Rahasia Kate
Oleh Dian Onasis
Cleo memasukkan tempat minumnya ke tas. Matanya melirik Kate yang duduk di sebelah kirinya.
“Wah, tempat minum baru lagi, Kate?” tanya Cleo. Hal ini menarik perhatian Cleo. Soalnya, dalam 2 bulan ini Kate menggunakan 3 tempat minum baru secara bergantian. Tentu menyenangkan punya tempat minum lebih dari satu. Tak perlu khawatir jika lupa mencucinya. Karena ada pengganti.
Tapi, Cleo tahu diri, tidak mungkin setiap bulan minta dibelikan tempat minum baru. Itu pemborosan namanya. Cleo teringat nasihat Mama untuk rajin berhemat dan menabung.
Kate tidak menjawab pertanyaan Cleo. Ia hanya tersenyum penuh rahasia. Kate sibuk merapikan isi meja, seperti yang diperintahkan Miss Rona. Cleo pun membuka bagian atas meja dan memastikan semua alat tulis dan bukunya sudah rapi
"Sssttt, Kate, bukannya bulan lalu, kamu baru beli tempat minum?” Cleo kembali bertanya.
Kate tidak menjawab. Ah, Kate sok misterius, batin Cleo kesal sambil memonyongkan bibirnya. Tumben Kate punya rahasia. Cleo lalu menjulingkan matanya ke hadapan wajah Kate. Kate tertawa geli
"Hihihi, kamu lucu, Cleo." Ujar Kate. Cleo nyengir. Cara seperti itu biasanya berhasil membuat Kate tertawa dan menceritakan rahasianya.
"Ayolah Kate. Kuperhatikan, tempat minummu berganti terus. Apa Papa Mamamu tidak keberatan? Itukan buang-buang uang namanya?” Cleo sok menasihati. Padahal Cleo tak sabar, ingin mendengar rahasia Kate itu.
Sayangnya, Kate senang membuat sahabatnya itu kesal. Kate suka melihat mata Cleo yang berwarna coklat itu berbinar-binar, karena ingin tahu. Kate tetap tersenyum geli melihat Cleo berusaha memancing jawaban. Cleo sudah mengubah wajahnya jadi bermacam bentuk, mulai dari hidung dikembang-kempiskan, mulut digerakkan kiri-kanan, mata dijerengkan hingga dipelototkan. Tapi ternyata tak sukses membuat Kate membuka rahasianya.
Cleo tak sempat bertanya lagi, karena Miss Rona memerintahkan semua anak untuk berdoa pulang. Ketika keluar kelas, Mama Cleo sudah berdiri dekat motornya dan tersenyum ke arah Cleo. Kesempatan Cleo untuk menanyakan rahasia Kate, hilang. Tapi bukan Cleo namanya, jika tidak mencari tahu. Cleo tak mau menyerah begitu saja.
Sore hari, selepas mandi, Cleo segera mengeluarkan sepedanya. Setelah pamit pada mama, ia langsung ngebut bersepeda ke arah rumah Kate. Rumah mereka memang tidak jauh. Hanya butuh 5 menit naik sepeda, Cleo sudah berada di depan pagar rumah Kate. Cleo juga tidak memberitahu Kate, jika ia hendak main ke rumah Kate.
Setiba di depan pagar, Cleo mengintip ke halaman. Ia melihat Kate sedang berjongkok. Di sebelah Kate, ada Papanya. Mereka terlihat asyik membuat sesuatu.
"Selamat sore!" teriak Cleo dari depan pagar. Suara itu mengagetkan Kate. Kate melihat ke pagar, dan sedikit kaget melihat Cleo. Namun Kate langsung tersenyum lebar.
"Wah, kamu benar-benar penasaran ya!" Kata Kate sambil membukakan pintu pagar untuk Cleo. Cleo tertawa tanpa suara. Giginya yang ompong di bagian bawah, tak dipedulikannya.
"Sore Cleo, apa kabar?" tanya Papa Kate.
"Sore Om. Kabarku baik, Om.” Jawab Cleo. “Om dan Kate lagi ngapain?”
"Oh Ini? Om sedang mengajari Kate melukis gambar baru pada botol bekas minuman. Cleo tertarik?" Papa Kate menunjukkan hasil karyanya bersama Kate.
Mata Cleo membelalak. Mulutnya sedikit terbuka. Ia terpukau melihat ada banyak botol bekas minuman air mineral yang sudah dilukis. Ada gambar Olaf dari film Frozen, Doraemon, Kelinci Biru dan banyak lainnya. Cleo suka semua tokoh kartun. Semuanya keren-keren.
“Wah, jadi ini rahasiamu, Kate?” Tanya Cleo sambil mendekat dan memperhatikan hasil karya Kate. Kate mengangsurkan kuas dan beberapa wadah cat kecil ke dekat Cleo.
“Ini, kau bisa coba memberi warna dasar untuk botol yang itu.” Kate menunjuk sebuah botol bekas yang paling besar. Cleo mengangguk dan langsung mewarnai botol tersebut dengan warna orange.
“Tapi, sebetulnya apa hubungannya botol bekas ini dengan tempat minuman baru yang kau punya, ya, Kate?” tanya Cleo sambil terus mengecat. Kate tersenyum. Ternyata Cleo masih penasaran.
“Kau ingat tidak, 2 bulan lalu, aku tidak ikut main sepeda ke rumah Miss Rona?” tanya Kate. Cleo mengangguk.
“Nah, waktu itu, aku bersama papa pergi membeli botol bekas dari tempat pemulung. Lalu aku diajari melukis oleh papa. Hasil dari melukis botol bekas ini kutitipkan Papa. Papaku punya teman yang suka mendaur-ulang benda. Ia menerima, kemudian menjual pot bunga untuk taman gantung. Potnya dibuat dari botol bekas minuman seperti ini,” jelas Kate. Cleo memandang beberapa botol yang sudah dikerjakan Kate.
“Aku diberi satu paket cat dari teman Papa. Lalu untuk setiap lukisan satu botol, aku diberi uang Rp.2.000,- rupiah. Jika aku membuat 5 dalam seminggu. Aku sudah punya Rp.10.000,- per minggu. Dalam sebulan, aku sudah bisa menabung atau membeli benda kesukaanku. Iya kan Pa?” Kate meminta persetujuan pada Papanya. Papa Kate mengangguk
“Wah, kalau aku melukis botol juga, apakah aku boleh titip juga, Om?” harap Cleo. Papa Kate kembali mengangguk.
Senyum Cleo melebar. Tak lama Cleo sudah asyik menemani Kate melukis botol bekas. Mulut kecilnya bergerak-gerak lucu, saat melukis botol. Ia sudah membayangkan akan membeli tempat minum baru bulan depan, atau mungkin liontin kecil untuk mama, atau bisa jadi gelas minum teh untuk papa.