Jumat, 20 Desember 2013

KISAH NABI IDRIS Alaihi Salam| Kisah 25 Nabi dan Rosul





Kisah Nabi Idris Alaihi Salam - Tidak banyak keterangan yang didapat tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:
"Dan ceritakanlah ( hai Muhammad kepada mereka , kisah ) Idris yang terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia

Kamis, 19 Desember 2013

KISAH NABI ADAM Alaihi Salam| Kisah 25 Nabi dan Rosul





Kisah Nabi Adam Alaihi Salam - Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para

Rabu, 30 Oktober 2013

RAJA BIJAKSANA DAN 3 RAKYATNYA

ilustrasi : aguskarianto
        Ada sebuah kerajaan dipimpin seorang raja yang bijaksana dan adil. Dia enggan menggunakan kekayaan kerajaan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. Seluruh harta kekayaan kerajaan digunakan untuk memakmurkan rakyatnya. Sehingga tidak heran, seluruh rakyat senantiasa menaruh hormat dan kagum kepada sang raja dan keluarganya. Dan tidak heran seluruh titah raja senantiasa dipatuhi dan dilaksanakan dengan ikhlas oleh rakyatnya.
        Suatu hari, baginda raja ingin menguji kesetiaan rakyatnya. Maka diutuslah seorang hulubalang untuk memanggil 3 orang rakyat yang telah dipilih secara acak oleh sang raja. Tidak lama kemudian, datanglah 3 orang rakyat yang dimaksud. Ketiga rakyat yang  dipanggil sang raja beranggapan bahwa tentu sang raja akan memberi hadiah yang istimewa kepada mereka, karena sang raja begitu dermawan kepada rakyatnya.
        "Assalamu'alaikum, rakyatku," sapa sang raja kepada ketiga rakyatnya yang telah berada di hadapannya.
        "Walaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh, paduka. Kami bertiga menghaturkan salam hormat," jawab ketiganya serentak.
        "Hemmm...terima kasih kalian telah memenuhi undanganku. Aku memanggil kalian karena ingin memberi tugas untuk mengambilkan buah-buahan yang ada di wilayah kerajaan ini. Apa kalian mau mengerjakannya?"
        "Waaah... dengan senang hati hamba akan mengerjakannya, paduka," jawab ketiganya.
         Baginda raja senang mendengar jawaban yang tulus dan kesanggupan rakyatnya.
         Lalu sang raja memerintahkan seorang prajurit mengambilkan 3 buah keranjang besar.
        "Nah, masing-masing dari kalian harus memenuhi keranjang tersebut dengan aneka macam buah-buahan yang ada di wilayah kerajaan ini. Bila tugas kalian telah selesai maka bawalah buah-buahan tersebut ke hadapanku. Kalian mengerti?"
         Ketiga rakyatnya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Lalu mereka pergi dengan membawa keranjangnya masing-masing.
         Ternyata, ketiga rakyatnya memiliki pemikiran yang berbeda terhadap tugas yang diembannya. Ada yang menganggap bahwa tugas sang raja adalah suatu kehormatan baginya, sehingga dia harus melaksanakan dengan senang hati dan  penuh keikhlasan serta berusaha mempersembahkan aneka macam buah berkualitas kepada raja mereka. Rakyat kedua menganggap perintah itu biasa saja, sang raja tentu tidak akan memperhatikan dan tidak mungkin akan menghitung buah yang dia kumpulkan. Bukankah sang raja telah makmur dan kaya-raya, tentu tugas ini hanya sekedar menguji kesetiaan saja. Oleh karena itu, ia sembarangan memetik  buah-buahan untuk sang raja. Buah-buahan mentah maupun yang sudah hampir busuk dia masukkan ke keranjang. Bahkan dia menata buah ke dalam keranjang juga sembarangan, tidak tertata. Selain itu. agar keranjangnya nampak menarik di hadapan sang raja maka dia sengaja menaruh buah-buahan yang segar dan masak di lapisan atas keranjangnya. Dan rakyat yang ketiga  beranggapan bahwa tugas dari sang raja adalah sebuah penghinaan baginya. Dia sudah merasa hidupnya enak, kaya. semua serba ada tetapi sekarang disuruh  mengambilkan buah buat si raja. Bukankah kalau sang raja ingin makan buah-buahan tinggal beli di pasar semua tentu ada. "Harta kerajaan khan banyak," pikir rakyat ketiga ini. Oleh karena itu, dia sengaja melaksanakan perintah raja dengan penuh kemalasan dan sembarangan. Dia ingin secepatnya memenuhi keranjangnya agar segera bisa mengakhiri pekerjaannya. Oleh karrena itu, dia  mengisi keranjangnya dengan buah-buahan yang asal petik saja. Tidak peduli buah masak ataupun buah masih muda ia masukkan ke keranjangnya. Dia senantiasa bekerja dengan ngedumel. Menggerutu. Tidak ikhlas dalam mengerjakan tugas. Apapun jenis buah yang ada di hadapannya dia masukkan ke dalam keranjang. Bahkan buah-buahan yang beracunpun dia masukkan keranjangnya juga. Dia sengaja melakukan hal itu karena ingin membalas kesewenang-wenangan sang raja kepadanya.
          Dan sore hari, ketiga rakyatnya telah mengisi seluruh keranjangnya dengan bermacam-macam buahan sesuai dengan yang dipesan sang raja. Mereka bersama-sama menghadap sang raja.
         "Wuah...kalian memang benar-benar rakyatku yang setia dan taat terhadap perintah raja. Aku kagum dengan ketaatan kalian. Nah..karena bekal kalian sudah banyak maka aku perintahkan kepada para prajurit untuk membawa kalian menempati pulau-pulau terpencil yang telah disiapkan kerajaan. Pulau itu dihadiahkan kepada kalian bertiga. Disana tidak ada makanan secuilpun. Oleh karena itu, selama di pulau tersebut kalian hanya dibekali dengan sekeranjang buah-buahan yang telah kalian kumpulkan," demikian perintah sang raja. Lalu para prajurit membawa mereka menyeberangi pulau untuk ketiga rakyatnya.
          Betapa terkejutnya ketiga rakyatnya mendengar titah sang raja. Sang raja memang telah menguji keikhlasan rakyatnya dalam mengabdi kepada rajanya. Perintah raja harus dilaksanakan.
         "Jadi semua buah ini untuk hamba paduka?!" kata mereka. Dan ketiga rakyatnya menyambut keputusan raja dengan raut wajah yang berbeda.
          Rakyat yang benar-benar ikhlas bekerja dan berusaha mempersembahkan kualitas terbaik dalam pengabdiannya maka akan merasakan kenikmatan dengan jerih payahnya untuk dirinya sendiri. Sementara rakyat yang menganggap biasa saja perintah sang raja maka akan menyesal karena tidak serius dan asal-asalan melaksanakan perintah sang raja. Sedangkan rakyatnya yang merasa perintah sang raja adalah sebuah penghinaan baginya dan melakukan tugas sembarangan maka akhirnya akan merasakan betapa sengsaranya hidup dengan bekal yang tidak berkualitas dan bekal yang terkesan asal-asalan.
         "Sebenarnya Aku tidak butuh dengan hasil pekerjaan kalian karena aku sudah kaya dan tidak membutuhkan semua itu. Aku memerintahkan kalian mengerjakan tugas karena aku ingin melihat sampai sejauh mana kualitas dan ketulusan pengabdian kalian kepadaku," kata sang raja sambil menatap ketiga rakyatnya yang berjalan pergi bersama para prajurit menuju pulau terpencil bagi ketiganya.


selesai,-


moral cerita : Allah swt itu maha kaya dan Maha bijaksana. Dia memerintahkan makhluknya untuk
                     beribadah sebenarnya untuk melihat sejauh mana kualitas pengabdian kita kepada-Nya.
                     Semua nilai ibadah yg kita kerjakan sebenarnya hasilnya untuk peningkatan kadar
                     kualitas kita sendiri di hadapan-Nya. 

Sabtu, 26 Oktober 2013

KISAH SI KATAK DAN SI BELALANG

illustrasi : agus karianto

        

          Siang itu, kerajaan binatang sedang terjadi huru-hara. Seorang raksasa telah mengobrak-abrik seluruh desa. Tidak peduli rumah si kaya atau pun si miskin semua dirusaknya. Sarang-sarang binatang ikut dirusak pula. Seluruh makanan penduduk dia lahap sampai habis. Sumber air minum dia minum sampai habis juga. Akhirnya sumber makanan dan minuman di desa semakin menipis. Rakyat dan hewan-hewan semakin menderita karena kekurangan makanan dan minuman.
        Setiap hari si raksasa senantiasa mengejar-ngejar rakyat ataupun hewan-hewan. Dia tidak segan-segan melukai siapa saja yang ditemuinya. Dia merasa seolah-olah hanya dia sendiri yang bisa berkuasa di kampung yang sedang didudukinya. Apapun yang dilakukannya tidak ada yang berani memprotesnya. Rakyat dan hewan-hewan semakin marah dan resah melihat ulah si raksasa.  Namun mereka tidak bisa berbuat apa apa. 
       Akhir-akhir ini rakyat dan para hewan semakin geram dengan ulah si raksasa. Mereka marah karena si raksasa telah menyebarkan racun kepada seluruh rakyat dan hewan-hewan. Siapa saja yang terkena racun si raksasa maka seketika matanya terasa pedih dan akhirnya menjadi buta. Setiap pagi si raksasa senantiasa berjalan ke sudut-sudut kampung untuk mencari sasaran jadi korbannya. Rakyat dan hewan-hewan yang menjadi buta semakin resah dan sedih karena sekarang mereka tidak bisa berakitifitas lagi. Mereka tidak bisa bekerja mencari makan untuk anak-anaknya. Mereka hanya bisa berharap pertolongan dari yang maha kuasa agar ada seseorang yang bisa membebaskan penderitaan mereka.
      Siang itu, ada seekor katak  yang selamat dari racun si raksasa. Dia sedih melihat kampungnya semakin sepi karena penduduknya menderita buta. Dia sebenarnya ingin menolong mereka, namun karena tubuh  si katak kecil sehingga dia agak ragu untuk bisa melawan si raksasa sendirian. "Sekali diinjak pasti aku akan tewas di bawah kaki si raksasa," gumam si katak. "Tapi kalau bukan aku lalu siapa lagi  yang bisa menolong mereka? Kokon katanya penawar racun si raksasa tersimpan di dalam mulutnya. Aku harus bisa membuat dia membuka mulutnya agar penawan racun itu keluar. Aku haris bisa menggelitik tubuhnya agar mulutnya terbuka. Tapi mana aku sanggup hinggap di tubuhnya yang tinggi besar begitu?"
      “Assalamu'alaikum, teman-teman," sapa katak .
      "Wa'alaikumussalam warohmatullahiwabarokatuh...wah mendengar cara bicaranya... apakah kau si katak?" jawab si kudanil. "Kau masih selamat dan tidak buta, kawan?"
       "Alhamdulillah, kawan," jawab si katak. "Aku kebetulan memiliki kelopak mata yang besar yang bisa melindungi mataku saat si raksasa itu menyebarkan racunnya. Akhirnya aku selamat."
       "Tolonglah kami, Katak...tolonglah kami...tolonglah engkau cari obat penawar racun mata ini," 
       "Jangan khawatir, kawan..aku akan menolong kalian. Namun bagaimana caranya agar aku bisa mengeluarkan penawar racun yang tersimpan dalam mulut si raksasa itu? Tubuhku amat kecil. Lalu bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan si raksasa itu?  apa yang bisa aku perbuat?"
       Dan semua hewan-hewan terdiam. Mereka tidak bisa menyalahkan sikap si katak yang takut menghadapi si raksasa. Mereka sadar bahwa tubuh si katak amat kecil dibandingkan dengan tubuh si raksasa. Akhirnya mereka menjadi putus harapan. Mereka pasrah dengan penderitaan yang dialaminya saat ini.
      Namun di tengah kebingungan mereka menyusun rencana untuk mengalahkan si raksasa, tiba-tiba majulah seekor belalang  buta yang memberanikan diri ingin bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa.
     “Aku mau melawan si raksasa.” kata si belalang buta
     “Hah? si belalang buta akan melawan si raksasa? Gila !”
     “Aku sebelumnya sudah menduga kalau kalian akan meragukan kemampuanku. Memang tubuhku kecil namun aku memiliki lompatan yang bagus daripada kalian. Kalau kita mengandalkan tenaga  tentu siapapun akan tidak sanggup menghadapi si raksasa.  Kita harus menggunakan akal untuk bisa mengalahkan si raksasa itu. Oleh karena itu aku akan bekerjasama dengan si katak untuk melawan si raksasa. "
     “Wah benar. Lompatanmu sangat jauh. Dan pasti kamu bisa secepat kilat mengalahkan si raksasa. Tapi bagaimana caranya?” kata pak sapi.
      “Lalu bagaimana kamu bisa melawan si raksasa. Bukanlah matamu juga buta, kawan?” tanya pak sapi.
       “Begini, Pak sapi. Si katak harus membawaku mendekati mulut si raksasa. Dan si katak harus mengarahan tubuhku tepat ke kepalanya. Nah aku usahakan hanya dengan sekali lompat aku harus bisa hinggap di mulut si raksasa. Bagaimana kamu sanggup, katak?”
     “Wuah...ide yang cemerlang. Ayo kita laksanakan, kawan. Mari kamu naik ke kepalaku. Biar aku membawa kamu mendekati mulut si raksasa."
         Lalu si kodok melompat-lompat mendekati tubuh si raksasa sambil membopong tubuh si belalang di atas kepalanya. Agar si belakang bisa sedekat mungkin mencapai mulut si raksasa maka si katak membawanya menaiki pohon yang tinggi setinggi tubuh si raksasa.
      “Okey...kita sekarang sudah setinggi si raksasa. Dan aku sudah mengarahkan tubuhku tepat ke arah kepala si raksasa. Okey...siap... kamu siap melompat, kawan. satuuu...dua...tiii..gaaaa!!!”
      Dan....”Staaaappppppppp...” dengan sekali lompatan si belalang sudah menempel ke mulut si raksasa yang sedang tidur. Si belalang segera menggigit mulut si raksasa kuat-kuat. Selesai menggigit bagian mulut, lalu si belalang melompat ke tubuh raksasa yang yang lain dan mengigit sekuat tenaga juga. Setelah itu dia  melompat ke bagian tubuh raksasa yang lain dan menggigit sekuat tenaga juga. Demikian seterusnya. Si raksasa terbangun. Dan dia berteriak sekencang-kencangnya karena  merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang. ”Aduuuhhhh...sakiit...tolooongg...tolooooooong..sakiiitttt.”
        Si raksasa lupa saat mulutnya terbuka dan meraung-raung kesakitan maka obat penawar racun kebutaaan yang disimpan di mulutnya tertumpah. Hal ini tidakdisia-siakan oleh seluruh rakyat dan seluruh hewan untuk meraihnya demi menyembuhkan kebutaan matanya. Dalam sekejap mata semua rakyat dan seluruh hewan matanya sembuh seperti semula.
      “Horeee...horeee..hooreee... alhamdulillah... akhirnya kita bisa melihat kembali...Hidup belalang dan si katak...” teriak seluruh rakyat dan hewan.
        Mendengar teriakan seluruh rakyat dan seluruh hewan bahwa mereka bisa melihat kembali maka si raksasa menjadi ketakutan. Tanpa pikir panjang ia berusaha lari sekencang-kencangnya menjauh sambil merasakan tubuhnya kesakitan digigit si belalang  di sekujur tubuhnya.


selesai,-

moral cerita : kesuksesan itu akan terasa mudah dan indah apabila kita bisa bekerjasama dengan
                            orang lain.

Sabtu, 19 Oktober 2013

KISAH SI NYAMUK DAN RAJA YANG SOMBONG


           Dahulu kala, ada seorang raja yang terkenal serakah, kejam, bengis dan sombong. Semua perintahnya adalah undang-undang yang wajib ditaati rakyatnya. Tidak pandang bulu, apakah perintah itu kepada anak-anak, orang tua, wanita dan pria. Bagi rakyat yang menolak perintahnya maka akan dihukum seberat-beratnya sampai mati.
         Setiap hari, Sang raja senantiasa mengumbar nafsu angkara. Apa yang diinginkannya harus terpenuhi. Sikap serakah sang raja membuat rakyatnya hidup sengsara. Bahkan, seluruh kekayaan alam di wilayah kerajaan terkuras habis demi memenuhi ambisi keinginan sang raja. Pepohonan di hutan nyaris punah ditebangi untuk dijual sehingga banyak hewan-hewan kehilangan tempat mencari makanannya.
           Kondisi alam yang semakin memprihatinkan ini membuat para hewan penghuni hutan di kerajaan segera mengambil sikap. Mereka segera berkumpul untuk mengantisipasi kerusakan hutan yang lebih fatal yang diakibatkan ulah sang raja.
           "Kita tidak boleh membiarkan tingkah sang raja yang semena-mena, kawan," kata sang Monyet. "Kalau dia dibiarkan bertindak begitu terus dalam membabat pepohonan di hutan maka kita bisa kelaparan karena kekurangan bahan pangan."
           "Benar, kawan." jawab si Beruang. "Akibat pepohonan dibabat Raja maka sumber air minumku  mulai kering. Jadi aku sulit mendapatkan air minum lagi."
           "Hidup kita juga semakin terancam. Sang raja tidak segan-segan melampiaskan nafsunya dengan menembaki kita dengan senapannya. Jadi kita semakin tidak bebas bermain di hutan." kata burung pipit.
           "Benar...benar...benar...sang raja semakin kejam...dia semakin bengis...dia semakin semena-mena...dia semakin sombong...dia semakin mengancam kehidupan kita...kita harus segera mengambil sikap....," seru hewan-hewan yang lain.
          "Bagaimana kalau sang raja kita kudeta saja...kita ganti dengan raja yang baru !"
          "Hush....masalah penggantian raja bukan wewenang kita...kita juga tidak ada kekuatan untuk bisa mengkudeta sang raja....." teriak pak Harimau.
          "Lalu...apa tujuan kita melakukan pertemuan ini kalau kita tidak bisa mengambil tindakan? Wah percuma dong kita melakukan pertemuan hari ini?"
          "Jangan begitu kawan, tujuan kita berkumpul ini selain untuk bersilaturahmi dan sekaligus mengantisipasi sikap sang raja," kata sang Kuda.
          "Bilang saja kamu takut menghadapi sang raja, kawan. Jadi jangan bertele-tele dalam berbicara !!!"
          "Sejujurnya kami semua takut dengan sikap kejam dan semena-mena sang raja. Selama ini semua rakyat tidak ada yang berani memprotes tindakan sang raja. Oleh karena itu, barangkali ada di antara kita yang berani bersikap maka kami sangat berterima kasih. Ayo siapa yang berani menjadi sukarelawan?"
           Namun seluruh hewan tidak ada yang berani bersuara lagi. Semua terdiam. Mereka sadar bahwa selama ini memang tidak ada di antara mereka yang berani menentang sikap sang raja.
           Tetapi, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakan dari seekor nyamuk yang memberanikan diri menjadi sukarelawan untuk melawan sikap sang raja.
           "Ngiingg...ngiiingg...ngiing...aku siap menjadi sukarelawan untuk menghentikan kesombongan sang raja !" teriak si Nyamuk.
           Semua hewan keheranan. Semua pandangan tertuju ke arah tubuh kecil si  nyamuk yang hinggap di dahan pohon. Banyak hewan yang mencibir keberanian si nyamuk. Ada sebagian hewan malah meremehkan keberaniannya dan menganggap si nyamuk hanya mengolok-olok mereka saja.
          "Mana mungkin tubuh sekecil dia bisa melawan sang raja yang terkenal kejam dan sombong. Banyak hewan yang bertubuh lebih besar dari si nyamuk saja takut menghadapi si raja."
           "Huahahahahaha...huahahahaha...huahahaaa...apa katamu? Mau melawan sang raja? Huahhahaha..huahaha...huahahhha." kata beberapa hewan sambil tertawa terbahak-bahak karena menganggap si nyamuk cuma berolok-olok saja.
           "Aku serius, teman," kata si nyamuk.
           "Sudahlah, kawan...kamu jangan mengolok-olok kita. Kami yang bertubuh lebih besar dari kamu saja ketakutan menghadapi sang raja kok kamu yang bertubuh kecil mau menjadi sukarelawan...."
           "Lho ...aku serius, teman-teman," lanjut si nyamuk berusaha meyakinkan hewan-hewan yang lain. "Bukankah kalian telah putus asa dan tidak sanggup menghadapi ketidakadilan sang raja. Tetapi kenapa ketika ada salah satu temanmu yang berusaha mencoba menjadi sukarelawannya tiba-tiba kamu meremehkannya. Kalian sudah bertindak tidak adil ! Seharusnya menghadapi persoalan ini kalian harus bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Siapapun yang menjadi sukarelawannya jangan kalian meremehkan niat tulusnya. Pantas kita selama ini senantiasa mendapat perlakuan yang sewenang-wenang karena di antara kita tidak bisa bersatu dan lebih mementingkan urusan pribadi masing-masing."
            "Benar sekali ucapan si nyamuk," kata si kerbau. "Bukankah setiap makhluk ciptaan Allah swt senantiasa diberi kelebihan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti ada gunanya walau sekecil apapun bentuknya. Sebaiknya kita beri kesempatan teman kita untuk menghadapi sang raja. Kita semua tentu tidak tahu apa kelebihan yang dimiliki si  nyamuk."
           "Setuju...seetuju...setuju...baiklah kita beri kesempatan si nyamuk untuk melakukan tugasnya."
            "Terima kasih atas kepercayaan kalian, teman-teman," kata si nyamuk sambil terbang tinggi menuju tempat kediaman sang raja. Karena tubuh si nyamuk relatif kecil sehingga dalam sekejap semua teman-temannya tidak melihat tubuhnya lagi.
           Si nyamuk terus mempercepat terbangnya menuju kerajaan. Suara kibasan sayapnya terdengar keras : "ngiinnggggg...ngiiinggg...ngiiiinggg....ngiiing...ngiiiiiinnggg." Ketika telah sampai di kerajaan, dia hinggap di atas atap sambil mencari keberadaan sang raja.
          Tidak begitu lama si nyamuk sudah sampai di dalam kerajaan. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sang raja yang terkenal kejam itu.
          "Wah rupanya sang raja sedang tidur nyenyak," kata si nyamuk dalam hati. "Kebetulan, aku akan melaksanakan tugasku." Lalu si nyamuk terbang hinggap ke tubuh sang raja. Dia menusukkan mulutnya ke beberapa bagian tubuh sang raja  dan beberapa virus demam berdarah ikut masuk ke dalam tubuh sang raja. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia terbang menjauh untuk menemui teman-temannya lagi.
            "Hoiii..kamu sudah datang, teman?" tanya di monyet kepada si nyamuk. "Lalu apakah kamu sudah mengalahkan sang raja?"
           "Aku sudah melaksanakan tugasku, teman-teman," jawab si nyamuk. "Namun kalian harus sabar dan menunggu beberapa hari lagi. Kalian tentu akan melihat hasilnya."
           "Apa?!!! masih harus menunggu beberapa hari lagi? Wah bisa-bisa kita semakin menderita karena sang raja akan membabat habis hutan kita. Saya kira kamu bisa mengalahkan sang raja saat ini juga. "Yaaaaaa...sama saja bohong kamu!" demikian gerutu beberapa hewan yang merasa tidak puas dengan tugas si nyamuk.
                                                                      ***
            Keesokan harinya, seluruh rakyat mendengar pengumuman bahwa sang raja sakit demam hebat. Tubuhnya senantiasa panas tinggi dan sesekali kedinginan. Sang raja tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya. Para pengawalnya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa melihat sang raja senantiasa menggigil  di dalam selimut yang tebal. Tidak ada tabib yang sanggup menolongnya. Mereka awam dengan penyakit yang sedang dialami sang raja. Selama tiga hari sang raja menderita sakit dan akhirnya karena demamnya semakin meninggi dan dari mulutnya keluar darah akhirnya nyawa sang raja tidak bisa tertolong.
           "Sang Raja wafat...sang raja meninggal...sang raja yang sombong telah tiada...horeeeee...horee....," demikian terdengar teriakan dari rakyat dan para hewan sambil berlarian di sekitar kerajaan. Ternyata sang raja mengalami demam berdarah akibat gigitan nyamuk beberapa hari yang lalu.
            Seluruh hewan akhirnya tahu bahwa semua kejadian ini tentu akibat kerja si nyamuk beberapa hari yang lalu. Mereka akhirnya mengakui bahwa ternyata si nyamuk walau tubuhnya kecil namun memiliki keistimewaan yang sanggup melawan sang raja yang kejam, bengis dan sombong. Mereka akhirnya sadar bahwa menilai teman itu jangan dilihat dari bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru oleh makhluk yang lain. Jadi hargailah kepandaian yang kita miliki.



selesai,-

moral cerita : menilai teman jangan dilihat bentuk fisiknya. Setiap makhluk ciptaan Allah swt pasti
                     memiliki kelebihan dan kepandaian yang tidak bisa ditiru makhluk yang lain.
          
           
          

Minggu, 15 September 2013

MONYET YANG SOMBONG

illustrasi : aguskarianto
       Siang itu,  kerajaan binatang akan mengadakan sayembara memilih duta kerajaan. Sang raja menginginkan duta kerajaan yang pemberani dan sanggup mengatasi tantangan seberat apapun. Sayembara ini bisa diikuti siapa saja dengan hadiah yang sangat besar dan istimewa. Oleh karena itu, dalam sekejap seluruh rakyatnya merasa tertarik ikut sayembara. Tidak terkecuali hewan kecil maupun hewan besar berdatangan ke kerajaan.  Mereka berniat mendaftarkan diri menjadi peserta agar bisa mendapat hadiah yang istimewa dari sang raja.
        "Rakyatku semua," kata sang Raja memulai titahnya. " Hari ini kerajaan akan memilih duta kerajaan. Seluruh rakyatku boleh mengikuti sayembaranya. Bagi siapa saja yang berhasil memenangkan sayembara ini  akan mendapat hadiah istimewa dari kerajaan. Semua fasilitas dan kebutuhan hidup akan ditanggung kerajaan. Selain itu, siapa yang menjadi pemenangnya berhak menggantikan kedudukan raja apabila sang raja wafat."
        Mendengar titah sang raja membuat seluruh rakyatnya berkeinginan untuk memenangkan sayembara. Namun mereka belum mengerti apa jenis sayembara yang akan dilakukannya. Mereka saling berpandangan dan saling bertanya jenis sayembara yang harus mereka lakukan.
        "Wah, pasti sayembaranya kita disuruh berkelahi dan siapa yang memenangkan perkelahian maka dialah pemenangnya," kata sang kelinci.
        "Tapi...sepertinya bukan berkelahi, kawan," kata si tupai. "Bukankah sekarang pengawal sang raja adalah si Harimau yang perkasa...sang raja tidak perlu repot-repot mencari duta kerajaan. Dia khan lebih perkasa dibandingkan kita-kita?"
         "Mungkin sayembaranya lomba makan. Bukankah duta kerajaan harus berkunjung dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Nah, dalam setiap kunjungan khan mesti ada makan-makannya. Oleh karena itu, duta kerajaan harus jago makan."
         "Ngawur !"
         "Barangkali lomba renang di sungai kerajaan. Itu yang masuk akal. Siapa yang cepat renangnya dia yang akan menjadi juaranya."
         "Wah kalau lomba renang tentu enak dong sang ikan emas. Dia akan jadi juaranya. Bukankah dia cepat berenang. Ini namanya lomba tidak adil"
          Tiba-tiba sang raja kembali berada di arena sayembara.
         "Rakyatku," kata sang Raja. "Hari ini kerajaan akan mengadakan sayembara berenang di sungai!"
         "Naaahhh, tuhkan benar kataku," kata si kura-kura. "Lomba tidak adil."
         "Hush.!!! diam dulu ! Baginda raja sedang bicara!" bentak si kancil.
         "Rakyatku. Setiap peserta harus berani menyeberang dari pinggir sungai menuju seberang sungai. Nah, siapa yang paling cepat dan berani berenang maka dia akan dinobatkan menjadi pemenangnya." Wah, betapa senangnya si ikan emas. Dia merasa akan keluar sebagai pemenang sebab dia khan jago renang. Namun sang raja masih melanjutkan pidatonya.
        "Namun, kalau hanya sekedar lomba renang pasti ada salah satu peserta yang merasa tidak adil. Karena ada salah satu peserta yang jago berenang. Nah, tantangan terberatnya adalah di dalam sungai sudah dihuni oleh berpuluh-puluh buaya lapar yang siap memangsa siapa saja yang masuk dan berenang ke dalam sungai."
          Betapa terkejutnya semua peserta sayembara mendengar penuturan sang raja. Semula nyali mereka besar namun mendengar bahwa di dalam sungai terdapat puluhan buaya lapar maka membuat nyali mereka ciut, lalu satu persatu mulai mengundurkan diri mengikuti sayembara
          "Hiiiii....hiiiii....hiiiii....takut....takut...takuuuuut!" teriak mereka.
          "Saya mengundurkan diri sang raja."
           "Saya juga...saya juga....saya juga...saya juga...." seru yang lain.
          "Hei, kalian belum mencoba kok sudah mau mengundurkan diri?!" seru sang raja.
           Namun semua rakyat tidak menghiraukan teriakan sang raja. Mereka lebih menyayangi nyawanya daripada sekedar nekat menyerahkan hidupnya di mulut buaya-buaya kelaparan. Meskipun sang raja mengatakan bahwa buaya-buaya itu tidak berbahaya, namun para rakyatnya tidak mempercayai kata-kata raja mereka.
          "Apapun titah dan alasan raja kami batal mengikuti sayembara! Kami lebih menyayangi nyawa kami daripada hanya sekedar mendapatkan kedudukan istimewa di kerajaan." kata rakyatnya.
          Ketika semua rakyatnya mulai menjauh dari arena sayembara,  tiba-tiba ada teriakan keras di pinggir sungai. Sang raja segera menuju sungai diikuti para peserta yang telah mengundurkan diri. Dan betapa kagetnya mereka melihat ada salah satu peserta sayembara yang sedang mencoba berenang diantara buaya-buaya kelaparan.
         "Jadi si Monyet telah mencoba menaklukkan sayembara sang raja?" pikir teman-temannya.
         "Heran...bukankah sang monyet takut dengan air? Lalu kenapa dia sekarang berusaha berenang di antara buaya-buaya kelaparan itu?" kata sang raja dalam hati.
         "Hoi...terus Nyet....terus Nyet....Awasss...di sebelah kananmu ada buaya Nyet....!" teriak teman-temannya.
         "Awassss....di belakangmu ada buaya Nyet....ayo renangnya yang cepat Nyet !"
         "Ayo tinggal sedikit lagi, Nyet....!!!!"
         Dan, ketika si monyet telah berada di pinggir sungai lalu melompat keluar sungai maka teriakan gembira seoah tiada henti-hentinya memberi selamat kepada si monyet. Si monyet berhasil memenangkan sayembara.
         "Hore....hore...horeeee.....Hebat kamu, Nyet! Tidak kami sangka ternyata kamu benar-benar pemberani! Hidup monyet....hidup sang pemberani....!!!"
          Si monyet hanya bisa garuk-garuk kepala merasakan kejadian yang menimpa dirinya. Sebenarnya dia sangat  takut mengikuti sayembara seperti teman-temannya yang lain. Dia takut berenang apalagi di dalam sungai ada puluhan buaya kelaparan.
          "Hei, Monyet...kenapa kamu nampak bingung begitu? Kamu sudah jadi pemenang sayembara kerajaan lho!" kata hewan-hewan yang mengelilingi si Monyet.
           "Aku pemenang sayembara?" guman si monyet keheranan
            "Iya Nyet...kamu tadi berenang sangat cepat di samping buaya-buaya kelaparan itu...!"
            "Aku tidak mengerti kawan." kata si monyet.
            "Lho sang pemenang kok tidak kelihatan gembira begitu?"
            "Begini, teman-teman," kata si monyet. "Tadi sebenarnya aku juga takut mengikuti sayembara sang raja. Aku takut berenang di air. Aku takut dengan buaya-buaya kelaparan itu.  Aku cuma heran siapa sebenarnya yang telah mendorongku ke dalam sungai tadi?"
            Seluruh hewan nampaknya tidak mempedulikan alasan si Monyet. Mereka kini menghargai keberhasilan si monyet mengalahkan ketakutannya sendiri.  Dan sang Rajapun akhirnya memenuhi janjinya memberikan hadiah istimewa kepada si Monyet.
            Si monyet dengan senang hati menerima hadiah dari sang raja sambil terus berpikir : "SIAPA YANG TELAH MENDORONGKU KE DALAM SUNGAI TADI ?"



selesai ,-

moral cerita : rasa takut melakukan sesuatu terkadang perlu seseorang yang tega mendorong
                     memasukkan kedalam lautan ketakutan sehingga rasa takut dapat dihadapi
                     dengan mengerahkan segala potensi yang ada agar selamat.

         

Senin, 02 September 2013

KISAH SIPUT DAN KURA-KURA

illustrasi : aguskarianto
         Siang itu, di pinggir sungai nampak seekor siput sedang duduk termenung. Berkali-kali dia menyesali  nasibnya. Dia sering menggerutu memikirkan bentuk tubuhnya yang berbeda dengan teman-temannya. Kebanyakan teman-temannya  bisa bermain sejauh-jauhnya, bisa lari kencang, bisa berlompat-lompatan, namun dirinya tidak bisa melakukannya. Jangankan bisa pergi ke seberang lautan, untuk berlari cepat saja dirinya tidak mampu. Apalagi gumpalan cangkang yang ada di punggungnya  menambah sulit dalam berjalan.
        "Uhhhh....gara-gara cangkang yang ada di punggungku ini menjadikan aku lambat berjalan....uuuhhhh," kata si siput ngedumel. "Kenapa aku dilahirkan dengan bentuk tubuh seperti ini? Kenapaaa? Tidak adiiilllll...Tuhan benar-benar tidak adiilll....huhuhuhuhuhu...aku jadi benci ..!!"
         Begitulah, setiap hari si siput senantiasa menyesali diri sendiri. Dia senantiasa menyalahkan sang pencipta yang telah membentuk tubuhnya seperti itu. Dia tidak mengetahui kenapa Allah swt memberi bentuk tubuh seperti itu. Dia tidak mengetahui kelebihan dirinya dengan bentuk tubuh seperti itu. Sesungguhnya setiap Allah swt menciptakan makhluk-Nya tentu dibekali dengan sebuah potensi besar yang tidak dimiliki makhluk yang lain.
         Siang itu, datanglah si kura-kura. Badan si kura-kura basah kuyup setelah seharian  berenang di sungai.
         "Assalamu'alaikum. Siput. Hohohohoho....kamu masih menghabiskan waktumu dengan  menyesali diri diri yaaa?" sapa si kura-kura. Si siput tidak menghiraukan sapaan kura-kura. Dia hanya diam. Mulut si siput digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan. Dia tidak mau berbicara dengan siapapun.
         "Wuahh...ada  yang mengucapkan salam kok malah tidak dijawab...dosa itu," lanjut si kura-kura sambil melihat siput yang masih terdiam.
         "Wa alaikumussalam !" jawab si siput ketus.
         "Hehehehe...jawab salam kok tidak ikhlas begitu...tapi nggak apa-apalah lumayan daripada gak jawab," kata si kura-kura. "Ada apa sih kok kamu setiap hari bersedih dan senantiasa berkeluh kesah... sepertinya kamu tidak mensyukuri pemberian Allah swt dengan tubuhmu yang cantik begitu?"
         "Apa katamu, kura-kura?" tanya si siput. "Kamu bilang aku cantik? Cantik apanya? Aku menyesal memiliki tubuh seperti ini...aku sedih memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan kalian...aku sediiihhhh...sediiihhhh."
          Si kura-kura tersenyum mendengar jawaban si siput.
          "Hei, ada teman sedih kok malah senyam-senyum begitu !"
          "Sebab kamu lucu, siput" jawab kura-kura. "Jadi selama ini kamu sedih karena memiliki tubuh seperti itu? Kamu sedih karena merasa tubuhnya jelek? Kamu sedih karena menganggap bahwa dirimu tidak memiliki potensi besar seperti teman-teman kita? Kamu sedih karena Allah swt menciptakan dirimu dengan tubuh seperti itu?"
          "Nah, kamu sudah tahu alasannya khan?"
          "Wah..wah..wah...pikiranmu picik, kawan," kata kura-kura.
          "Apa !? Picik katamu!? ini realita khan..ini kenyataan khan... bentuk tubuhku seperti ini?"
          "Benar kawan, bahwa tubuhmu diciptakan seperti itu tentu sang pencipta sudah memikirkan....sudah berpikir jauh ke depan...kamu pasti memiliki potensi  yang tidak dimiliki teman-teman kita...hanya saja karena kamu senantiasa berkeluh kesah sehingga waktumu menjadi mubadzir...sis-sia...kamu jadi terlambat mengetahui bakat dan kemampuan besar yang kamu miliki."
          "Ah...sok tahu kamu!" bentak si siput kepada si kura-kura.
          "Tapi benar, kawan. Kamu sebenarnya memiliki  keunggulan  yang tidak dimiliki teman-teman kita."
          Si siput terdiam. Ia terus merenungkan kata-kata si kura-kura. "Ucapan si kura-kura banyak benarnya juga," kata si siput dalam hati. "Selama ini waktuku sia-sia dan terbuang percuma. Aku terlalu banyak berkeluh kesah dengan kelemahan diriku. Aku tidak pernah memikirkan  bakat dan keunggulan diriku sendiri."
          Belum sempat si siput menyampaikan rasa terima kasih atas saran si kura-kura, tiba-tiba di kejauhan nampak seekor semut hitam berteriak-teriak karena  anaknya terhanyut di aliran sungai. Secepat kilat si siput menuju aliran sungai. Sesampai di pinggir sungai, lalu dia mengangkat tinggi-tinggi cangkangnya menahan derasnya air sungai. Ketika dia melihat anak semut hitam, segera tubuhnya bergerak untuk memasukkan anak semut hitam  ke dalam cangkangnya.
         "Alhamdulillah....akhirnya aku berhasil menyelamatkannya," kata si siput kegirangan.
         "Horeee...horeee...horeee.....hidup si pahlawan kita.. hidup Siput....hidup si pahlawan penyelamat kita...horeee," teriak semut-semut hitam lainnya yang ikut menyaksikan keberanian si siput melawan arus sungai dengan cangkangnya untuk menyelamatkan anak semut.
          "Terima kasih, Siput....terima kasih....entah bagaimana aku harus membalas jasa baikmu ini," kata pimpinan si semut hitam.
         "Ahhh...terima kasih kembali, teman-teman," kata si siput. "Bukan aku yang telah menyelamatkan kalian. Namun aku hanyalah makhluk yang menjadi sarana Allah swt untuk menyelamatkan kalian."
         "Benar Siput, tetapi bagaimanapun juga saat ini kamu sudah berhasil menyelamatkan anakku...kamu adalah pahlawanku ...hidup Pak Siput...hidup pahlawan kita...."
         Si siput terharu mendengar ketulusan ucapan pimpinan semut hitam. Air matanya menetes di pipinya. Dia terharu menerima sanjungan teman-temannya. Kini dia sadar, ternyata di dunia ini setiap makhluk  memiliki keunggulan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti memiliki potensi, keunggulan dan bakat yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Kalau kita senantiasa berkeluh kesah dengan kekurangan kita maka tidak akan menemukan potensi, keunggulan dan bakat yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita.


moral cerita : jangan iri dengan kelebihan orang lain sebab Allah swt menciptakan Makhluk-Nya
                     pasti  berguna dan memiliki kelebihan dan bakat  yang berbeda-beda.

          


Minggu, 01 September 2013

AKIBAT SI ANGSA JAGO GOSIP

illustrasi : agus karianto
      Konon, di sebuah kerajaan binatang ada sepasang Angsa laki-laki dan perempuan yang punya kebiasaan jelek yaitu suka gosip dan selalu ingin tahu urusan teman. Nyaris, seluruh temannya pernah menjadi bahan gosipnya. Selain bergosip kedua angsa ini sering membuat fitnah yang disebarkan kepada siapa saja yang ditemuinya. Mereka tidak sadar bahwa fitnahan yang tidak ada barang bukti bisa melukai hati teman-temannya. Bisa menjatuhkan harga diri teman yang difitnah. Bukankah fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.
       Seluruh hewan merasa jengkel dengan ulah sepasang angsa ini. Namun mereka kurang berani mengambil tindakan sendiri karena takut dikeroyok mereka berdua. Konon, si angsa memiliki sepasang sayap yang kuat dengan ukuran bulu-bulu yang panjang dan berlapis lilin. Benda sebesar apapun kalau dihempaskan dengan kedua sayapnya maka akan terlempar jauh.
        Siang itu, nampak si Penyu menangis di pinggir sungai. Di kejauhan nampak si kura-kura mendekati sahabatnya yang sedang menangis. Si kura-kura ingin mengetahui mengapa sahabatnya menangis.
        "Subhanallah, jadi sekarang kamu yang jadi bahan gosip dan fitnahnya?" tanya si kura-kura kepada si penyu.
        "Benar, kawan," jawab si penyu. "Mereka memfitnah kita kalau kita ini adalah hewan yang terlalu banyak dosa sehingga tubuh kita diberi beban berat agar kita tidak banyak melakukan dosa lagi. Bukankah sejak lahir kita diciptakan seperti ini. Bukankah bentuk tubuh kita memang sudah dikehendaki Allah swt seperti ini ?"
        " Wah !Keterlaluan sekali mereka! Kita bersyukur diciptakan Allah swt seperti ini, tapi mengapa mereka kok sewot dengan menyebarkan gosip murahan seperti itu ? Kita senantiasa bersyukur kok dikatakan banyak dosa? Seharusnya merekalah yang suka bergosip dan menyebarkan fitnah yang berdosa. Menyakiti hati teman itulah perbuatan dosa. Menjengkelkan hati teman itulah perbuatan dosa."
       "Kita harus memberi pelajaran mereka !!" lanjut si kura-kura
       "Benar....kita harus memberi pelajaran agar mereka menghentikan perbuatannya. Meskipun banyak teman kita takut menghadapi sepasang angsa itu, namun kalau kita bersatu melawannya tentu bisa mengalahkannya juga."
        Kemudian si kura-kura dan si penyu mulai menyusun siasat untuk bisa bertarung dan menghadapi sikap jelek sepasang angsa. Mereka sepakat akan menantang si angsa bertarung  di hutan bakau.
         Pagi hari, si kura-kura dan si penyu menemui si angsa yang kebetulan ada di pinggir pantai.
         "Assalamu'alaikum angsa," sapa si kura-kura dan si penyu. Namun kedua angsa tidak menjawab salamnya. Bahkan keduanya mencibir atas kedatangan si kura-kura dan si penyu. Mereka berlagak sombong dan angkuh.
         "Ada apa kalian menemuiku, heh?" bentak si angsa.
         "Aku minta pertanggungjawaban atas fitnahanmu kepada kami," jawab kura-kura.
         "Hahahahaha....pertanggungjawaban? Pertanggungjawaban apa, hewan jelek!?"
         "Ya atas tuduhanmu itu."
         "Ogahhh aahhhh....tak uuk...yaaa"
         "Hei, angsa! Kalau begitu kau menantang kami untuk melakukan kekerasan ya? Ayo kalau berani hadapi kami berdua!" tantang kura-kura dan penyu.
        Kedua angsa saling tertawa mendengar tantangan berkelahi si kura-kura dan si penyu. Mereka nampak meremehkan kekuatan fisiknya. Mereka merasa takabur dengan kekuatan sepasang sayap di tubuhnya. "Dengan sekali kibasan tubuh si kura-kura dan si penyu akan tewas," pikir kedua angsa.
          "Baiklah...ayoooo....serang aku dulu kawan....," kata si angsa meremehkan sambil tubuhnya melayang ke sana kemari menghindari kejaran si kura-kura dan si penyu.
          Ketika kedua angsa meledek dengan menjulurkan lehernya ke arah si kura-kura dan si penyu, maka tiba-tiba si kura-kura dan si penyu menggigit mulut mereka dan menghimpitnya diantara kedua cangkang kura-kura dan penyu. Kedua angsa kaget dan kesakitan karena mulutnya terhimpit cangkang kura-kura dan penyu. Mereka lari tunggang langgang ke sana kemari sambil mengerang kesakitan. Tubuhnya meronta-ronta agar si kura-kura melepaskan gigitannya, namun usahanya tidak berhasil. Kedua angsa berusaha terbang di antara pohon-pohon bakau di tepi pantai sambil memukul-mukulkan tubuh kura-kura dan penyu ke ranting-ranting pohon bakau. Namun semakin kuat usaha kedua angsa berusaha melepaskan diri dari gigitan si kura-kura dan si penyu justru gigitan si kura-kura dan si penyu semakin kuat. Kedua angsa akhirnya mencari celah-celah pohon, lalu meletakkan lehernya di sela-sela pohon. Kemudian dengan sekuat tenaga mereka berusaha menarik lehernya kuat-kuat agar si kura-kura dan penyu bisa melepaskan gigitannya. Dan ternyata usaha sepasang angsa berhasil. Gigitan si kura-kura dan si penyu mulai melemah dan akhirnya sepasang angsa bisa membebaskan diri dari gigitan mereka.
          Sepasang angsa merasa gembira bisa lepas dari gigitan si kura-kura dan si penyu. Mereka tertawa terbahak-bahak dan akan berteriak meluapkan kegembiraannya. Namun mereka terkejut saat mulutnya tidak bisa digunakan untuk mengucapkan kata sepatah katapun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya teriakan : NGAAAKKKK.....NGAAAAAAKKKK.....NGAAAKKKK.....NGAKKK...NGAKKK...
Ternyata pada saat mereka berusaha melepaskan gigitan si kura-kura dan si penyu mereka terlalu kuat menarik lehernya dari himpitan dahan pohon sehingga kini leher kedua angsa menjadi panjang dan sulit kembali seperti semula.
Mereka akhirnya menyesali diri.
          "Mungkin ini akibat perbuatan mereka suka bergosip dan suka memfitnah teman-temannya. Kini leherku jadi panjang dan sekarang aku tidak bisa bergosip dan memfitnah teman-teman lagi," kata sepasang angsa sambil  meneteskan air mata.


moral cerita : jangan suka bergosip dan memfitnah teman karena bisa berakibat fatal terhadap
                     diri sendiri.

     

Rabu, 24 April 2013

SI ALGAKA PENYELAMAT TERUMBU KARANG

foto : wikipedia-terumbu karang di pulau edenbury




          Sore itu, di pojok rumah Pak Po, berpuluh-puluh karang sedang menangis. Mereka merasa tersiksa karena ulah para nelayan yang sering merusak habitatnya. Merusak tempat hidupnya. Para nelayan sering mencari ikan dengan menggunakan bom. Akibat ledakan bom nelayan itulah yang mengakibatkan tubuh terumbu karang terpotong-potong. Bahkan, potongan-potongan tubuh terumbu karang diambil para nelayan untuk dijual. Hal inilah yang membuat para terumbu karang sedih dan senantiasa menangis.
          "Huhuu..huhu...tubuhku terpotong separuh."
          "Huhuhuhu...iya tanganku juga terpotong."
          "Huhuhuhu...para nelayan memang kejam...tubuhku dipasangi bom...dan tubuhku akhirnya porak poranda akibat ledakannya."
          "Iya para nelayan sungguh bodoh...mereka tidak mengerti fungsi kita."
          "Benar...para nelayan terlalu ceroboh...terlalu sembrono....dengan merusak terumbu karang maka ikan-ikan akan kesulitan mendapatkan makanan karena plankton-plankton kabur semua dan produksi oksigen dari si Alga akan berkurang."
          "Memang sungguh bodoh mereka mengambil jalan pintas demi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengorbankan kepentingan jangka panjangnya."
          "Dengan mengebom dan merusak terumbu karang maka cadangan makanan mereka dalam jangka panjang akan semakin menipis...akhirnya mereka akan menderita paceklik makanan dari laut."
          "Memang para nelayan itu sungguh TER...LA...LU....!"
          "Lalu bagaimana dengan nasib kita...huhuhuhu..."
          Seorang anak nelayan terharu melihat terumbu karang-terumbu karang sedang menangis. Maka dia berusaha menghampirinya.
         "Selamat sore, terumbu karang," sapa anak nelayan. "Kenapa kamu menangis? Ada yang bisa aku bantu?"
         "Huhuhuhuhu....selamat sore, anak nelayan," jawab si terumbu karang. "Kami sangat sedih sekali karena para nelayan telah merusak rumah kami di laut. Mereka mencari ikan dengan menggunakan bom. Akibatnya tubuh-tubuh kami jadi terpotong-potong seperti ini. Bahkan, mereka mau menjual kami untuk hiasan. Itulah yang membuat kami menangis."
         "Sungguh kasihan kamu. Memang benar. Para orang tua kami selalu menggunakan bom untuk menangkap ikan. Mereka memasang bom di sela-sela terumbu karang agar.saat bom itu meledak maka  ikan-ikan akan mati. Padahal kata bapak dan ibu guru, kalau kita menangkap ikan menggunakan bom maka akan merusak terumbu karang dan habibat laut. Padahal terumbu karang sangat dibutuhkan ikan-ikan untuk berkembang biak dan mencari makanan. Kalau terumbu karang rusak maka ikan-ikan akan pergi ke tempat lain yang masih banyak makanannya."
         "Wah...benar itu, kawan. Terkadang manusia tidak menyadari akan keberadaan dan manfaat terumbu karang di dalam laut. Sebenarnya kalau mereka mengerti maka seharusnya terumbu-terumbu karang dilindungi dan dilestarikan. Bila habitat terumbu karang dijaga maka cadangan oksigen dan cadangan makanan ikan akan berlimpah ruah. Ikan-ikan akan semakin senang berkembangbiak dan berkumpul di sana. Para nelayan tentunya akan semakin mudah mendapatkan ikan-ikan karang yang besar-besar serta lezat rasanya."
         "Wah Benar, kawan. Akhir-akhir ini orang tua kami semakin putus asa. Sepanjang hari mereka mencari ikan namun selalu tidak mendapatkan seekor tangkapan sama sekali. Ikan-ikan sepertinya menghilang dan menjauh dari laut sekitar sini."
         "Itulah akibat ulah mereka sendiri akhirnya ikan-ikan pergi menjauh semua." kata terumbu karang.
          "Lalu, apa yang bisa aku bantu, kawan?" tanya si anak nelayan..
          "Begini, anak nelayan," kata terumbu karang. "Kami minta bantuanmu agar kamu mengembalikan potongan-potongan tubuhku ke habitatnya lagi. Aku kasihan kepada sahabatku si Alga yang kesulitan mendapat tempat tinggal karena tubuhku diangkat ke darat oleh para nelayan. Dan aku berjanji apabila tubuhku dikembalikan ke laut maka tidak berapa lama lagi ikan-ikan akan kembali lagi ke perairan laut desa sekitar sini. Namun kami berpesan agar para nelayan tidak mencari ikan dengan menggunakan bom atau merusak terumbu karang tempat kami melangsungkan kehidupan."
        Akhirnya, saat malam tiba...si anak nelayan mengembalikan batu karang-batu karang ke habitatnya semula. Si anak nelayan juga menyampaikan pesan si batu karang kepada para nelayan agar tidak mencari ikan dengan menggunakan bom lagi. Selain itu si anak nelayan juga melarang para nelayan merusak batu karang yang berada di terumbu karang di pantai mereka, melarang para nelayan mencemari pantai dengan sampah maupun zat kimia yang  dapat mencemari laut.
        Dan tidak berapa lama kemudian, para nelayan mencoba mencari ikan ke laut lagi.
        "Wah....aku dapat ikan kerapu....wah besar sekali ikan ini...tentu harganya mahal....hahahahhaha...."
        "Hoiiiiii....aku juga mendapat ikan kerapu yang besar...." teriak nelayan yang lain.
        Dan sejak saat itu setiap  hari para nelayan senantiasa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang besar-besar. Kehidupan para nelayan berangsur-angsur membaik. Cadangan makanan mereka mulai tercukupi. Mereka kini menyadari bahwa menangkap ikan menggunakan bom adalah tindakan yang bodoh dan tidak terpuji yang mengakibatkan malapetakan bagi perairan mereka.  Malapetaka itu terjadi tidak dalam waktu sehari dua hari, namun berlangsung dalam waktu yang berkepanjangan.
       Si anak nelayan merasa senang dengan perubahan kebiasaan para nelayan. Demikian juga si batu karang dan si alga kini mulai hidup tenteram lagi di habitatnya tanpa diganggu oleh ulah manusia lagi. Dan untuk menyampaikan rasa terima kasihnya maka si batu karang dan si alga memberi nama si anak nelayan yang telah menyelamatkan terumbu karang dengan sebutan SI ALGAKA....singkatan dari kata si Alga dan Si Karang....


selesai....

pesan moral : mari kita lestarikan terumbu karang dunia demi kelestarian alam semesta...


sumenep, 25 April 2013...

Senin, 15 April 2013

2 MACAM BUAH JADI BONGKAHAN EMAS DAN INTAN

ilustrasi : agus karianto
         Dahulu kala, ada sebuah kerajaan dipimpin oleh raja yang jujur dan adil. Sang Raja memperlakukan seluruh rakyatnya sama kedudukannya di mata hukum. Raja menganggap bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah swt yang patut dihormati kedudukannya. Harta, pangkat, status sosial dan jabatan hanyalah hiasan hidup yang kebetulan hanya dimiliki oleh beberapa orang rakyatnya. Biarpun begitu, kejujuran dan keadilan sang rajalah yang membuat hidup rakyatnya tenang, tidak ada rasa iri dengki antara si kaya dan si miskin.
         Suatu hari, sang raja merasa bingung karena putri satu-satunya yang telah menginjak dewasa belum ada yang meminang juga. Padahal putri sang raja terkenal baik hati, cantik dan senantiasa disayangi seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, sang raja memutuskan akan membuat sebuah sayembara yang ditujukan kepada seluruh rakyatnya untuk memilih calon pendamping putrinya.
         Sejak diumumkan sayembara tersebut ternyata yang mendaftar cukup banyak. Memang sang saja mengharuskan setiap pemuda untuk mengikutinya. Untuk itu, sang raja memerintahkan pengawal kerajaan untuk mendaftar semua pemuda yang ada di lingkungan kerajaan tanpa terkecuali.
        "Maaf sang Raja," kata salah satu petugas kerajaan. "Seluruh pemuda sudah kami daftar, namun ada seorang pemuda yang menolak untuk mengikuitinya."
        "Apa? Pemuda itu menolak mengikuti sayembaraku? Siapa pemuda itu, wahai pengawalku?"
        "Ampun sang raja. Pemuda itu bernama si Yatim. Dia menolak mengikuti sayembara dengan alasan tidak ingin meninggalkan ibunya yang sedang sakit. Dia ingin mendampingi ibunya yang sudah semakin tua dan sakit-sakitan."
         Sang raja merasa kagum dengan sikap sang pemuda itu. Betapa mulia dan setia pemuda itu dengan seorang wanita yang telah melahirkannya. Kalau si pemuda itu demikian setia dan menghormati ibunya maka sang raja yakin bahwa pemuda tersebut akan setia dengan istrinya. Tentu saja sang raja rela bila si pemuda tersebut menjadi pendamping putri satu-satunya. Namun, sang raja harus tetap pada pendiriannya akan menguji pemuda mana yang layak menjadi pendamping putri satu-satunya. Oleh karena itu. sang raja segera memerintahkan pengawalnya untuk mengikutsertakan pemuda tersebut mengikuti sayembara. Sedangkan  pihak kerajaan akan membawa serta ibunya untuk dirawat di kerajaan. Akhirnya si Yatim bersedia mengikuti sayembara yang diadakan kerajaan.
        Sayembara sang raja adalah masing-masing peserta mendapat bungkusan yang berisi 2 macam buah-buahan. Mereka diperintahkan untuk menghabiskan dua macam buah tersebut di suatu tempat tersembunyi dan tidak ada yang mengetahuinya. Maka siapa yang cepat menyelesaikan pekerjaannya akan menjadi juaranya. Oleh kerena itu, segera berhamburanlah para peserta membawa bungkusannya untuk menghabiskan buah yang dibawanya di tempat yang tersembunyi. Ada yang pergi ke tengah hutan, ada yang pergi ke lautan, ada yang pergi ke puncak gunung, ada yang masuk ke dalam goa.
        Menjelang siang, satu persatu peserta mulai kembali dengan membawa bukti biji buah yang telah mereka makan kepada sang raja. Mereka berkeyakinan bahwa dirinyalah yang menjadi pemenang sayembara karena berhasil makan buah ditempat yang jauh dan sama sekali tidak ada yang melihatnya. Tidak terkecuali para peserta lain juga berkeyakinan yang sama.
        "Aku pergi ke dasar samudra dan mustahil ada yang bisa mengikutiku. Disanalah aku memakan buah itu."
        "Aku memasuki lorong goa yang panjang dan gelap. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        "Aku pergi ke puncak gunung yang tertinggi. Jalannya terjal. Banyak hewan buas di sekelilingnya. Mustahil ada yang bisa mengikuti langkahku. Dan aku memakan buah itu di sana."
        Sang raja terkagum-kagum dengan usaha keras para rakyatnya. Namun beliau heran ketika melihat si Yatim masih tetap membawa bungkusannya. Sepertinya dia belum memakan buah yang dibawanya. Lalu sang raja memerintahkan si Yatim untuk menghadapnya.
       "Hei, kamu si Yatim. Kenapa bungkusanmu masih utuh? Kamu belum memakan buah itu, ya?"
       Dan seluruh peserta memperhatikan sikap si Yatim. Mereka keheranan dengan perbuatan si Yatim. Mereka menduga bahwa dia kesulitan menemukan tempat untuk bersembuyi.
       "Maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba tidak menyukai buah-buahan ini. Hamba ingin sekali memakannya. Namun setiap kali  mau makan buah ini, hamba teringat pesan sang Raja untuk memakan buah ini di tempat yang tidak diketahui siapapun. Tetapi kenyataannya, dimanapun hamba mau makan buah ini ternyata selalu ada yang melihatnya. Jadi hamba mengurungkan niat makan buah ini."
       "Apa maksudmu, Yatim?" tanya sang raja penasaran.
       "Dimanapun hamba mau melaksanakan niat makan buah tersebut ternyata selalu ada yang melihatnya. Ada yang senantiasa mengawasi hamba. Dialah Allah SWT, paduka. Kemanapun hamba pergi di tempat sunyi namun Allah swt senantiasa mengawasi hamba. Dimanapun hamba bersembunyi namun Allah swt senantiasa melihat hamba. Oleh karena itu hamba tidak jadi makan buah pemberian paduka."
         Sang raja terkejut mendengar jawaban pemuda di depannya. Dia membenarkan apa yang diucapkannya. Ternyata pemuda yang dihadapannya adalah orang yang istimewa. Keimanannya begitu tinggi. Pemuda seperti ini yang layak menjadi seorang pemimpin. Seorang pemuda amanah dan begitu takut melanggar perjanjian yang telah disepakatinya. Kalau setiap tindakan senantiasa yakin ada yang mengawasinya yaitu Allah swt maka setiap tindakan yang dilakukan akan senantiasa jauh dari melanggar perbuatan yang kurang pantas dan tidak senonoh.
         Tidak terkecuali sang raja, namun seluruh peserta sayembara juga mengagumi kejujuan si Yatim. Dan seluruh peserta rela apabila yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim. Lalu sang raja bertitah :
         "Sekarang aku tetapkan yang menjadi pemenang sayembara adalah si Yatim." kata sang raja yang diiringi tepuk tangan seluruh rakyat yang menyaksikan pengumuman pemenang sayembara.
         "Mohon maaf, paduka Raja," kata si Yatim. "Bukan maksud hamba menolak maksud paduka. Namun hamba merasa bahwa hamba hanyalah pemuda miskin. Hamba tidak layak menjadi pendamping putri paduka. Hamba tidak memiliki apa-apa sebagai maskawin pernikahan dengan putri paduka."
         "Hemmm....kejujuran dan sikap amanahmu itu sudah cukup sebagai syaratnya. Dan sebagai maskawinnya adalah dua macam buah yang ada dalam bungkusan itu. Nah, silahkan buka segera buah-buah itu."
         Kemudian si Yatim mengambil bungkusan buah pemberian raja. Lalu dia  segera  membukanya di hadapan seluruh rakyat dan sang putri raja. Dan betapa terkejutnya seluruh rakyat yang menyaksikan kejadian di hadapannya. Ternyata dua macam buah yang dibawa si Yatim telah berubah menjadi bongkahan emas dan bongkahan intan yang kemilauan.
         Sang raja dan sang putri tersenyum senang sebab tidak lama lagi sang putri akan berdampingan dalam pelaminan mendapatkan si Yatim yang jujur dan amanah.


selesai
sumenep, 16 april 2013

Sabtu, 13 April 2013

BUAH KESABARAN SI KAYU DAN SANG PAKU

ilustrasi : agus karianto
     Siang itu, di gudang nampak si kayu sedang menangis tersedu-sedu. Selama ini si kayu senantiasa menyesali diri. Ia menyesal menjadi kayu karena tubuhnya senantiasa dilukai oleh manusia. Terkadang digergaji, dipotong-potong dan bila tubuhnya sudah tidak berguna maka dijadikan kayu bakar. Hal inilah yang membuat dirinya senantiasa marah-marah. Seluruh teman yang ada di dekatnya senantiasa menjadi pelampiasan kemarahannya.
      Kebetulan saat itu si pemilik gudang sedang membuat meja kursi yang belum selesai.
      "Hoi, Paku! Kamu itu makin menyengsarakan aku saja!" bentak si kayu.
      "Lho...apa maksudmu, kayu?" jawab sang paku.
      "Eeee...kura-kura dalam perahu...pura pura tidak tahu, lagi...dasar."
      "Lha iya...kenapa kamu bilang aku menyengsarakanmu? Kok bisa?" tanya sang paku tidak mengerti maksud pembicaraan si kayu.
      "Sejak kedatanganmu, aku semakin sengsara. Tubuhku sebelumnya sudah dipotong-potong, digergaji dan sekarang kamu melukai tubuhku dengan ujung pakumu. Sakit, tahu !!!!"
        Sang paku cuma bisa terdiam mendengar penuturan si kayu.
        "Aku sendiri tidak bisa menolak ketika ujung pakuku menancap di tubuhmu," kata sang paku. "Bukankah yang menancapkan aku ke tubuhmu adalah pemilik gudang ini...jadi bukan aku yang salah....aku tidak bisa menolaknya"
         "Omong kosong....pokoknya sejak kedatangamu aku semakin menderita....itu salahmu!!! kata si kayu.
         "Wuah...ya tidak bisa begitu...aku sendiri juga menderita tetapi aku tidak berteriak-teriak seperti kamu."
        "Hoi jangan membelokkan masalah, kamu," bentak si kayu. "Aku yang menderita kamu kok ikut-ikutan menderita...memangnya apa penderitaanmu?"
        Sang paku mencoba menjawab si kayu sambil mengelus-elus kepalanya.
        "Memangnya kamu saja yang merasakan tubuhmu sakit? Tidakkah kamu lihat kepalaku selalu dipukul palu terus menerus sampai  botak begini....aku pusing....aku pusing setiap kepalaku dipukul-pukul palu."
        Dan Si kayu tertawa terbahak-bahak melihat kepala sang paku yang botak mengkilap akibat pukulan palu.
        "Hahahahahhahahahaha....hahahahahahah....hahahahaha....kepalamu lucu?" kata si kayu sambil terus tertawa terbahak-bahak.
         Sang paku ikut tertawa. Ia senang melihat si kayu mulai bisa melupakan rasa sedihnya. Kini si kayu berhenti menyalahkan diri sendiri karena ada temannya yang ikut menderita seperti dirinya.
         "Sebenarnya kamu harus merasa bangga, Kayu," kata sang paku.
         "Apa maksudmu,  paku?" tanya si kayu tidak mengerti.
         "Sebenarnya semua pengorbananmu itu tidak seberapa dibandingkan dengan besarnya jasamu untuk seluruh dunia ini."
         "Hahahaha...jasa katamu? Jasa apa?!" tanya si kayu.
         "Begini, teman. Selama ini tubuhmu selalu dipotong-potong, digergaji, dihaluskan. Setelah itu tubuhmu direkatkan satu sama lain menggunakan paku. Dan setelah itu jadilah aneka jenis meja, kursi dan peralatan rumah tangga lain dengan bentuk yang indah. Namun, tidakkah kamu tahu bahwa dengan pengorbananmu ini kamu sudah menjadi bagian melahirkan para pahlawan, para ilmuwan, para peneliti, doktor, dokter, profesor dan masih banyak lagi profesi yang lain. Mereka bisa cerdas karena sebelumnya menuntut ilmu di bangku sekolah. Setiap hari mereka menuntut ilmu menggunakan tubuhmu. Coba bayangkan andai saja kamu tidak mengorbankan tubuhmu untuk dijadikan bangku dan kursi sekolah, maka mereka akan kesulitan menulis ilmu-ilmunya. Tentunya dunia keilmuan akan tidak bisa berkembang secepat ini."
          Si kayu hanya bisa diam mendengar penuturan sang paku. Dia kini sadar bahwa tidak seharusnya setiap hari dia menyesali diri. Seharusnya dia bangga karena sedikit pengobanannya ternyata bisa berperan serta memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
          "Benar katamu, teman. Buat apa kita menyesali diri sendiri pada setiap pengorbanan yang kita kerjakan. Ternyata setiap pengorbanan  tentu akan menghasilkan kebaikan yang tidak kita sadari sebelumnya," kata si kayu sambil merelakan tubuhnya dipaku untuk dijadikan bangku-bangku sekolah.



selesai,'
sumenep, 6 April 2013