Rabu, 20 September 2017

Kisah si Pongo

Dimuat di halaman Kompas Anak harian Kompas Minggu, 24 januari 2016 

Kisah si Pongo
Oleh : Vina Maria. A

Pongo adalah anak Orangutan Sumatera, usianya baru lima tahun. Setahun lagi Pongo sudah  bisa mandiri. Sekarang Pongo masih tinggal bersama induknya.
Hoa-hem,” Pongo menguap sambil meregangkan tangannya. Enak sekali rasanya bangun tidur setelah lelah bermain. Lho, Ibu belum pulang dari mencari makanan? Seharusnya tadi aku ikut dengan Ibu untuk belajar mencari makan. Gara-gara terlalu asyik bermain, aku malah tidur.
Tak beberapa lama, Ibu Pongo datang. “Halo, Pongo. Ini Ibu membawa pisang. Pongo pasti sudah lapar.”
Pongo mengangguk. Tapi kenapa Ibu lama mencari makanannya?” tanya Pongo sambil mulutnya penuh dengan  pisang.
“Oh, karena Ibu harus berjalan agak jauh dari biasanya,” jawab Ibu Pongo.


**
Keesokan paginya, sayup-sayup Pongo mendengar suara menderu. Suara apakah itu? Pongo tidak pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya di hutan. Tiba-tiba badannya diguncang-guncangkan oleh Ibu.
“Pongo, Bangun! Kita harus segera pergi dari sini!” teriak Ibu.
Pongo mengikuti saja perintah Ibu. Mereka pun keluar dari sarang dan mulai bergelayutan dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Beberapa Orangutan juga ikut berpindah tempat. Kini suara menderu yang Pongo dengar sebelumnya berhenti. Pongo menoleh ke belakang. Sebuah pohon besar di ujung sana, perlahan-lahan tumbang.
Bum…Suaranya sangat keras ketika menghantam tanah. Pongo terlonjak kaget, kenapa pohon besar itu bisa tumbang?
“Ayo, Pongo! Cepat!” teriak Ibu.
Beberapa lama kemudian Pongo dan Ibunya sudah sampai di hutan yang lebat.  “Sepertinya di sini aman.” Kata Ibu.
Ibu Pongo lalu membuat sarang dari ranting-ranting pohon untuk mereka berdua.
 “Ibu, kenapa kita harus cepat-cepat pindah? Lalu kenapa pohon-pohon besar bisa tumbang?” tanya Pongo kemudian.
Ibu menghela napas panjang, “Itu karena ulah manusia. Jika kita tidak segera pindah, pohon yang kita tinggali juga akan tumbang. Lalu Ibu dan Pongo  akan ditangkap oleh manusia.”
“Kenapa mereka menebang pohon, Bu? Pohon kan bisa menghasilkan buah, menampung air, buat udara sejuk, juga tempat Pongo bermain,” Pongo bingung.
Ibu tidak menjawab dan hanya menggeleng pelan.
Pongo masih penasaran, “Lalu kenapa kita ditangkap manusia, Bu?”
“Entahlah, yang Ibu tahu, mereka juga menangkap Harimau dan Macan Tutul. Oleh karena itu, kita jarang melihat mereka sekarang.” kata Ibu sedih.
Hm, berarti manusia itu sangat kuat, Harimau saja bisa mereka tangkap. Tapi, apakah semua manusia itu jahat?” Pongo bertanya-tanya. Pongo akhirnya pergi tidur. Dalam tidurnya, Pongo bermimpi makan beraneka macam buah segar.
**
Sudah beberapa hari ini Pongo  hanya makan dedaunan dan sedikit serangga. Karena banyak pohon ditebang, mencari buah-buahan jadi semakin sulit. Mau tidak mau Pongo harus makan apa yang ada.
“Ibu, kapan Pongo bisa makan buah-buahan lagi?” tanya Pongo.
“Ibu juga belum tahu. Yuk, ikuti Ibu,” ajak Ibu.
Pongo pun mengikuti Ibu yang memanjat sampai ke puncak pohon.
“Itu, lihat di sana. Itu hutan tempat tinggal kita yang dulu!” Ibu menunjuk ke hamparan lahan di kejauhan. Hutan tempat tinggal Pongo dulu kini sudah menjadi hamparan tanah yang luas.  Lalu Pongo menengok ke sisi lain. Di sana ada banyak pohon buah-buahan.
“Itu, Bu, di sana! Kita bisa mengambil buah-buahan!” Pongo berteriak kegirangan.
 Ibu terdiam sejenak, “Tapi, itu kebun buah milik manusia, Pongo.”
“Ayo kita ke sana, Bu. Pongo sudah lama tidak makan buah-buahan,” bujuk Pongo.
Pongo senang, Ibu berhasil dibujuk untuk mengambil buah-buahan dii kebun manusia. Hanya saja Pongo tidak boleh ikut. Pongo harus menunggu di sarang karena mengambil buah di kebun manusia sangat berbahaya.
**
Sudah lama Pongo menunggu, tetapi Ibu belum juga pulang dari mencari makanan. Padahal hari mulai gelap. Pongo panik, jangan-jangan terjadi apa-apa sama Ibu. Hari semakin larut, Pongo pun tertidur.
Besoknya, Ibu masih belum pulang. Pongo nekat  menyusul Ibu ke perkebunan. Sampai disana, Ibu tidak juga ditemukan. Pongo malah melihat sosok manusia yang membawa benda panjang. Apa itu? Tiba-tiba…“Dooor!”
Pongo kaget. Ia lari ketakutan. Tetapi, lengan bagian atas Pongo mulai terasa sakit. Dengan lengannya yang sakit Pongo tidak kuat lagi memanjat pohon. Akhirnya Pongo tak sadarkan diri.
**
Saat membuka mata, Pongo berada di tempat yang asing. membuka matanya.
“Aku ada di mana?” kata Pongo.
Dilihatnya luka di lengannya sudah dibalut kain putih. Tak lama datanglah seorang manusia. Pongo ketakutan, tapi manusia itu tersenyum ramah pada Pongo. Manusia itu menggendong Pongo dengan sayang lalu membawa Pongo keluar.
Di luar,  Pongo melihat banyak pohon dan banyak Orangutan sedang bergelayutan dengan gembira. Rupanya saat ini, Pongo berada di tempat perlindungan Orangutan, tepatnya di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara.
Pongo mencari-cari induk Orangutan. Adakah ibu Pongo di sana?  (Vin)
**
Naskah ini pernah dimuat di harian Kompas Minggu, 24 januari 2016, pada halaman Kompas Anak.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar