Rabu, 28 Februari 2018

Rahasia Kotak Kayu Jati








Dimuat di majalah Bobo (foto : Wylvera W)

Rahasia Kotak Kayu Jati
Oleh Wylvera W.

“Hoaaam ....” Dantis menguap sambil melihat jam dinding di kamarnya.
Baru jam enam pagi. Padahal setiap hari Minggu, Dantis selalu bangun lebih siang. Semalam Dantis tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus teringat pada kotak kayu seukuran kotak sepatu.
Tanpa sengaja, Dantis sempat melihat kotak kayu itu di atas meja kerja Mama. Ia membawanya ke kamar. Dantis meletakkan kotak kayu jati itu di atas tempat tidurnya. Ia ingin membukanya setelah selesai mandi. Setelah Dantis keluar dari kamar mandi, kotak itu sudah tidak ada.
            Kira-kira apa ya, isi kotak itu? gumam Dantis untuk kesekian kalinya.

            “Dantis!” suara panggilan Mama mengejutkan Dantis.
Dantis bergegas melompat dari tempat tidurnya. Dengan sigap ia merapikan tempat tidur dan kamarnya. Dantis tidak mau Mama memergoki kamarnya yang berantakan.
Di liburan panjang ini Mama dan Papa memutuskan untuk tidak pergi ke mana pun. Mama meminta Dantis menghabiskan hari liburnya di rumah saja. Dantis sebenarnya sedih. Setiap kali liburan sekolah, orangtuanya tidak pernah mengajaknya ke rumah Nenek dan Kakek dari Mama. Setiap kali pula Dantis ingin bertanya, Mama selalu lebih dulu memberi alasan. Akhirnya Dantis tidak berani memaksa.
“Dantiiis...!” suara Mama terdengar lagi.
“Iya, Ma!” sahut Dantis sambil terburu-buru membuka pintu kamarnya.
            “Kamu sarapan dulu. Setelah itu temani Mama, ya!” ujar Mama.
            “Mau ke mana, Ma?” tanya Dantis bingung. 
“Sudah, ikut saja,” jawab Mama.  
Dantis terdiam. Matanya tertuju pada kotak yang terbuat dari kayu jati yang dipegang Mama. Sejak semalam kepalanya sudah dipenuhi oleh kotak kayu jati itu. Rasa penasaran Dantis semakin besar. Ia buru-buru menghabiskan sisa sandwich di tangannya. Dantis ingin tahu ke mana Mama akan mengajaknya bersama kotak kayu jati itu.
            “Kalau sudah selesai sarapan, kita berangkat sekarang!” ajak Mama sambil melangkah menuju pintu depan. Dantis mengikutinya.
Akhirnya Dantis dan Mama sudah ada di dalam mobil. Mama menghidupkan mesin mobilnya dan perlahan membawa mobil itu melaju.  Dantis merasakan keheningan di dalam mobil. Mama hanya menyetir sambil menatap lurus ke jalan. Sementara Dantis sesekali melirik ke arah Mama dan kotak kayu di jok belakang. Dantis ingin mengajak Mama mengobrol tapi ia ragu. Sejak pagi tadi Mama seolah menyimpan sesuatu.
            Setelah setengah jam di perjalanan, Dantis akhirnya bisa bernapas lega. Mobil Mama sudah sempurna terparkir di halaman sebuah rumah. Di halaman depan itu berdiri papan yang bertuliskan “PANTI ASUHAN MELATI”.
            Rasa penasaran Dantis kembali memuncak. Ia mengikuti langkah Mama. Belum sempat Mama memberi salam, Dantis terkejut saat melihat Miss Prita menyambut mereka.
            “Mari masuk. Ini kunjungan pertamamu ke panti kami ya, Dantis?” tanya Miss Prita semakin membuat Dantis sulit bicara.
            Miss Prita sudah menjadi guru les bahasa Inggris Dantis sejak setengah tahun lalu. Selama itu Dantis tidak pernah mendengar kalau Miss Prita punya panti asuhan. Mama dan Papa juga tidak pernah bercerita tentang Miss Prita.
            Miss Prita mengajak Dantis dan Mama masuk. Dantis sempat melihat Mama meletakkan kotak kayu jati yang dibawanya di atas meja.
            “Kotak itu ...,”  gumam Dantis spontan.
            Miss Prita membuka kotak kayu jati itu. Mata Dantis terbelalak melihat isinya.
            “Dantis, Miss. Prita ini adalah sahabat masa kecil Mama. Kami sama-sama dititipkan di sebuah panti asuhan. Kami tidak pernah mengenal siapa orang tua kami,” kata Mama dengan mata berkaca-kaca.
Dantis terdiam. Mama akhirnya bercerita kalau panti asuhan mereka dulu pernah terbakar. Karena peristiwa itu, Mama dan Miss. Prita pun terpisah. Mereka dibawa oleh orang tua asuhnya masing-masing ke kota yang berbeda.
            “Tuhan akhirnya mempertemukan kita kembali di sini. Sejak punya anak, saya memutuskan untuk berhenti ngantor. Uang yang saya kumpulkan saya gunakan untuk mendirikan panti asuhan ini,” tambah Miss. Prita melanjutkan cerita Mama.
            “Waktu kamu cerita tentang Miss Prita, guru lesmu, Mama sudah menebak-nebak dalam hati. Ciri dan karakternya sama dengan sahabat masa kecil Mama. Makanya Mama segera mencari tahu dan kembali membuka kotak kayu jati ini,” ujar Mama kembali melanjutkan ceritanya.
            Dantis memandangi Mama dan Miss Prita bergantian. Perasaan Dantis bercampur-aduk. Rasa penasarannya sejak semalam satu per satu mulai terjawab.
            “Maafkan Mama, ya,” ujar Mama tiba-tiba memelankan suaranya.
            “Mengapa harus minta maaf, Ma? Sekarang aku tahu jawabannya. Aku tidak malu kalau akhirnya tahu bahwa Mamaku adalah anak panti asuhan. Selama ini aku hanya heran dan sedih saja. Setiap kali aku mengajak ke rumah Kakek dan Nenek dari Mama, selalu saja ada alasan supaya aku tidak memaksa. Sementara kalau ke rumah Kakek dan Nenek dari Papa, Mama tidak pernah menolak,” ujar Dantis membuat Mama segera memeluknya.
Mama dan Miss Prita sama-sama menghela napas lega. Dantis tersenyum memandangi kotak kayu jati itu. Isinya ternyata foto-foto kenangan serta catatan-catatan masa kecil Mama dan Miss Prita.


Jumat, 23 Februari 2018

Kue Miche Bu Kitty


 
Dimuat di Majalah Bobo

Kue Miche Bu Kitty
Oleh: Suci Shofia

Pussy dan Mio asyik bermain kejar-kejaran di halaman rumah. Kedua anak kucing ini suka sekali bercanda. Saat Mio sedang tidur, Pussy iseng mencolek telinga Mio. Pernah ketika Pussy sedang asyik makan, ekor Pussy dibuat mainan sama Mio. Kadang mereka saling tabrak satu sama lain.
“Pus, lihat! Ada kue Miche!” teriak Mio.
Mio segera berlari ke depan rumah. Dia mengigit kue rasa keju tersebut, lalu membawanya ke halaman.
“Wah, untung ada kue Miche. Kalau tidak, bakalan kelaparan kita,ucap Mio.
“Iya, Mio, stok makanan kita habis,” balas Pussy.
Namun, Pussy sempat ragu saat hendak memakan kue Miche. Jangan-jangan kue Miche terjatuh bukan sengaja dibuang. Mio meyakinkan Pussy, kalau ada yang mencari kue, tinggal menggantinya saja.
Akhirnya Pussy dan Mio melahap kue hangat dengan ukuran cukup besar. Setelah kekenyangan, mereka pun tertidur di atas kursi taman yang empuk.
***
Mata Mio tiba-tiba melihat Bu Kitty seperti sedang mencari sesuatu di jalan. Dia
yang baru bangun tidur meregangkan badannya.
 “Mio!” panggil Bu Kitty.
Mio bergegas mendekati Bu Kitty. Pussy yang terbangun berjalan malas dari belakang.
“Ada apa, Bu Kitty?” tanya Mio.
“Kamu melihat Kue Miche terjatuh tidak? Kue Miche pesanan Bu Selly hilang.  Aku merasa sudah membawa pesanan pelanggan sesuai catatan,” cerita Bu Kitty.
Mio berpikir jangan-jangan kue yang dia makan tadi milik Bu Kitty.
          “Kue Miche yang di depan pagar, Bu Kitty?” kata Pussyyang tiba-tiba sudah berada di samping Mio.
Mio segera menyenggol kaki Pussy. “Kami tidak melihatnya, Bu Kitty. Nanti kalau lihat, kami segera memberitahu Bu Kitty,” ucap Mio.
“Terima kasih, ya, Mio, Pussy. Saya permisi dulu,” ujar Bu Kitty.
Mio tersenyum ke Bu Kitty.
“Kenapa kamu berbohong, Mio?” sergah Pussy.
“Tidak apa-apa. Kan cuma satukali,” balas Mio santai.
Pussy merasa kasihan pada Bu Kitty yang berjualan kue sejak pagi. Pussy teringat masih mempunyai uang. Dia segera masuk ke rumah, lalu membuka dompet miliknya. Di sana hanya tersisa sedikit uang.
***
Pussy membuka pintu toko kue Pak Tomci. Aroma wangi kue Miche menyambut kedatangannya. Pussy disambut oleh Pak Tomci.
“Pak, saya mau beli kue Miche yang biasa dibeli sama Bu Kitty,” ucap Pussy.
“O, kalau Bu Kitty suka membeli kue Miche yang ini,” Pak Tomci menunjukkan kue Miche pada Pussy.
“Aduh mahal sekali. Uangku tidak cukup,” kata Pussy sedih.
“Memangnya kamu kenapa, Pussy?”
Pussy lalu menceritakan semuanya pada Pak Tomci. Pak Tomci pun menawarkan ke Pussy untuk menjaga tokonya. Dia hendak mengambil bahan kue yang tertinggal di rumah. Pussy segera mengiyakan tawaran Pak Tomci.
Toko kue Pak Tomci laris sekali. Di kotak warna kuning tersisa tiga buah kue Miche. Pussy khawatir. Bagaimana kalau kue Miche habis? batin Pussy. Tak lama datang Bu Selly. Dia mengatakan ke Pussy kalau sore ini keponakan kembarnya datang. Dia butuh 3 buah kue Miche. Pussy segera mengambil tiga kue Miche terakhir dengan kecewa.
“Terima kasih, Pussy,” kata Bu Selly.
Tidak lama Pak Tomci sudah datang.
“Wah, kue Miche-nya habis, ya, Pus?” tanya Pak Tomci.
“Iya, Pak,” ucap Pussy sedih.
“Tolong kamu jaga toko sebentar ya, Pus!” pinta Pak Tomci tersenyum. Lalu dia pun berjalan menuju dapur. Pussy kembali melayani pembeli.
Beberapa saat kemudian Pussy mencium aroma wangi kue Miche.
“Wah, wangi sekali,” ucap Pussy.
Pussy melihat Pak Tomci keluar dari dapur tokonya. “O ya, kue Miche ini untukmu, Pussy. Terima kasih, ya, sudah membantu  saya,” ucap Pak Tommy sembari memberikan sekotak kue Miche isi 6, dan 3 keping uang perak.
“Terima kasih, Pak Tomci,” ucap Pussy senang. Dia lalu membagi kue Miche itu. Dua untuk Bu Kitty, dua untuk Mio, dan dua lagi untuknya.

***
“Mio...!” panggil Pussy saat melihat Mio bermain di dekat rumah Bu Kitty.
“Eh, Pussy. Kamu Bawa apa?”
Pussy menceritakan semuanya pada Mio. “Kita antarkan dulu kue Miche untuk Bu Kitty. Baru kita makan kue Miche bagian kita.”
“Kenapa tidak sekarang saja makannya, Pussy?”
“Kita minta maaf dulu pada Bu Ketty, Mio! Bu Kitty kan, selalu baik pada kita.”
Mio terlihat ragu-ragu. Namun akhirnya dia mau ikut Pussy masuk ke halaman rumah Bu Ketty.
Tingtong.. Pussy membunyikan bel rumah Bu Kitty.
“Eh, Pussy, Mio. Kalian bawa apa?”
Pussy menceritakan semuanya pada Bu Kitty. Bu Kitty mengangguk mengerti.
“Kami minta maaf, Bu Kitty!” kata Pussy.
Bu Kitty tersenyum. “Iya, saya maafkan. Tapi jangan diulangi lagi, ya!”
“Baik, Bu!” jawab Pussy dan Mio serempak.
“Yuk, masuk! Saya sedang membuat susu jahe. Kue Miche akan enak dimakan bersama susu jahe hangat.”
“Horeee...!” Pussy dan Mio berseru bersamaan.



Jumat, 16 Februari 2018

Cerita Kancil dan Buaya Singkat



Kancil dan Buaya

Cerita Kancil dan Buaya - Suatu hari, ada seekor kancil sedang duduk bersantai di bawah pohon. Ia ingin menghabiskan waktu siangnya dengan menikmati suasana hujan yang asri dan sejuk. Beberapa waktu kemudian, perutnya keroncongan. Ya, kancil yang konon katanya cerdik itu lapar. Ia sedang berpikir untuk mendapatkan mentimun yang letaknya berada di seberang sungai. Tiba-tiba

Dongeng Katak dan Fabel Monyet yang Rakus | Dongeng Anak



monyet rakus

Dongeng Katak dan Si Monyet yang Rakus – Pada zaman dahulu, ada seekor katak dan monyet yang bersahabat. Tapi hubungan mereka sering hanya menguntungkan sebelah pihak. Katak yang baik hati sering di kelabuhi dan di manfaatkan oleh si monyet demi kepentingan pribadinya. Tapi si katak selalu dapat memaafkan si monyet karena menganggapnya sebagai sahabat.



Berbeda dengan sifat si

Jumat, 09 Februari 2018

Boneka Baru Fiona



Dimuat di Majalah Bobo


Boneka Baru Fiona
Nurul Hidayati

         
          Fin gelisah, hari ini Fiona akan ulang tahun. Fin takut, Fiona akan mendapatkan boneka baru, yang akan menggantikan posisinya
          Saat ini, Fin sedang duduk di meja biru di kamar Fiona. Hari ini Fiona merayakan ulang tahunnya yang ke enam. Fin melihat keluar. Dari jendela yang terbuka di kamar Fiona, Fin melihat kesibukan Papa dan Mama Fiona mempersiapkan hari istimewa ini.
          “Fiona! Telepon, buat kamu! Dari Tante Anna!” seru Mama. Tante Anna, adik Mama yang tinggal di luar kota.
          “Waah, asyiik!” mata Fiona berbinar saat mengangkat telepon genggam Mama.
Hmm, Fiona pasti membayangkan, betapa senangnya kalau Tante Anna datang di hari ulang tahunnya. Fiona keponakan kesayangan Tante Anna. Tak heran, Fiona tak sabar mengetahui kado apa yang diberikan Tante Anna kali ini.
Dari jendela, Fin melihat Fiona berjingkrak. Tampaknya Tante Anna akan datang, seperti harapan Fiona. Kegelisahan Fin semakin bertambah, karena Fiona menerima telepon dari Tante Ana. Tante Ana benar-benar akan datang. Fin bertambah yakin, kalau dirinya akan tergantikan.
          Apakah Fiona akan memperoleh hadiah yang banyak dan bagus-bagus? Fin bertanya dalam hati.
          Krieeek…
          Derit pintu kamar Fiona mengagetkan Fin. Fin nyaris terjatuh dari meja.
          “La… La… La… “ Fiona berdendang riang. Ia terlihat sangat gembira.
          Fiona mendekati Fin, lalu memeluk Fin erat-erat. Kembali ia mendendangkan lagu. Diajaknya Fin menari mengelilingi kamar.
          Fin menatap Fiona. Fin senang melihat gadis kecil berpita kuning itu begitu ceria hari ini. Namun rasa khawatir menyelinap di hati Fin.
          “Apakah kali ini Fiona juga akan memperoleh hadiah boneka baru? Dan apakah boneka baru Fiona akan menjadi boneka kesayangannya yang baru?” bisik Fin, khawatir.
          Fin melihat Fiona telah berganti baju. Ia tampak cantik, dengan baju baru dengan motif bunga lonceng biru. Sepasang pita kecil berwarna biru tersemat di rambutnya. Fiona sunguh ceria dan tampak memesona hari ini!
          “Fiona! Tante Anna sudah datang, Sayang!” terdengar suara Mama.
          Fin kian dag dig dug mendengar kedatangan Tante Anna.
          Fiona membuka pintu kamar dan bergegas keluar. Langkahnya  ringan dan penuh semangat.
          “Oh, tunggu! Aku kelupaan!” pekik Fiona. Ia kembali masuk kamar. Tangannya terulur meraih Fin.
          “Oh!” Fin terkejut. Namun ia merasa senang, Fiona membawanya ke pesta hari ini.
          Di ruang tamu, pesta telah siap dimulai. Fiona meletakkan Fin di kursi kecil, lalu menghambur ke pelukan Tante Anna.
          “Tante Anna, Fiona kangeen!” seru Fiona.
          “Tante Anna juga kangen sekali!” balas Tante Anna.
        “Waah, apa itu Tante?” mata Fiona membulat. Penasaran dengan kado Tante Anna.
      Fin gelisah. “Jangan-jangan itu boneka! Boneka baru yang akan menjadi kesayangan Fiona..”
          Acara pesta ulang tahun Fiona berlangsung seru dan meriah. Meskipun yang diundang hanya keluarga dan teman-teman dekat Fiona, suasananya sangat menyenangkan.
          Detik-detik yang mendebarkan. Fiona mulai membuka kado ulang tahun. Satu per satu bungkus kado dibukanya. Dan tiba saat membuka sebungkus kado berpita merah, dari Tante Anna.
          “Wow, cantiknya! Boneka kuda nil yang lucu sekali!” Fiona menjerit. Senyumnya lebar. Ia tampak sangat senang.
          Fin tertunduk. “Boleh jadi ini hari terakhirku menjadi boneka kesayangan Fiona..” lirih ia berkata.
Teringat olehnya Leon, boneka singa bersurai cokelat. Boneka kesayangan Fiona yang digantikan Fin. Dulu, saat Fin dibawa masuk kamar Fiona, Fin melihat Leon memandangnya dengan tatapan sedih. Namun Fin terlalu bahagia. Ia tak sempat bertanya, apa yang membuat Leon menangis.
          Sekarang, Fin benar-benar ingin menangis. Dan sepertinya, ia akan bernasib seperti Leon.
          Fiona memeluk boneka kuda nil barunya erat-erat.
          Fin kian tertunduk, lesu.
          Tante Anna berpamitan. “Maaf, Tante tidak bisa lama. Ada acara penting lainnya.”
          Fiona mengantar Tante Anna hingga depan pintu. Lalu berbalik, dengan boneka kuda nil baru di tangan kanannya.
          “Aah..” Fin berseru, tertahan.
          Fiona meraih Fin, lalu membawa Fin di tangan kirinya.
          “Sampai jumpa, Tante Anna!” seru Fiona. Kedua tangannya membawa Fin dan boneka kuda nil.
          Tante Anna telah berlalu dari pandangan. Fin melirik boneka kuda nil merah muda itu.
          “Halo!” sapa Fin, ramah. Kekhawatirannya perlahan menguap.
          “Hai, Fin!” sahut boneka kuda nil, malu-malu. “Namaku Nilo!” lanjutnya, memperkenalkan diri.
          Fin dan Nilo senang. Kini mereka berdua menjadi dua teman baru. Dan bersama-sama, mereka menjadi boneka kesayangan Fiona.


Rabu, 31 Januari 2018

Si Belly

                                   
Dimuat di Harian Lampung Pos
                         

                                                           Si Belly
                                                          Oleh: Suwanda

         “Uhuk... Uhukkk...” Belly terbatuk-batuk. 
         Belly adalah sepeda mini berwarna merah muda bergambar Hello Kitty dengan keranjang kecil berwarna putih yang berhias pita merah muda. Di stang sebelah kanan menempel bel berwarna emas, dan di ujung kedua stangnya terdapat rumbai-rumbai berwarna merah muda.
        “Uhhh... Banyak sekali debu di sini.” Belly menggerutu sambil membersihkan debu di tubuhnya. 

         Belly melihat sekelilingnya. Penuh barang-barang. Tiba-tiba Belly menangis sesenggukan. Ia takut berada di tempat yang gelap. Apalagi, di tempat itu tidak ada yang dikenalnya.
          “Huuu... Kenapa aku ada di sini? Tempat ini kotor sekali,” isak Belly. 
          “Hei, kamu siapa?” tanya sebuah monitor komputer.
          “Boleh kami kenalan denganmu?” sebuah lemari menambahi. 
          “Aku ada di mana?” Belly masih sesenggukan.
         “Kamu ada di gudang, tempat barang-barang tak terpakai,” jawab monitor komputer.
        “Iya, Kenalkan, namaku Alma. Ini Moni dan Memei,” Almari itu mengenalkan diri sambil menunjuk kedua temannya. “Tenanglah. Kamu di sini tidak sendirian kok. Ada kami yang siap menemanimu.”
        “Iya. Kamu jangan sedih. Walau tempat ini kotor, kita bisa bermain bersama,” Memei, si meja yang kakinya tinggal tiga ikut menyapa dengan riang.
        “Terima kasih. Namaku Belly,” tangis Belly mulai mereda.
        “Kenapa kamu bisa di sini? Ini kan gudang?” tanya Memei.
         Belly lalu bercerita. Kemarin Ane dibelikan sepeda baru oleh Papa dan Mamanya. Menurut papa Ane, sepeda itu lebih bagus dari diriku dan model terbaru. Padahal Belly merasa dia lebih bagus daripada sepeda baru itu.
         “Tenanglah, Bel. Memang tugas kita membantu manusia. Dulu kami juga membantu keluarga Ane. Ketika mereka membeli yang baru lalu menyimpan kami di sini. Awalnya kami merasa sedih. Kami merasa tak berguna lagi. Tapi lama-lama kami sadar. Tidak mungkin selamanya kami akan bersama mereka,” Moni menjelaskan panjang lebar.
          Belly hanya mengangguk. Tapi sebenarnya, Belly masih sangat sedih sekali.
                                                             ***
            Sudah lima hari Belly berada di gudang. Teman-teman barunya selalu berusaha menghibur dan mengajaknya bermain. Tapi ia masih enggan untuk ikut bermain. Belly masih sedih. Ia ingin sekali Ane mengendarainya pergi ke taman.
            Kreeekkkkk.... Pintu gudang terbuka. Sesosok wajah menyembul dari balik pintu. Itu Ane, gumam Belly. Mau apa dia datang ke sini, Belly bertanya-tanya dalam hati.
            Ane menghampiri Belly. Lalu mengelus-elus Belly sejenak. Ane membawa Belly keluar dari gudang, lalu menuju pohoh mangga yang tumbuh rindang di halaman samping. Di sana sudah ada ember hitam berisi air dan sikat kecil yang biasa digunakan Ane untuk membersihkan Belly.
             Hore! Ane ternyata masih sayang padaku, teriak Belly dalam hati. Ane membersihkan debu yang menempel di tubuh Belly. Kemudian mencucinya hingga terlihat bersih dan mengilap.
           “Hai, Kak Ane!” sapa seorang anak perempuan. Belly mengamatinya. Ternyata itu Andrena, sepupu Ane.
           “Halo, Andrena! Sepupu manisku!”
          “Wah... Sepedanya keren, Kak. Boleh aku mencobanya?” tanya Andrena penuh harap.
          “Tentu saja boleh,” jawab Ane dengan ramah.
          Andrena mengitari pohon mangga dengan mengendarai Belly.
          “Andrena! Ayo kita pergi sekarang,” teriak Ane sambil mengendarai sepeda barunya.
          “Ayo! Siapa takut,” jawab Andrena penuh semangat.
           Mereka mengendarai sepeda beriringan. Andrena mengendarai Belly, dan Ane mengendarai sepeda barunya. 
          Belly sedih, ia tidak suka kalau Ane memberinya pada Andrena. Anak itu kan ceroboh. Ane sering kesal pada Andrena, karena sepupunya itu sering menghilangkan mainannya. Belly takut Andrena tidak menyayanginya. Belly menangis sesenggukan.
            Tak lama kemudian mereka berhenti di depan sebuah rumah papan. Halamannya ditumbuhi bunga berwarna-warni yang indah sekali. Seorang anak kecil bergegas menyambut mereka.
          “Hei, Elsie. Apa kabar?” sapa Ane ketika memasuki halaman rumah itu.
           “Hei, Kak Ane. Baik-baik saja. Ayo masuk,” jawab Elsie dengan riang. Ia sedikit terkejut melihat kedatangan Ane dan Andrena.
          Mereka bertiga begitu asyik mengobrol di dalam rumah. Tapi, tak lama kemudian mereka keluar dan berjalan mendekati Belly.
            “Sepeda ini untukmu, Elsie,” ucap Ane sambil mengelus-elus Belly. 
            Gadis cilik itu hanya diam. Matanya mulai berkaca-kaca.
            “Terima kasih, kak Ane. Kakak baik sekali padaku,” Elsie membuka suara. Ia mengelus-elus Belly sambil mengusap air matanya dengan jarinya. Seketika Elsie memeluk Ane dengan erat.
          “Sepeda ini pasti sangat bermanfaat untukmu, Elsie. Aku yakin, kau tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah. Dan mulai sekarang, kau bisa berkeliling kompleks menjajakan kue buatan ibumu dengan sepeda ini.”
         “Iya, Kak Ane. Sepeda ini akan aku rawat dengan baik,” kaata Elsie.
           Belly sangat terharu mendengar ucapan Elsie. Belly berjanji akan membantu Elsie. Kini Belly bahagia, karena sudah menemukan teman baru yang baik hati.

