Senin, 24 Februari 2014

KISAH BURUNG KAKAK TUA DAN SEMUT

ilustrasi : agus karianto
            Pagi itu, lereng gunung Kelud udaranya panas. Cuaca tidak seperti biasanya. Banyak hewan merasa  resah dengan perubahan cuaca hari itu. Sebagian burung, ular, kelinci, ayam hutan berlarian ke sana kemari. Tidak terkecuali seekor burung kakak tua yang bertengger di atas pohon jati. Hatinya resah. Dia berlompat-lompatan dari satu dahan ke dahan yang lain. Setiap kali berlompatan tidak lupa dia senantiasa menggigit tangkai dedaunan dan menjatuhkan ke atas tanah. Si burung kakak tua tidak menyadari bahwa akibat ulahnya menjatuhkan berlembar-lembar dedaunan ternyata menimpa kerajaan semut yang ada di bawahnya.
             "Hei, siapa yang berani mengotori kerajaanku !?" bentak sang Raja Semut. "Tumpukan dedaunan ini mengakibatkan kerajaanku tidak sehat karena sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam kerajaan."
             "Benar, paduka raja," kata rakyat semut. 
              "Semua ini akibat ulah si kakak tua."
              "Apa? Si kakak tua?" jawab sang raja.
             "Wah, berani sekali dia mengotori kerajaanku. Enak sekali dia menjatuhkan sampah dedaunan kedi kerajaanku. Kita setiap hari senantiasa menjaga kebersihan kerajaan agar lingkungan menjadi sehat tapi dia malah seenaknya saja mengotorinya dengan dedaunan-dedaunan ini," lanjut sang raja semut. "Wahai rakyatku, aku perintahkan kepada kalian untuk segera memanggilnya. Hadapkan dia kepadaku.  Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan seluruh rakyatku."
               Dan tanpa dikomando lagi maka berpuluh-puluh ekor semut bersiap-siap untuk bersama-sama pergi memanggil si kakak tua. Seluruh rakyat semut ikut jengkel dengan ulah si kakak tua.
               Namun tidak begitu lama ketika para semut akan berangkat pergi, tiba-tiba mereka mendengar bunyi seperti  hujan yang begitu deras disertai dengan lontaran batu-batu kerikil yang menimpa kerajaan mereka. Seluruh rakyat semut menjadi ketakutan. Mereka berlarian menuju rumah masing-masing untuk menyelamatkan diri. 
              "Hoiiiiii....semua masuk rumah....semua masuk rumah...selamatkan diri kalian masing-masing...sepertinya saat ini sedang terjadi hujan pasir dan hujan kerikil....ayo selamatkan diri kalian masing-masing...." teriak semut-semut sambil berlarian menyelamatkan diri. Dan dalam sekejap, semua semut telah memasuki rumah masing-masing. Akhirnya, suasana di luar kerajaan menjadi sunyi.Sepi.
              Di dalam rumahnya, semut-semut terus mendengar hujan pasir dan hujan batu kerikil semakin deras menimpa kerajaan semut. Seluruh semut semakin ketakutan. Mereka akhirnya menyadari bahwa saat ini gunung Kelud sedang meletus. Hujan pasir dan hujan kerikil yang dikeluarkan kali ini begitu dahsyat dibandingkan dengan tahun--tahun sebelumnya. Nyaris seluruh hutan tertimpa pasir dan kerikil. Rumah-rumah penduduk banyak yang rusak.
               "Heran, saat ini sedang hujan pasir dan hujan batu kerikil, namun kerajaan kita kok tidak kemasukan pasir dan kerikilnya, ya?" kata beberapa ekor semut keheranan.
               "Benar, kawan. Aneh ya....ternyata kerajaan kita sama sekali tidak tersentuh hujan pasir dan hujan batu kerikil gunung kelud. Ada apa ini?" seru semut yang lain keheranan.
                Kemudian beberapa ekor semut mencoba memberanikan diri keluar rumah.
               "Subhanallah!" teriak beberapa ekor semut saat berada di luar rumah.
               "Ada apa kamu kok teriak seperti itu, kawan?" tanya semut yang lain.
               "Coba lihat di atas kerajaan kita, kawan...apa yang kamu lihat di sana?"
               "Subhanallah...ternyata sampah-sampah dedaunan yang telah dijatuhkan si kakak tua bisa melindungi kerajaan kita dari hujan pasir dan hujan batu kerikil?'
               "Benar...rakyatku," kata si raja semut yang ikut menyaksikan keajaiban tersebut.
               "Ternyata hewan yang selama ini  kita maki-maki...kita anggap bodoh...kita anggap tidak sopan...kita anggap jorok...tapi ternyata dia memang telah dikirim Allah swt  untuk melindungi kerajaan kita dari keganasan gunung Kelud...dan akibat dia menjatuhkan berpuluh-puluh dedaunan di atas kerajaan kita ternyata ulahnya itu bisa menyelamatkan kita."
               "Benar...benar...benar...ternyata selama ini kita telah suudzon.Kita terlalu berprasangka burung kepadanya. Seharusnya kita patut berterima kasih kepada Allah swt yang telah mengirim si kakak tua untuk menyelamatkan kita."
               "Ayooo kita cari si pahlawan kakak tua itu....ayooo cari dia!"
               "Keeekkk...keekkk....keekkk...keekk..kekkk...Memangnya, siapa yang akan kalian cari?" terdengar teriakan dari balik dapur kerajaan. Dan seluruh semut serentak menoleh ke arah asal suara. Mereka yakin bahwa teriakan tersebut berasal dari mulut si kakak tua.
               "Hore....hore...horeee....ternyata si pahlawan kita ada di sini...si pahlawan kita masih selamat...hidup si kakak tua....hidup si kakak tua...hidup pahlawan kita...!!! teriak seluruh semut sambil menggandeng si kakak tua untuk dihadapkan ke hadapan raja mereka..
               "Alhamdulillah, apabila kalian semua bisa selamat," kata si kakak tua. "Kalian jangan terlalu berlebihan menyanjung aku sebagai pahlawan. Bukankah kita hidup di dunia ini harus saling tolong menolong."
               "Benar, kakak tua," kata raja semut. "Tapi kami layak berterima kasih kepadamu. Dan sekalian kami mewakili seluruh rakyat minta maaf kepadamu. Akibat ulahmu menjatuhkan berpuluh-puluh dedaunan kami sangka itu suatu tindakan jorok dan bodohmu. Tetapi ternyata akibat ulahmu kami bisa selamat dari keganasan hujan pasir dan hujan kerikil gunung Kelud. Selama ini kami telah salah sangka menilai kamu.Kami merasa bersalah karena senantiasa memakimu, menuduhkamu bodoh, jorok, dan panggilan kurang pantas yang lain. Apa jadinya dengan kerajaan semut apabila tidak dilindungi dengan dedaunan yang kamu jatuhkan itu. Maafkan kami."
              "Ya lupakan saja apa yang telah terjadi. Mari kita saling hidup rukun lagi untuk menyongsong masa depan bagi generasi penerus kita." kata si kakaktua sambil berjabat tangan dengan seluruh rakyat semut.



selesai,-


moral cerita : kejadian buruk yang menimpa kita terkadang merupakan usaha Allah swt untuk
                     menyelamatkan diri kita dari musibah, tetapi kita kurang peka menangkap
                     isyarat-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar