Rabu, 24 April 2013

SI ALGAKA PENYELAMAT TERUMBU KARANG

foto : wikipedia-terumbu karang di pulau edenbury




          Sore itu, di pojok rumah Pak Po, berpuluh-puluh karang sedang menangis. Mereka merasa tersiksa karena ulah para nelayan yang sering merusak habitatnya. Merusak tempat hidupnya. Para nelayan sering mencari ikan dengan menggunakan bom. Akibat ledakan bom nelayan itulah yang mengakibatkan tubuh terumbu karang terpotong-potong. Bahkan, potongan-potongan tubuh terumbu karang diambil para nelayan untuk dijual. Hal inilah yang membuat para terumbu karang sedih dan senantiasa menangis.
          "Huhuu..huhu...tubuhku terpotong separuh."
          "Huhuhuhu...iya tanganku juga terpotong."
          "Huhuhuhu...para nelayan memang kejam...tubuhku dipasangi bom...dan tubuhku akhirnya porak poranda akibat ledakannya."
          "Iya para nelayan sungguh bodoh...mereka tidak mengerti fungsi kita."
          "Benar...para nelayan terlalu ceroboh...terlalu sembrono....dengan merusak terumbu karang maka ikan-ikan akan kesulitan mendapatkan makanan karena plankton-plankton kabur semua dan produksi oksigen dari si Alga akan berkurang."
          "Memang sungguh bodoh mereka mengambil jalan pintas demi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan kepentingan jangka panjangnya."
          "Dengan mengebom dan merusak terumbu karang maka cadangan makanan mereka dalam jangka panjang akan semakin menipis...akhirnya mereka akan menderita paceklik makanan dari laut."
          "Memang para nelayan itu sungguh TER...LA...LU....!"
          "Lalu bagaimana dengan nasib kita...huhuhuhu..."
          Seorang anak nelayan terharu melihat terumbu karang-terumbu karang sedang menangis. Maka dia berusaha menghampirinya.
         "Selamat sore, terumbu karang," sapa anak nelayan. "Kenapa kamu menangis? Ada yang bisa aku bantu?"
         "Huhuhuhuhu....selamat sore, anak nelayan," jawab si terumbu karang. "Kami sangat sedih sekali karena para nelayan telah merusak rumah kami di laut. Mereka mencari ikan dengan menggunakan bom. Akibatnya tubuh-tubuh kami jadi terpotong-potong seperti ini. Bahkan, mereka mau menjual kami untuk hiasan. Itulah yang membuat kami menangis."
         "Sungguh kasihan kamu. Memang benar. Para orang tua kami selalu menggunakan bom untuk menangkap ikan. Mereka memasang bom di sela-sela terumbu karang agar.saat bom itu meledak maka  ikan-ikan akan mati. Padahal kata bapak dan ibu guru, kalau kita menangkap ikan menggunakan bom maka akan merusak terumbu karang dan habibat laut. Padahal terumbu karang sangat dibutuhkan ikan-ikan untuk berkembang biak dan mencari makanan. Kalau terumbu karang rusak maka ikan-ikan akan pergi ke tempat lain yang masih banyak makanannya."
         "Wah...benar itu, kawan. Terkadang manusia tidak menyadari akan keberadaan dan manfaat terumbu karang di dalam laut. Sebenarnya kalau mereka mengerti maka seharusnya terumbu-terumbu karang dilindungi dan dilestarikan. Bila habitat terumbu karang dijaga maka cadangan oksigen dan cadangan makanan ikan akan berlimpah ruah. Ikan-ikan akan semakin senang berkembangbiak dan berkumpul di sana. Para nelayan tentunya akan semakin mudah mendapatkan ikan-ikan karang yang besar-besar serta lezat rasanya."
         "Wah Benar, kawan. Akhir-akhir ini orang tua kami semakin putus asa. Sepanjang hari mereka mencari ikan namun selalu tidak mendapatkan seekor tangkapan sama sekali. Ikan-ikan sepertinya menghilang dan menjauh dari laut sekitar sini."
         "Itulah akibat ulah mereka sendiri akhirnya ikan-ikan pergi menjauh semua." kata terumbu karang.
          "Lalu, apa yang bisa aku bantu, kawan?" tanya si anak nelayan..
          "Begini, anak nelayan," kata terumbu karang. "Kami minta bantuanmu agar kamu mengembalikan potongan-potongan tubuhku ke habitatnya lagi. Aku kasihan kepada sahabatku si Alga yang kesulitan mendapat tempat tinggal karena tubuhku diangkat ke darat oleh para nelayan. Dan aku berjanji apabila tubuhku dikembalikan ke laut maka tidak berapa lama lagi ikan-ikan akan kembali lagi ke perairan laut desa sekitar sini. Namun kami berpesan agar para nelayan tidak mencari ikan dengan menggunakan bom atau merusak terumbu karang tempat kami melangsungkan kehidupan."
        Akhirnya, saat malam tiba...si anak nelayan mengembalikan batu karang-batu karang ke habitatnya semula. Si anak nelayan juga menyampaikan pesan si batu karang kepada para nelayan agar tidak mencari ikan dengan menggunakan bom lagi. Selain itu si anak nelayan juga melarang para nelayan merusak batu karang yang berada di terumbu karang di pantai mereka, melarang para nelayan mencemari pantai dengan sampah maupun zat kimia yang  dapat mencemari laut.
        Dan tidak berapa lama kemudian, para nelayan mencoba mencari ikan ke laut lagi.
        "Wah....aku dapat ikan kerapu....wah besar sekali ikan ini...tentu harganya mahal....hahahahhaha...."
        "Hoiiiiii....aku juga mendapat ikan kerapu yang besar...." teriak nelayan yang lain.
        Dan sejak saat itu setiap  hari para nelayan senantiasa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang besar-besar. Kehidupan para nelayan berangsur-angsur membaik. Cadangan makanan mereka mulai tercukupi. Mereka kini menyadari bahwa menangkap ikan menggunakan bom adalah tindakan yang bodoh dan tidak terpuji yang mengakibatkan malapetakan bagi perairan mereka.  Malapetaka itu terjadi tidak dalam waktu sehari dua hari, namun berlangsung dalam waktu yang berkepanjangan.
       Si anak nelayan merasa senang dengan perubahan kebiasaan para nelayan. Demikian juga si batu karang dan si alga kini mulai hidup tenteram lagi di habitatnya tanpa diganggu oleh ulah manusia lagi. Dan untuk menyampaikan rasa terima kasihnya maka si batu karang dan si alga memberi nama si anak nelayan yang telah menyelamatkan terumbu karang dengan sebutan SI ALGAKA....singkatan dari kata si Alga dan Si Karang....


selesai....

pesan moral : mari kita lestarikan terumbu karang dunia demi kelestarian alam semesta...


sumenep, 25 April 2013...

Senin, 15 April 2013

2 MACAM BUAH JADI BONGKAHAN EMAS DAN INTAN

ilustrasi : agus karianto
         Dahulu kala, ada sebuah kerajaan dipimpin oleh raja yang jujur dan adil. Sang Raja memperlakukan seluruh rakyatnya sama kedudukannya di mata hukum. Raja menganggap bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah swt yang patut dihormati kedudukannya. Harta, pangkat, status sosial dan jabatan hanyalah hiasan hidup yang kebetulan hanya dimiliki oleh beberapa orang rakyatnya. Biarpun begitu, kejujuran dan keadilan sang rajalah yang membuat hidup rakyatnya tenang, tidak ada rasa iri dengki antara si kaya dan si miskin.
         Suatu hari, sang raja merasa bingung karena putri satu-satunya yang telah menginjak dewasa belum ada yang meminang juga. Padahal putri sang raja terkenal baik hati, cantik dan senantiasa disayangi seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, sang raja memutuskan akan membuat sebuah sayembara yang ditujukan kepada seluruh rakyatnya untuk memilih calon pendamping putrinya.
         Sejak diumumkan sayembara tersebut ternyata yang mendaftar cukup banyak. Memang sang saja mengharuskan setiap pemuda untuk mengikutinya. Untuk itu, sang raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk mendaftar semua pemuda yang ada di lingkungan kerajaan tanpa terkecuali.
        "Maaf sang Raja," kata salah satu petugas kerajaan. "Seluruh pemuda sudah kami daftar, namun ada seorang pemuda yang menolak untuk mengikuitinya."
        "Apa? Pemuda itu menolak mengikuti sayembaraku? Siapa pemuda itu, wahai pengawalku?"
        "Ampun sang raja. Pemuda itu bernama si Yatim. Dia menolak mengikuti sayembara dengan alasan tidak ingin meninggalkan ibunya yang sedang sakit. Dia ingin mendampingi ibunya yang sudah semakin tua dan sakit-sakitan."
         Sang raja merasa kagum dengan sikap sang pemuda itu. Betapa mulia dan setia pemuda itu dengan seorang wanita yang telah melahirkannya. Kalau si pemuda itu demikian setia dan menghormati ibunya maka sang raja yakin bahwa pemuda tersebut akan setia dengan istrinya. Tentu saja sang raja rela bila si pemuda tersebut menjadi pendamping putri satu-satunya. Namun, sang raja harus tetap pada pendiriannya akan menguji pemuda mana yang layak menjadi pendamping putri satu-satunya. Oleh karena itu. sang raja segera memerintahkan pengawalnya untuk mengikutsertakan pemuda tersebut mengikuti sayembara. Sedangkan  pihak kerajaan akan membawa serta ibunya untuk dirawat di kerajaan. Akhirnya si Yatim bersedia mengikuti sayembara yang diadakan kerajaan.
        Sayembara sang raja adalah masing-masing peserta mendapat bungkusan yang berisi 2 macam buah-buahan. Mereka diperintahkan untuk menghabiskan dua macam buah tersebut di suatu tempat tersembunyi dan tidak ada yang mengetahuinya. Maka siapa yang cepat menyelesaikan pekerjaannya akan menjadi juaranya. Oleh kerena itu, segera berhamburanlah para peserta membawa bungkusannya untuk menghabiskan buah yang dibawanya di tempat yang tersembunyi. Ada yang pergi ke tengah hutan, ada yang pergi ke lautan, ada yang pergi ke puncak gunung, ada yang masuk ke dalam goa.
        Menjelang siang, satu persatu peserta mulai kembali dengan membawa bukti biji buah yang telah mereka makan kepada sang raja. Mereka berkeyakinan bahwa dirinyalah yang menjadi pemenang sayembara karena berhasil makan buah ditempat yang jauh dan sama sekali tidak ada yang melihatnya. Tidak terkecuali para peserta lain juga berkeyakinan yang sama.
        "Aku pergi ke dasar samudra dan mustahil ada yang bisa mengikutiku. Disanalah aku memakan buah itu."
        "Aku memasuki lorong goa yang panjang dan gelap. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        "Aku pergi ke puncak gunung yang tertinggi. Jalannya terjal. Banyak hewan buas di sekelilingnya. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        Sang raja terkagum-kagum dengan usaha keras para rakyatnya. Namun beliau heran ketika melihat si Yatim masih tetap membawa bungkusannya. Sepertinya dia belum memakan buah yang dibawanya. Lalu sang raja memerintahkan si Yatim untuk menghadapnya.
       "Hei, kamu si Yatim. Kenapa bungkusanmu masih utuh? Kamu belum memakan buah itu, ya?"
       Dan seluruh peserta memperhatikan sikap si Yatim. Mereka keheranan dengan perbuatan si Yatim. Mereka menduga bahwa dia kesulitan menemukan tempat untuk bersembuyi.
       "Maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba tidak menyukai buah-buahan ini. Hamba ingin sekali memakannya. Namun setiap kali  mau makan buah ini, hamba teringat pesan sang Raja untuk memakan buah ini di tempat yang tidak diketahui siapapun. Tetapi kenyataannya, dimanapun hamba mau makan buah ini ternyata selalu ada yang melihatnya. Jadi hamba mengurungkan niat makan buah ini."
       "Apa maksudmu, Yatim?" tanya sang raja penasaran.
       "Dimanapun hamba mau melaksanakan niat makan buah tersebut ternyata selalu ada yang melihatnya. Ada yang senantiasa mengawasi hamba. Dialah Allah SWT, paduka. Kemanapun hamba pergi di tempat sunyi namun Allah swt senantiasa mengawasi hamba. Dimanapun hamba bersembunyi namun Allah swt senantiasa melihat hamba. Oleh karena itu hamba tidak jadi makan buah pemberian paduka."
         Sang raja terkejut mendengar jawaban pemuda di depannya. Dia membenarkan apa yang diucapkannya. Ternyata pemuda yang dihadapannya adalah orang yang istimewa. Keimanannya begitu tinggi. Pemuda seperti ini yang layak menjadi seorang pemimpin. Seorang pemuda amanah dan begitu takut melanggar perjanjian yang telah disepakatinya. Kalau setiap tindakan senantiasa yakin ada yang mengawasinya yaitu Allah swt maka setiap tindakan yang dilakukan akan senantiasa jauh dari melanggar perbuatan yang kurang pantas dan tidak senonoh.
         Tidak terkecuali sang raja, namun seluruh peserta sayembara juga mengagumi kejujuan si Yatim. Dan seluruh peserta rela apabila yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim. Lalu sang raja bertitah :
         "Sekarang aku tetapkan yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim." kata sang raja yang diiringi tepuk tangan seluruh rakyat yang menyaksikan pengumuman pemenang sayembara.
         "Mohon maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba menolak maksud paduka. Namun hamba merasa bahwa hamba hanyalah pemuda miskin. Hamba tidak layak menjadi pendamping putri paduka. Hamba tidak memiliki apa-apa sebagai maskawin pernikahan dengan putri paduka."
         "Hemmm....kejujuran dan sikap amanahmu itu sudah cukup sebagai syaratnya. Dan sebagai maskawinnya adalah dua macam buah yang ada dalam bungkusan itu. Nah, silahkan buka segera buah-buah itu."
         Kemudian si Yatim mengambil bungkusan buah pemberian raja. Lalu dia  segera  membukanya di hadapan seluruh rakyat dan sang putri raja. Dan betapa terkejutnya seluruh rakyat yang menyaksikan kejadian di hadapannya. Ternyata dua macam buah yang dibawa si Yatim telah berubah menjadi bongkahan emas dan bongkahan intan yang kemilauan.
         Sang raja dan sang putri tersenyum senang sebab tidak lama lagi sang putri akan berdampingan dalam pelaminan mendapatkan si Yatim yang jujur dan amanah.


selesai
sumenep, 16 april 2013

Sabtu, 13 April 2013

BUAH KESABARAN SI KAYU DAN SANG PAKU

ilustrasi : agus karianto
     Siang itu, di gudang nampak si kayu sedang menangis tersedu-sedu. Selama ini si kayu senantiasa menyesali diri. Ia menyesal menjadi kayu karena tubuhnya senantiasa dilukai oleh manusia. Terkadang digergaji, dipotong-potong dan bila tubuhnya sudah tidak berguna maka dijadikan kayu bakar. Hal inilah yang membuat dirinya senantiasa marah-marah. Seluruh teman yang ada di dekatnya senantiasa menjadi pelampiasan kemarahannya.
      Kebetulan saat itu si pemilik gudang sedang membuat meja kursi yang belum selesai.
      "Hoi, Paku! Kamu itu makin menyengsarakan aku saja!" bentak si kayu.
      "Lho...apa maksudmu, kayu?" jawab sang paku.
      "Eeee...kura-kura dalam perahu...pura pura tidak tahu, lagi...dasar."
      "Lha iya...kenapa kamu bilang aku menyengsarakanmu? Kok bisa?" tanya sang paku tidak mengerti maksud pembicaraan si kayu.
      "Sejak kedatanganmu, aku semakin sengsara. Tubuhku sebelumnya sudah dipotong-potong, digergaji dan sekarang kamu melukai tubuhku dengan ujung pakumu. Sakit, tahu !!!!"
        Sang paku cuma bisa terdiam mendengar penuturan si kayu.
        "Aku sendiri tidak bisa menolak ketika ujung pakuku menancap di tubuhmu," kata sang paku. "Bukankah yang menancapkan aku ke tubuhmu adalah pemilik gudang ini...jadi bukan aku yang salah....aku tidak bisa menolaknya"
         "Omong kosong....pokoknya sejak kedatangamu aku semakin menderita....itu salahmu!!! kata si kayu.
         "Wuah...ya tidak bisa begitu...aku sendiri juga menderita tetapi aku tidak berteriak-teriak seperti kamu."
        "Hoi jangan membelokkan masalah, kamu," bentak si kayu. "Aku yang menderita kamu kok ikut-ikutan menderita...memangnya apa penderitaanmu?"
        Sang paku mencoba menjawab si kayu sambil mengelus-elus kepalanya.
        "Memangnya kamu saja yang merasakan tubuhmu sakit? Tidakkah kamu lihat kepalaku selalu dipukul palu terus menerus sampai  botak begini....aku pusing....aku pusing setiap kepalaku dipukul-pukul palu."
        Dan Si kayu tertawa terbahak-bahak melihat kepala sang paku yang botak mengkilap akibat pukulan palu.
        "Hahahahahhahahahaha....hahahahahahah....hahahahaha....kepalamu lucu?" kata si kayu sambil terus tertawa terbahak-bahak.
         Sang paku ikut tertawa. Ia senang melihat si kayu mulai bisa melupakan rasa sedihnya. Kini si kayu berhenti menyalahkan diri sendiri karena ada temannya yang ikut menderita seperti dirinya.
         "Sebenarnya kamu harus merasa bangga, Kayu," kata sang paku.
         "Apa maksudmu,  paku?" tanya si kayu tidak mengerti.
         "Sebenarnya semua pengorbananmu itu tidak seberapa dibandingkan dengan besarnya jasamu untuk seluruh dunia ini."
         "Hahahaha...jasa katamu? Jasa apa?!" tanya si kayu.
         "Begini, teman. Selama ini tubuhmu selalu dipotong-potong, digergaji, dihaluskan. Setelah itu tubuhmu direkatkan satu sama lain menggunakan paku. Dan setelah itu jadilah aneka jenis meja, kursi dan peralatan rumah tangga lain dengan bentuk yang indah. Namun, tidakkah kamu tahu bahwa dengan pengorbananmu ini kamu sudah menjadi bagian melahirkan para pahlawan, para ilmuwan, para peneliti, doktor, dokter, profesor dan masih banyak lagi profesi yang lain. Mereka bisa cerdas karena sebelumnya menuntut ilmu di bangku sekolah. Setiap hari mereka menuntut ilmu menggunakan tubuhmu. Coba bayangkan andai saja kamu tidak mengorbankan tubuhmu untuk dijadikan bangku dan kursi sekolah, maka mereka akan kesulitan menulis ilmu-ilmunya. Tentunya dunia keilmuan akan tidak bisa berkembang secepat ini."
          Si kayu hanya bisa diam mendengar penuturan sang paku. Dia kini sadar bahwa tidak seharusnya setiap hari dia menyesali diri. Seharusnya dia bangga karena sedikit pengobanannya ternyata bisa berperan serta memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
          "Benar katamu, teman. Buat apa kita menyesali diri sendiri pada setiap pengorbanan yang kita kerjakan. Ternyata setiap pengorbanan  tentu akan menghasilkan kebaikan yang tidak kita sadari sebelumnya," kata si kayu sambil merelakan tubuhnya dipaku untuk dijadikan bangku-bangku sekolah.



selesai,'
sumenep, 6 April 2013