Minggu, 21 Januari 2018

Toko Bunga Pak Gerald

Dimuat di Majalah Bobo

Toko Bunga Pak Gerald
Oleh: Suci Shofia

Sore itu Pak Gerald sibuk bersiap untuk pergi ke kota Valens. Dia diminta Pak Walikota untuk menghias salah satu taman kota di sana. Pak Gerald terkenal dengan kepandaiannya menata dan merawat bunga. Selama seminggu berada di kota, dia ingin memastikan toko bunganya G Flowers tetap terjaga dengan baik.
“Hans, selama aku di kota, tanggung jawab toko ini aku serahkan padamu. Jaga baik-baik dan pastikan pelanggan puas dengan pelayanan kita,” Pak Gerald mengingatkan Hans anak buahnya.

Baik, Pak Gerald!” jawab Hans.
Ini kesempatan emas untukku untuk belajar menjadi pemilik toko bunga, ucap Hans dalam hati sambil mengantar Pak Gerald sampai keluar toko.
Pak Gerald sebenarnya kurang percaya dengan orang baru seperti Hans. Dia khawatir toko bunganya tidak terurus dengan baik. Namun Pak Gerald tidak punya pilihan lain. Dia berharap G Flowers tetap ramai pengunjung.
***
Siang itu G Flowers terlihat ramai. Koleksi bunga yang indah dan beragam menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi setiap bulannya, selalu ada kejutan untuk pengunjung. Bonus pot cantik, pupuk terbaik, dan tempat menyiram bunga lucu bisa dibawa pulang oleh pembeli.
Koleksi bunga G Flowers pun beragam. Di sana terdapat bermacam-macam jenis bunga dengan aneka warna. Ada bunga Mawar, bunga Aster, bunga Anggrek, bunga Asoka, bunga Azalea, bunga Melati, bunga Matahari, dan masih banyak jenis bunga lainnya. Musim liburan seperti ini toko bunga Pak Gerald selalu ramai pembeli.
“Wah, banyak sekali uang yang kudapatkan hari ini. Kalau setiap hari seperti ini, G Flowersakan semakin maju,” kata Hans.
Sampai hari ketiga, toko bunga Pak Gerald masih ramai pengunjung. Hans sibuk menghitung uang. Dia berjanji akan bekerja lebih giat lagi. Hans mulai paham cara kerja seorang pemilik bunga. Dia harus ramah kepada pengunjung. Hans juga perlu memastikan bunga-bunga terawat dengan baik. Susunan penataan bunga pun harus terlihat indah dan menarik. Jangan sampai bunga-bunga terlihat layu. Pembeli bisa kecewa dengan kondisi bunga yang tidak dirawat dengan baik.
***
“Kenapa hari ini sepi sekali? Pengunjung hanya melihat dari luar lalu pergi begitu saja.” Gumam Hans keesokan harinya.
Hans melongok keluar toko. Terlihat di depan toko G Flowers dibuka toko bunga yang baru. Penataan dan tampilannya sangatlah menarik. Pengunjung yang biasa ke toko Pak Gerald mulai berpindah ke sana.
“Aku harus menyusun strategi baru,ucap Hans.
Hans segera mengambil buku tentang bisnis tanaman yang ada di meja Pak Gerald. Karenatoko sedang sepi, diabisa konsentrasi membaca.
“Kita ke toko yang baru saja. Terlihat menarik dari luar,Hans mendengar ucap pengunjung dari luar toko.
Hans melirik ke depan toko. Dia semakin tertantang membuat toko bunga Pak Gerald ramai kembali.
***
Hans mulai melancarkan strateginya. Dia menata ulang penempatan bunga. Bunga Mawar, bunga Melati, bunga Asoka berjejer berselang seling. Informasi detail tentang masing-masing bunga, Hans tempelkan di dinding. Dia menuliskan testimoni pembeli di kertas warna warni, sesuai yang pernah Hans dengar. Lalu dia menempelkannya di depan pintu masuk. Hans juga menempelkan tulisan di kaca depan. Isi tulisan itu “Toko G Flowers terpilih sebagai toko bunga penghias taman kota Valens. Hans juga menambah bonus-bonus menarik.
“Semoga hari ini toko Pak Gerald ramai pengunjung,doa Hans.
Sampai siang, toko masih sepi. Hans mulai khawatir. Padahal penataan ulang sudah dia lakukan supaya tidak monoton.
 Aduh, semoga Pak Gerald tidak kecewa, kata Hans dalam hati.
Tiba-tiba pintu bernyanyi. Bu Sarah, pelanggan setia Pak Gerald datang. Dia kagum dengan penataan bunga dan tempelan informasi di G Flowers.
“Sebulan ini saya tidak sempat ke sini. Ada yang beda. Pasti akan semakin banyak pengunjung, ya,” ucap Bu Sarah kepada Hans.
Hans mengamini ucapan Bu Sarah.
Tidak lama, para pembeli lain mulai berdatangan. Mereka semua kagum dengan penataan baru toko bunga Pak Gerald. Hans pun mulai sibuk kembali melayani pembeli.
“Terima kasih sudah berkunjung ke toko bunga G Flowers!” ucap Hans ramah.
Tiba-tiba Pak Gerald datang.  Ternyata Pak Geralddatang sehari lebih cepat. Dia kaget mengetahui apa yang terjadi dengan tokonya. Hans menceritakan semuanya kepada Pak Gerald.
“Maafkan saya karena lancang mengubah penataan toko, Pak Gerald,” Hans menunjukkan wajahnya. Hans cemas. Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Lidahnya kelu.
“Terima kasih sudah membuat tampilan baru di toko saya,” kata Pak Gerald. Ternyata kamu sangat kreatif. Memang seperti itu dunia bisnis. Kita harus kreatif supaya bisa tetap bertahan juga tentunya semakin maju,” jelas Pak Gerald.
Hans mengangkat wajahnya. Dia senang sekali.
 “Lihat! Semua karena kerja kerasmu untuk toko G Flowers. Ambil ini sebagai ucapan terima kasih saya,” ucap Pak Gerald.
Hans membuka amplop dari Pak Gerald. Isinya sejumlah uang dan tiket untuk menginap di penginapan terbaik di Kota Valens.
“Terima kasih, Pak Gerald,” kata Hans sambil tersenyum.