Senin, 15 April 2013

2 MACAM BUAH JADI BONGKAHAN EMAS DAN INTAN

ilustrasi : agus karianto
         Dahulu kala, ada sebuah kerajaan dipimpin oleh raja yang jujur dan adil. Sang Raja memperlakukan seluruh rakyatnya sama kedudukannya di mata hukum. Raja menganggap bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah swt yang patut dihormati kedudukannya. Harta, pangkat, status sosial dan jabatan hanyalah hiasan hidup yang kebetulan hanya dimiliki oleh beberapa orang rakyatnya. Biarpun begitu, kejujuran dan keadilan sang rajalah yang membuat hidup rakyatnya tenang, tidak ada rasa iri dengki antara si kaya dan si miskin.
         Suatu hari, sang raja merasa bingung karena putri satu-satunya yang telah menginjak dewasa belum ada yang meminang juga. Padahal putri sang raja terkenal baik hati, cantik dan senantiasa disayangi seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, sang raja memutuskan akan membuat sebuah sayembara yang ditujukan kepada seluruh rakyatnya untuk memilih calon pendamping putrinya.
         Sejak diumumkan sayembara tersebut ternyata yang mendaftar cukup banyak. Memang sang saja mengharuskan setiap pemuda untuk mengikutinya. Untuk itu, sang raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk mendaftar semua pemuda yang ada di lingkungan kerajaan tanpa terkecuali.
        "Maaf sang Raja," kata salah satu petugas kerajaan. "Seluruh pemuda sudah kami daftar, namun ada seorang pemuda yang menolak untuk mengikuitinya."
        "Apa? Pemuda itu menolak mengikuti sayembaraku? Siapa pemuda itu, wahai pengawalku?"
        "Ampun sang raja. Pemuda itu bernama si Yatim. Dia menolak mengikuti sayembara dengan alasan tidak ingin meninggalkan ibunya yang sedang sakit. Dia ingin mendampingi ibunya yang sudah semakin tua dan sakit-sakitan."
         Sang raja merasa kagum dengan sikap sang pemuda itu. Betapa mulia dan setia pemuda itu dengan seorang wanita yang telah melahirkannya. Kalau si pemuda itu demikian setia dan menghormati ibunya maka sang raja yakin bahwa pemuda tersebut akan setia dengan istrinya. Tentu saja sang raja rela bila si pemuda tersebut menjadi pendamping putri satu-satunya. Namun, sang raja harus tetap pada pendiriannya akan menguji pemuda mana yang layak menjadi pendamping putri satu-satunya. Oleh karena itu. sang raja segera memerintahkan pengawalnya untuk mengikutsertakan pemuda tersebut mengikuti sayembara. Sedangkan  pihak kerajaan akan membawa serta ibunya untuk dirawat di kerajaan. Akhirnya si Yatim bersedia mengikuti sayembara yang diadakan kerajaan.
        Sayembara sang raja adalah masing-masing peserta mendapat bungkusan yang berisi 2 macam buah-buahan. Mereka diperintahkan untuk menghabiskan dua macam buah tersebut di suatu tempat tersembunyi dan tidak ada yang mengetahuinya. Maka siapa yang cepat menyelesaikan pekerjaannya akan menjadi juaranya. Oleh kerena itu, segera berhamburanlah para peserta membawa bungkusannya untuk menghabiskan buah yang dibawanya di tempat yang tersembunyi. Ada yang pergi ke tengah hutan, ada yang pergi ke lautan, ada yang pergi ke puncak gunung, ada yang masuk ke dalam goa.
        Menjelang siang, satu persatu peserta mulai kembali dengan membawa bukti biji buah yang telah mereka makan kepada sang raja. Mereka berkeyakinan bahwa dirinyalah yang menjadi pemenang sayembara karena berhasil makan buah ditempat yang jauh dan sama sekali tidak ada yang melihatnya. Tidak terkecuali para peserta lain juga berkeyakinan yang sama.
        "Aku pergi ke dasar samudra dan mustahil ada yang bisa mengikutiku. Disanalah aku memakan buah itu."
        "Aku memasuki lorong goa yang panjang dan gelap. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        "Aku pergi ke puncak gunung yang tertinggi. Jalannya terjal. Banyak hewan buas di sekelilingnya. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        Sang raja terkagum-kagum dengan usaha keras para rakyatnya. Namun beliau heran ketika melihat si Yatim masih tetap membawa bungkusannya. Sepertinya dia belum memakan buah yang dibawanya. Lalu sang raja memerintahkan si Yatim untuk menghadapnya.
       "Hei, kamu si Yatim. Kenapa bungkusanmu masih utuh? Kamu belum memakan buah itu, ya?"
       Dan seluruh peserta memperhatikan sikap si Yatim. Mereka keheranan dengan perbuatan si Yatim. Mereka menduga bahwa dia kesulitan menemukan tempat untuk bersembuyi.
       "Maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba tidak menyukai buah-buahan ini. Hamba ingin sekali memakannya. Namun setiap kali  mau makan buah ini, hamba teringat pesan sang Raja untuk memakan buah ini di tempat yang tidak diketahui siapapun. Tetapi kenyataannya, dimanapun hamba mau makan buah ini ternyata selalu ada yang melihatnya. Jadi hamba mengurungkan niat makan buah ini."
       "Apa maksudmu, Yatim?" tanya sang raja penasaran.
       "Dimanapun hamba mau melaksanakan niat makan buah tersebut ternyata selalu ada yang melihatnya. Ada yang senantiasa mengawasi hamba. Dialah Allah SWT, paduka. Kemanapun hamba pergi di tempat sunyi namun Allah swt senantiasa mengawasi hamba. Dimanapun hamba bersembunyi namun Allah swt senantiasa melihat hamba. Oleh karena itu hamba tidak jadi makan buah pemberian paduka."
         Sang raja terkejut mendengar jawaban pemuda di depannya. Dia membenarkan apa yang diucapkannya. Ternyata pemuda yang dihadapannya adalah orang yang istimewa. Keimanannya begitu tinggi. Pemuda seperti ini yang layak menjadi seorang pemimpin. Seorang pemuda amanah dan begitu takut melanggar perjanjian yang telah disepakatinya. Kalau setiap tindakan senantiasa yakin ada yang mengawasinya yaitu Allah swt maka setiap tindakan yang dilakukan akan senantiasa jauh dari melanggar perbuatan yang kurang pantas dan tidak senonoh.
         Tidak terkecuali sang raja, namun seluruh peserta sayembara juga mengagumi kejujuan si Yatim. Dan seluruh peserta rela apabila yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim. Lalu sang raja bertitah :
         "Sekarang aku tetapkan yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim." kata sang raja yang diiringi tepuk tangan seluruh rakyat yang menyaksikan pengumuman pemenang sayembara.
         "Mohon maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba menolak maksud paduka. Namun hamba merasa bahwa hamba hanyalah pemuda miskin. Hamba tidak layak menjadi pendamping putri paduka. Hamba tidak memiliki apa-apa sebagai maskawin pernikahan dengan putri paduka."
         "Hemmm....kejujuran dan sikap amanahmu itu sudah cukup sebagai syaratnya. Dan sebagai maskawinnya adalah dua macam buah yang ada dalam bungkusan itu. Nah, silahkan buka segera buah-buah itu."
         Kemudian si Yatim mengambil bungkusan buah pemberian raja. Lalu dia  segera  membukanya di hadapan seluruh rakyat dan sang putri raja. Dan betapa terkejutnya seluruh rakyat yang menyaksikan kejadian di hadapannya. Ternyata dua macam buah yang dibawa si Yatim telah berubah menjadi bongkahan emas dan bongkahan intan yang kemilauan.
         Sang raja dan sang putri tersenyum senang sebab tidak lama lagi sang putri akan berdampingan dalam pelaminan mendapatkan si Yatim yang jujur dan amanah.


selesai
sumenep, 16 april 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar