Selasa, 26 September 2017

Toko Kue Nyonya Gunpanti

Dimuat di Majalah Bobo

Toko Kue Nyonya Gunpanti

Oleh : Liza Erfiana

Di meja kasir, Nyonya Gunpanti berkali-kali menghitung keuntungan yang bakal dia peroleh, kalau mengerjakan pesanan kue dari Nyonya Sesilia. Dengan dinaikan dua kali lipat, Nyonya Sesilia tetap tidak keberatan. Berarti keuntungan yang akan didapatkan Nyonya Gunpanti semakin besar.
“Waw! Aku harus terima itu!” ucapnya berbinar.
Keesokan hari, Nyonya Sesilia kembali datang untuk membicarakan pesanannya kemarin. Dengan senang hati, Nyonya Gupanti menerima tawaran itu. Apalagi uang muka yang diberikan Nyonya Sesilia lebih dari separuh biaya kue seluruhnya.
Nyonya Sesilia memesan dua ratus loyang kue setiap hari, selama tiga hari berturut-turut. Sebagai bangsawan di Kota Pelangi, seperti ada keharusan baginya untuk merayakan Hari Kue dengan meriah. Nyonya Sesilia mengundang anak-anak dan orang kurang mampu untuk berpesta bersama.
Suasana toko mulai ramai, pengunjung telah berdatangan untuk membeli kue-kuenya yang lezat.
 “Selamat siang Nyonya Gunpati! Aku memesan dua loyang kue apel, untuk Hari Kue besok,” kata Nek Greci, ceria. Nyonya Gunpati menolaknya, karena harus mengerjakan pesanan Nyonya Sesilia.
Timi, yang biasa suka memesan kue nanas juga ditolak oleh Nyonya Gunpanti. Kakek Sam yang sangat menyukai kue lapis madu buatan Nyonya Gunpanti mengalami nasib yang sama. Hari itu semua pelanggan yang ingin memesan kue ditolak karena alasan yang sama.
Di kota Pelangi, toko Kue Nyonya Gunpanti sangat terkenal. Kuenya enak dan lezat, tempatnya bersih dan pelayanannya cepat, karena Nyonya Gunpati memiliki dua orang karyawan yang cekatan. Ditambah lagi, toko itu adalah yang paling besar, paling lama berdiri, karena merupakan warisan Nenek Asela, ibunya. Banyak toko lain yang tidak bertahan lama dan bangkrut, tetapi toko itu tetap berdiri megah. Setiap hari banyak pengunjung yang datang.
Toko Kue Nyonya Gunpanti tutup selama tiga hari, karena sedang mengerjakan kue-kue pesanan Nyonya Sesilia. Pelanggan yang sudah terlanjur datang, jadi kecewa. Akhirnya, mereka pulang dengan membuat kue sendiri atau mencari kue di toko lain.
Hari keempat, pesanan kue selesai sudah. Nyonya Gunpati benar-benar senang. Keuntungan yang didapatnya sungguh besar. Untuk menikmati kebahagian itu, Nyonya Gunpati tidak membuka tokonya di hari keempat. Dia sengaja ingin bersenang-senang dulu dan meliburkan karyawannya.
Hari kelima rencananya mereka akan buka kembali, tetapi gandum dan gula sangat langka di pasar. Akhirnya mereka libur kembali.
Hari keenam Nyonya Gunpanti membuka tokonya dengan ceria. Wangi kue dan roti menguar kemana-mana. Yang mencium aroma kue itu dijamin langsung menelan ludah.
Siang telah datang, biasanya pengunjung sudah ramai. Sekarang belum ada satu pun yang datang. Nyonya Gunpanti dan dua karyawannya terkantuk-kantuk di meja. Sore hari, datang satu pengunjung, Pak Jones namanya. Dia hanya membeli dua potong roti. Akibatnya, hari itu Nyonya Gunpati merugi, kue yang sudah dibuatnya tidak bisa dijual lagi esok pagi.
Hari kedua membuka toko, Nyonya Gunpanti sangat semangat. Namun, sama seperti kemarin, pengunjung masih sepi. Biasanya, mereka terus berdiri melayani pembeli, sekarang hanya duduk manis di meja masing-masing.
Hari ketiga dan keempat hujan turun sangat deras. Penduduk malas keluar rumah. Akhirnya, kue-kue di toko kue Nyonya Gunpanti masih terpajang manis.
Cuaca cerah di hari kelima. Nyonya Gunpati tidak patah semangat. Dia membuka kembali tokonya. Pengunjung yang datang masih sedikit.
“Ah...hampir seminggu aku merugi!” keluh Nyonya Gunpanti sembari mengurut kepalanya yang terasa dihimpit.
Sore hari, Nenek Grece, yang dulu pernah ditolaknya datang. Seperti biasa dua loyang kue apel dipesannya. Wajah Nyonya Gunpati kembali cerah. Pelanggan setianya telah datang.
“Pengunjung kecewa dengan keputusanmu. Seharusnya, kamu layani juga permintaan mereka. Jangan hanya ingin mendapatkan keuntungan besar kamu mengabaikan kami!” sindir Nenek Grece.
Deg....Nyonya Gunpanti tersadar. Kata-kata yang keluar dari mulut Nenek Grace seperti bola yang mengenai wajahnya. Dia telah mengabaikan pelanggannya demi keuntungan besar.
“Semoga saja kesalahanmu, akan terhapuskan oleh lezatnya kuemu!” ujar Nenek Grece berlalu pergi.
“Aamiin!” jawab Nyonya Gunpati tertunduk.
Ucapan Nenek Grece memang benar. Dia menyesal, seharusnya dia tetap melayani pelanggannya. Sebenarnya, Nyonya Gunpati bisa mengerjakan tiga ratus loyang perhari. Dengan dua ratus pesanan Nyonya Sesilia, dia masih ada waktu untuk mengerjakan pesanan pelanggannya.
 “Aku benar-benar ceroboh!” sesalnya.
Kini, Nyonya Gunpati harus berjuang untuk mendapatkan hati pelanggannya kembali. Dia berjanji tidak akan mengecewakan mereka lagi, karena pembeli adalah raja.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar