteri Princi segera mengambil bantal Flahancharda Puteri Asya.
“Wah, bantalnya benar-benar lembuuut,” kata Puteri Princi.
“Kan sudah kubilang. Ayo kembalikan,” kata Puteri Asya.
“Lempar ke aku, Princi!” seru Puteri Hilda. Puteri Princi melempar bantal itukearah Puteri Hilda yang berdiri di dekat jendela. Tetapi… Puteri Princiterlalu bersemangat melemparnya.
“Oh tidak!” pekik Puteri Hilda, Puteri Karmila dan Puteri Princi.
Bantal itu terlempar sampai keluar jendela dan jatuh ke dalam kolam angsa.
BYUUUR!
Sesaat Puteri Asya terdiam memandangi bantalnya yang mengapung di kolam angsa. Beberapa angsa mematuk-matuk dan memainkannya kesana-sini.
“Maafkan kami, Asya,” ujar Puteri Hilda menyesal.
“Aku ganti deh, Asya. Kamu mau bantal apa? Bantal dengan benang emas?” kata Puteri Princi.
Puteri Asyaterdiam sejenak.Sesaat kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Puteri Asya malah tertawa geli sampai air matanya keluar.
Puteri Princi memegang kening Puteri Asya.“Apa kau baik-baik saja, Sya?” ujarnya.Puteri Princi khawatir melihat Puteri Asya yang tak berhenti tertawa. “Begini saja. Minta pasukan kerajaanmu menggambar peta tempat burung Flanacharda tinggal nanti kusuruh pasukan ayahku mencarinya!”
Puteri Asya menghapus air matanya. “Dicari ke pelosok dunia manapunpasukan ayahmu tak akan pernah menemukan burung Flahancharda.”
“Maksudmu,mereka sudah punah?” tanya Puteri Karmila bingung.
Puteri Asya memandang ketiga sahabatnya lalu tersenyum. “Burung Flahancharda itu hanya karanganku saja. Bantal biruku itu hanya bantal kapuk biasa.Sarung bantal beludrunya hasil jahitanku sendiri.”
“Hah?” Puteri Princi, Puteri Karmila dan Puteri Hilda terkejut.
“Habis aku sebal. Setiap kali kita bertemu, kalian hanya menghabiskan waktu memamerkan barang yang kalian punya. Jadi aku mengarang saja itu bantal Flahancharda.Biar kalian penasaran,” kata Puteri Asya.“Aku selalu menunggu-nunggu acara menginap bersama ini.Sejak kita kecil, aku suka acara inikarena seru dan kita bisa bersama.Bukan karena aku mau melihat kalian punya barang baru apa.Atau, mahkota siapa yang lebih banyak permatanya,” sambung Puteri Asya.
Puteri Karmila, Puteri Princi dan Puteri Hilda memandang Puteri Asya terdiam, menyadari kesalahan mereka.Mereka memang selalupamer gaun, sepatu kaca, mahkota, tas pesta, sampai selimut tidur.Padahal, di saat berkumpul, waktunya lebih baik dipakai untuk bertukar kabar dan bercerita.
“Peluk Asya bareng-bareng,” komandoPuteri Karmila tiba-tiba. Puteri Asya langsung diserbu ketiga temannya.
“Aduh, aku enggak bisa napas!” seru Puteri Asya yang diikuti gelak tawa mereka bersama.
Puteri Asya lega, karena ada bantal burung Flahancharda karangannya, berhasil menyadarkan ketiga temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar