Rabu, 28 Februari 2018

Rahasia Kotak Kayu Jati








Dimuat di majalah Bobo (foto : Wylvera W)

Rahasia Kotak Kayu Jati
Oleh Wylvera W.

“Hoaaam ....” Dantis menguap sambil melihat jam dinding di kamarnya.
Baru jam enam pagi. Padahal setiap hari Minggu, Dantis selalu bangun lebih siang. Semalam Dantis tidak bisa tidur nyenyak. Ia terus teringat pada kotak kayu seukuran kotak sepatu.
Tanpa sengaja, Dantis sempat melihat kotak kayu itu di atas meja kerja Mama. Ia membawanya ke kamar. Dantis meletakkan kotak kayu jati itu di atas tempat tidurnya. Ia ingin membukanya setelah selesai mandi. Setelah Dantis keluar dari kamar mandi, kotak itu sudah tidak ada.
            Kira-kira apa ya, isi kotak itu? gumam Dantis untuk kesekian kalinya.

            “Dantis!” suara panggilan Mama mengejutkan Dantis.
Dantis bergegas melompat dari tempat tidurnya. Dengan sigap ia merapikan tempat tidur dan kamarnya. Dantis tidak mau Mama memergoki kamarnya yang berantakan.
Di liburan panjang ini Mama dan Papa memutuskan untuk tidak pergi ke mana pun. Mama meminta Dantis menghabiskan hari liburnya di rumah saja. Dantis sebenarnya sedih. Setiap kali liburan sekolah, orangtuanya tidak pernah mengajaknya ke rumah Nenek dan Kakek dari Mama. Setiap kali pula Dantis ingin bertanya, Mama selalu lebih dulu memberi alasan. Akhirnya Dantis tidak berani memaksa.
“Dantiiis...!” suara Mama terdengar lagi.
“Iya, Ma!” sahut Dantis sambil terburu-buru membuka pintu kamarnya.
            “Kamu sarapan dulu. Setelah itu temani Mama, ya!” ujar Mama.
            “Mau ke mana, Ma?” tanya Dantis bingung. 
“Sudah, ikut saja,” jawab Mama.  
Dantis terdiam. Matanya tertuju pada kotak yang terbuat dari kayu jati yang dipegang Mama. Sejak semalam kepalanya sudah dipenuhi oleh kotak kayu jati itu. Rasa penasaran Dantis semakin besar. Ia buru-buru menghabiskan sisa sandwich di tangannya. Dantis ingin tahu ke mana Mama akan mengajaknya bersama kotak kayu jati itu.
            “Kalau sudah selesai sarapan, kita berangkat sekarang!” ajak Mama sambil melangkah menuju pintu depan. Dantis mengikutinya.
Akhirnya Dantis dan Mama sudah ada di dalam mobil. Mama menghidupkan mesin mobilnya dan perlahan membawa mobil itu melaju.  Dantis merasakan keheningan di dalam mobil. Mama hanya menyetir sambil menatap lurus ke jalan. Sementara Dantis sesekali melirik ke arah Mama dan kotak kayu di jok belakang. Dantis ingin mengajak Mama mengobrol tapi ia ragu. Sejak pagi tadi Mama seolah menyimpan sesuatu.
            Setelah setengah jam di perjalanan, Dantis akhirnya bisa bernapas lega. Mobil Mama sudah sempurna terparkir di halaman sebuah rumah. Di halaman depan itu berdiri papan yang bertuliskan “PANTI ASUHAN MELATI”.
            Rasa penasaran Dantis kembali memuncak. Ia mengikuti langkah Mama. Belum sempat Mama memberi salam, Dantis terkejut saat melihat Miss Prita menyambut mereka.
            “Mari masuk. Ini kunjungan pertamamu ke panti kami ya, Dantis?” tanya Miss Prita semakin membuat Dantis sulit bicara.
            Miss Prita sudah menjadi guru les bahasa Inggris Dantis sejak setengah tahun lalu. Selama itu Dantis tidak pernah mendengar kalau Miss Prita punya panti asuhan. Mama dan Papa juga tidak pernah bercerita tentang Miss Prita.
            Miss Prita mengajak Dantis dan Mama masuk. Dantis sempat melihat Mama meletakkan kotak kayu jati yang dibawanya di atas meja.
            “Kotak itu ...,”  gumam Dantis spontan.
            Miss Prita membuka kotak kayu jati itu. Mata Dantis terbelalak melihat isinya.
            “Dantis, Miss. Prita ini adalah sahabat masa kecil Mama. Kami sama-sama dititipkan di sebuah panti asuhan. Kami tidak pernah mengenal siapa orang tua kami,” kata Mama dengan mata berkaca-kaca.
Dantis terdiam. Mama akhirnya bercerita kalau panti asuhan mereka dulu pernah terbakar. Karena peristiwa itu, Mama dan Miss. Prita pun terpisah. Mereka dibawa oleh orang tua asuhnya masing-masing ke kota yang berbeda.
            “Tuhan akhirnya mempertemukan kita kembali di sini. Sejak punya anak, saya memutuskan untuk berhenti ngantor. Uang yang saya kumpulkan saya gunakan untuk mendirikan panti asuhan ini,” tambah Miss. Prita melanjutkan cerita Mama.
            “Waktu kamu cerita tentang Miss Prita, guru lesmu, Mama sudah menebak-nebak dalam hati. Ciri dan karakternya sama dengan sahabat masa kecil Mama. Makanya Mama segera mencari tahu dan kembali membuka kotak kayu jati ini,” ujar Mama kembali melanjutkan ceritanya.
            Dantis memandangi Mama dan Miss Prita bergantian. Perasaan Dantis bercampur-aduk. Rasa penasarannya sejak semalam satu per satu mulai terjawab.
            “Maafkan Mama, ya,” ujar Mama tiba-tiba memelankan suaranya.
            “Mengapa harus minta maaf, Ma? Sekarang aku tahu jawabannya. Aku tidak malu kalau akhirnya tahu bahwa Mamaku adalah anak panti asuhan. Selama ini aku hanya heran dan sedih saja. Setiap kali aku mengajak ke rumah Kakek dan Nenek dari Mama, selalu saja ada alasan supaya aku tidak memaksa. Sementara kalau ke rumah Kakek dan Nenek dari Papa, Mama tidak pernah menolak,” ujar Dantis membuat Mama segera memeluknya.
Mama dan Miss Prita sama-sama menghela napas lega. Dantis tersenyum memandangi kotak kayu jati itu. Isinya ternyata foto-foto kenangan serta catatan-catatan masa kecil Mama dan Miss Prita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar