gambar : agus karianto |
Suatu hari, ketika si kucing berjalan-jalan di pematang tambak, dia menemukan seekor ikan bandeng. Ukurannya cukup besar dan baunya harum. Dia lalu segera mengambilnya dan secepatnya lari menuju salah satu gubuk di pematang tambak. Berkali-kali ia memandangi ikan bandeng yang ditemukannya. Dan berkali-kali pula air liurnya keluar. Ia ingin segera menyantap ikan bandeng tersebut, namun seketika niatnya batal ketika ingat akan sahabatnya, si angsa, yang sekarang ada di rumah. "Wah, kalau saja ikan ini harus saya bagi dengan si angsa... tentu aku cuma mendapatkan setengahnya," demikian pikir si kucing. "Padahal ikan ini enak sekali. Andai saja aku membagi ikan ini sama besar...lalu aku dapat bagian ekornya maka si angsa akan dapat bagian kepalanya. Padahal kepala ikan adalah makanan yang paling aku suka. Andai saja aku dapat bagian kepala, sedangkan si angsa dapat ekornya, tentu aku kehilangan bagian tubuh ikan yang banyak dagingnya. Aduuhhh...bagaimana ini?" pikir si kucing kebingungan karena dia mulai punya sikap tidak adil dan tidak mau berbagi dengan temannya.
"Ah, biarlah aku tidak akan membagi ikan ini dengan si angsa. Toh, dia tidak tahu kalau aku menemukan ikan. Aku akan makan ikan ini secara sembunyi-sembunyi saja."
Lalu di kucing membawa ikan tersebut ke gudang pembuatan batik yang tempatnya cukup jauh dari rumah si angsa. Namun dugaan si kucing salah, ternyata si angsa juga ada di tempat tersebut untuk mencari makanan.
"Hai, kawan mau kemana?" sapa si angsa. " Wah... kamu dapat makanan yang lezat ya?"
Si kucing terkejut. Nyaris ikan yang dibawanya hampir terlepas dari gigitannya. Tubuhnya gemetaran karena niat buruknya ingin makan ikan sendirian akhirnya ketahuan si angsa. Dia berniat mau lari menghindar, namun si angsa segera menyusulnya. "Hoi, kucing mau kemana kamu dengan membawa makanan itu ?!" teriak si angsa. "Kamu mau menghindar dari aku ya? Kamu mau menikmati makanan itu sendirian ya? Kamu mau berbuat curang kepadaku ya?"
Si kucing tidak menghiraukan teriakan si angsa. Dia lari semakin cepat dan berusaha memanjat meja. "Di atas meja ini tentu si angsa tidak bisa mengejarku," pikir si kucing. Kini si kucing bersembunyi di balik ember berisi cairan lilin untuk membatik agar tidak kelihatan temannya. Sebaliknya si angsa hanya mondari-mandir ke sana kemari di bawah meja sambil menunggu si kucing turun.
"Sialan, si angsa tidak segera pergi juga!" kata si kucing dalam hati. "Bikin aku tidak tenang saja menikmati ikan ini." Lalu si kucing berfikir sejurus untuk mencari cara bagaimana agar si angsa segera pergi jauh-jauh. Tiba-tiba dia mengambil ember berisi cairan lilin dan perlahan-lahan ia menyiramkannya ke tubuh si angsa.
"Aughhh....panas...panas....dasar kucing sialan! Tidak bisa membalas budi! Awas...awas...awas...kamu ya....," demikian teriak si angsa sambil lari tunggang langgang mencari air untuk menghilangkan cairan lilin dari tubuhnya. Sementara si kucing lari menjauh menghindari ancaman si angsa.
Dan sejak saat itu setiap kali si angsa ketemu air selalu membenamkan tubuhnya ke dalam air sambil mengepak-ngepakkan sayapnya untuk menghilangkan cairan lilin dari tubuhnya sambil berkata : "Awas...awas...awas...". Sedangkan si kucing selalu ketakutan dan menghindar dari air, sebab ia takut bulu-bulunya terkena limbah cairan lilin di air yang digunakan si angsa mandi.
selesai,-
Moral Cerita :
persahabatan yang telah dibangun susah payah ternyata bisa berantakan akibat salah seorang memiliki sikap serakah, tidak mau berbagi dan lebih mementingkan diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar