Jumat, 17 Februari 2012

BALAS JASA SEMUT HITAM KEPADA BURUNG PIPIT

        Siang itu, ketenangan burung pipit dalam mengerami telurnya sedikit terusik, sebab ada seorang pemburu yang sejak pagi hari mondar-mandir sambil membawa senapan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri  mencari hewan buruan yang akan ditembaknya. Tentu saja burung pipit khawatir kalau saja dirinya yang akan menjadi sasaran tembak sang pemburu tersebut. Berkali-kali burung pipit berniat akan terbang menjauh, tapi niatnya dibatalkan ketika dilihatnya telur kesayangannya belum menetas juga. Jika sampai ia meninggalkan telur tersebut sekali saja tentu dirinya gagal melihat anaknya lahir. Dan telur tersebut tidak bakal menjadi burung pipit lagi.
       "Wah....bagaimana ini? Kalau sampai pemburu itu melihatku tentu aku akan ditembaknya dan matilah aku....Huuuu...bagaimana ini?!" gumam burung pipit resah dengan nasibnya. "Kalau aku terbang menjauh pasti telurku ini gagal menetas dan aku tidak bisa melihat anakku....huuuu....bagaimana ini."
        Burung pipit masih dalam kecemasan. Dia belai-belai telur yang ia erami. Berkali-kali ia pandangi telur tersebut dengan penuh harap agar segera menetas sehingga ia bisa secepatnya terbang menjauh agar tidak ditembak oleh pemburu. Ketika burung pipit mengintip sang pemburu untuk yang kesekian kalinya, kini hatinya makin gusar dan cemas sebab sang pemburu ternyata semakin dekat dengan tempatnya berada.
        "Aduuhh....sang pemburu semakin dekat saja dari rumahku ini," kata burung pipit dalam hati. "Kalau sekarang aku terbang tentu dia akan dengan mudah membidikku dengan senapannya. Kalau aku berdiam diri maka cepat atau lambat pasti dia akan mengetahui juga keberadaanku di sini. Yah, biarlah aku akan bersama telur kesayanganku saja! Bagaimanapun keadaannya aku harus tetap bersama calon anakku!" demikian kata burung pipit yang ingin tetap bersama calon anaknya bagaimanapun keadaannya.
         Ternyata dugaan burung pipit benar. Akhirnya. sang pemburu  mengetahui kalau di salah satu dahan pohon ada seekor burung pipit yang bertengger di sarannya dan bisa dijadikan sasaran tembaknya. Dan tidak berpikir panjang, dia segera menyiapkan senapannya. Dia mulai membidik burung pipit tepat di tengah tubuhnya agar tepat jadi sasaran tembak. Dan ketika senapannya akan diletupkan, tiba-tiba dia berteriak keras-keras....
         "Aduuuuhhhh.....sakiiiitttt....sakiiiitttt !" teriaknya. "Dooorr...." dan bersamaan dengan teriakan kesakitan sang pemburu terdengar juga letupan senjatanya. Ternyata saat dia merasa kesakitan tersebut bidikan senjata yang menuju burung pipit jadi melenceng. Konsentrasi sang pemburu buyar ketika dia merasakan kedua kakinya digigit oleh berpuluh-puluh semut hitam. Sang pemburu lari tunggang langgang menjauh dari tempat dimana burung bibit sedang mengerami telurnya.
         Burung pipit keheranan melihat kejadian tersebut. Kenapa sang pemburu batal menembak dirinya? Kenapa dia sekarang malah lari tunggang langgang? Ada apa sebenarnya?
         "Alhamdulillah....kita berhasil mengusir sang pemburu yang mau menembak teman kita, kawan," teriak semut hitam kepada laba-laba. "Benar, semut! Kasihan burung pipit kalau sampai tertembak sang pemburu. Dia khan lagi menanti kehadiran anaknya.. Dia butuh ketenangan."
          Di dalam sarang, burung pipit hanya tersenyum mendengar teriakan teman-temannya. Ternyata mereka telah bekerjasama untuk menyelamatkan dirinya dari tembakan sang pemburu. Ternyata laba-laba dan semut hitam juga mengetahui bahwa sang pemburu akan menembak dirinya. Maka secepatnya laba-laba membentangkan tali jaringnya ke tempat dimana sang pemburu berdiri agar bisa dijadikan jalan bagi semut-semut hitam memasuki bagian-bagian kaki sang pemburu. Dan begitu sang pemburu akan menarik pelatuk senapannya maka secara serentak semut-semut hitam menggigit kuat-kuat kaki sang pemburu. Sehingga usaha pemburu akan menembak burung pipit bisa digagalkan.
           "Terima kasih, teman-teman," kata burung pipit sambil terus mengerami telurnya. Sementara laba-laba an semut hitam tertawa senang melihat keberhasilan usahanya mengusir sang pemburu dari dalam hutan.



selesai,-


Moral Cerita : bila kita menolong sesama maka suatu saat kita pasti akan ditolong sesama juga disaat kita membutuhkan pertolongan.

Kamis, 16 Februari 2012

PERSAHABATAN BURUNG PIPIT, LABA-LABA DAN SEMUT HITAM

       Pagi itu udara sangat dingin, sebab semalaman langit terus menerus mencurahkan air hujan. Daun-daun dan permukaan tanah di tepi hutan masih basah. Sementara aliran air sungai lebih besar dari biasanya. Sehingga banyak daun dan ranting yang kering terhanyut ikut aliran air sungai.
       Di salah satu dahan pohon, nampak burung pipit berada di dalam sarangnya masih mengatupkan sayap untuk melindungi tubuh dari kedinginan. Dan tidak jauh dari sarang pipit ada seekor laba-laba berlindung di balik dedaunan sambil memperbaiki sarangnya.
       "Tolooongg....tolooongg....tolooonggg....!"
       "Tolonggg...toloooonngg...tolonnggg...anakku terhanyut aliran sungai!", demikian teriak Si semut hitam dari kejauhan memecahkan kesunyian pagi itu. Si semut hitam terus berlari di sepanjang tepi sungai. Dia menangis, resah dan cemas melihat anaknya hanyut terbawa aliran sungai. Oleh karena itu ia berteriak sekencang-kencangnya minta tolong teman-temannya untuk segera menolong anaknya tersebut.

FOTO : wikipedia
        Burung pipit dan laba-laba terkejut dan merasa iba mendengar teriakan si semut. Dan secepat kilat mereka mendatangi si semut hitam.
       "Memangnya anakmu sekarang ada dimana, semut?" tanya burung pipit.
       "Iya...anakmu kira-kira sudah sampai dimana, Semut?" tanya laba-laba pula.
       Si semut sulit untuk menjawab pertanyaan sahabat-sahabatnya. Ia terus menangis sambil tangannya menunjuk ke satu arah dimana anaknya berada. Anak semut nampak timbul tengggelam terbawa oleh aliran sungai.
       "Baiklah, teman!" kata burung pipit "Kamu tidak usah resah dan cemas...biar aku dan laba-laba akan berusaha menolong anakmu."
Kemudian burung pipit mengajak laba-laba untuk segera menolong anak semut. Mula-mula burung pipit memotong salah satu daun, lalu laba-laba mengikat daun tersebut dengan benang jaring yang dimilikinya. Setelah daun terikat kuat, lalu burung pipit membawa daun tersebut dengan paruhnya, sementara laba-laba telah siap bergelayutan di kaki pipi.
        "Kamu sudah siap, laba-laba?" tanya burung pipit
        "Siap....boss...ayo segera melaksanakan tugas mulia ini..." jawab laba-laba.
Maka seketika burung pipit terbang ke angkasa, sementara laba-laba bergelayutan di kaki kanannya. Burung pipit segera menuju sasaran dan berusaha mendekati anak semut yang terhanyut aliran sungai.
       "Hoiiii anak semut...kamu jangan resah dan cemas ya...kami segera menolongmu!" teriak laba-laba. "Sebentar lagi kami akan menjatuhkan selembar daun...kamu harus segera meraih dan naik ke atasnya yaaa....".
Dan segera burung pipit menjatuhkan daun yang dibawanya di samping anak semut. Sementara laba-laba mengendalikan laju daun agar bisa diraih anak semut.
      "Huppssss.....hupppsss....'" teriak anak semut sambil berusaha meraih selembar daun dan mencoba naik di atas permukaannya. Mulut anak semut menggigit tepian daun, sementara kedua kakinya dia dorong kuat-kuat untuk bisa berada di atas permukaan daun. "Eitsss....berhasil!" teriak anak semut.
       "Alhamdulillah....horeeee....horeeeee....horeeee....akhirnya kita berhasil menyelamatkan anak semut," teriak laba-laba dan burung pipit hampir bersamaan.  Kini laba-laba tetap menarik selembar daun yang dinaiki anak semut untuk dibawa burung pipit ke tepian sungai.
        Di kejauhan, Bu semut nampak bahagia sebab anaknya selamat dari aliran air sungai. Anak semut segera berlari mendekati ibunya dan tidak henti-hentinya larut dalam pelukan ibunya
        "Alhamdulillah....terima kasih teman-temanku!" katanya "Aku tidak bisa membayangkan seandainya tadi tidak ada pertolongan kalian. Dan entah harus bagaimana aku membalas kebaikan budi kalian. Jasa kalian tidak akan aku lupakan dan suatu saat aku akan membalasnya."
         Burung pipit dan laba-laba ikut tersenyum dan merasa bahagia melihat kebahagiaan yang dialami Bu semut hitam karena bisa berkumpul lagi dengan anaknya.
        "Ahhhh....Bu semut hitam ada-ada saja. Bukankah kita hidup ini harus saling tolong menolong. Dan sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong sesama. Kita hidup tidak boleh terlalu mementingkan diri sendiri. Tidak boleh egois. Tidak boleh masa bodoh dengan teman yang memerlukan bantuan kita. Siapa tahu suatu saat kita juga memerlukan bantuan juga"
         Bu semut hitam nampak bahagia, anak semut hitam terus bergelayutan di pelukan ibunya, sementara burung pipit dan laba-labapun ikut tertawa melihat tingkah polah anak semut hitam yang menggemaskan di pelukan ibunya.



selesai,-



Moral Cerita : Hidup di dunia itu jangan egois. Dan bersikaplah seperti burung pipit dan laba-laba
                        yang senantiasa ringan tangan bekerjasama dalam team 
                        demi satu tujuan membantu teman-temannya yang memerlukan bantuan.