Selasa, 11 Desember 2012

KISAH SI BEBEK DAN BURUNG HANTU

Gambar : agus karianto


           Dahulu kala, hidup di kerajaan binatang terasa damai. Seluruh hewan saling sayang menyayangi. Hewan yang tua menyayangi yang muda, sedang hewan yang muda menghormati yang tua. Bahkan mereka suka hidup bergotong royong dalam melakukan setiap pekerjaan. Siapapun yang mendapat kesulitan dalam melakukan sesuatu pekerjaan maka hewan yang lain serentak beramai-ramai membantunya. Sehingga semua pekerjaan yang ringan akan cepat terselesaikan dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena mereka mengerjakannya bersama-sama. Mereka melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih apapun.
           Namun, akhir-akhir ini, kehidupan di kerajaan binatang terasa jauh berbeda. Antara hewan yang satu saling curiga mencurigai. Hewan-hewan tua enggan menyayangi yang muda, dan sebaliknya hewan-hewan muda sudah tidak menaruh hormat pada hewan tua. Hewan-hewan muda semakin berani bertindak tidak sopan kepada hewan-hewan tua. Rasa kegotong royongan dalam melakukan pekerjaan sudah mereka tinggalkan. Mereka lebih senang hidup menyendiri. Bila ada hewan yang kesulitan melakukan pekerjaan maka tidak ada seekor hewanpun yang ikhlas membantunya. Mereka lebih senang menjadi penonton saja terhadap kesulitan teman-temannya. Kehidupan di kerajaan semakin jauh dari rasa aman dan tenteram.
           Perubahan kehidupan yang jauh dari rasa nyaman di kerajaan binatang itu diakibatkan ulah Si Bebek yang jago gosip. Tiap hari si bebek selalu menyebarkan gosip dimana-mana. Seluruh hewan senantiasa menjadi bahan gosipnya. Sehingga antara hewan satu dan hewan lain terjadi salah faham bahkan tidak jarang terjadi perkelahian. Bila antara hewan satu dan hewan lain terlibat adu mulut dan akhirnya berkelahi maka si Bebek menjauhi mereka. Si bebek takut dikeroyok hewan-hewan karena akibat ulahnya mereka sampai berkelahi. Bahkan terkadang si bebek saling mengadu domba antara hewan satu dengan lain. Hewan-hewan tua berusaha diadu dengan hewan-hewan muda. Begitupun sebaliknya.
           Si burung hantu merasa resah dengan perubahan kehidupan di kerajaan binatang yang semakin tidak ada aturan. Dia tahu bahwa penyebab semua ini adalah akibat ulah si Bebek. Kemudian Si Burung memikirkan suatu cara bagaimana caranya memberi pelajaran kepada si bebek. Dia ingin menghentikan tingkah polah si bebek yang semakin menjadi-jadi.
          "Kalau ulah si Bebek tidak dihentikan, maka kehidupan di kerajaan binatang akan semakin amburadul," pikir si burung Hantu. Si burung hantu tahu bahwa setiap malam si bebek selalu tidur di bawah pohon tidak jauh dari rumahnya. Oleh karena itu,  menjelang gelap si burung hantu sudah bertengger di dahan pohon dimana di bawahnya tenpat si bebek tidur. Dan tidak berapa lama nampaklah si bebek pulang. Lalu si burung hantu berusaha mendekatinya.
         "Selamat malam, bebek," sapa burung hantu.
         "Hhohoho...selamat malam. Hei, kau rupanya si mata SIONG," jawab si bebek mengejek.
         "Wah kamu menghina aku, ya! Apa itu si mata SIONG?" tanya si burung hantu tidak mengerti.
         "Hehehehehe...si mata SIONG! Kalau siang matanya sipit kalau malam matanya plolong! Hahahaha..."
         "Memang keterlaluan kamu, bebek," kata burung hantu. "Semua teman-temanku pasti kau hina, kau fitnah, kau adu domba seperti itu. Pantas mereka saling curiga antara satu dengan yang lain."
         "Ya salah mereka! Kenapa mereka bodoh sehingga bisa saling berkelahi. "
         "Jangan begitu, bebek! Mereka juga teman-temanmu, jadi kamu harus melindungi mereka..."
         "Apa? Melindungi hewan-hewan yang tidak cerdas seperti mereka? Puih...tidak mau ya. Bahkan mereka pantas menerima hadiah akibat kebodohannya."
         "Hei, bebek! Tidak pantas kau berkata seperti itu! Sekali lagi aku peringatkan agar kamu jangan melakukan hal-hal tercela kepada teman-temanku. Kalau tidak mau....maka.....kamu akan mendapat celaka akibat ulahmu sendiri"
         "Memangnya ada apa dengan kamu ini? Sok usil ngurusi urusan teman! Kamu jangan mencoba-coba mengancam aku, ya Burung Hantu! Atau kamu menantang berkelahi dengan aku ya!?" bentak si  bebek.
         Si burung hantu tidak menjawab tantangan si bebek. Sebaliknya ia berusaha memanggil semua hewan agar mengetahui bahwa selama ini mereka telah mendapat fitnahan dan adu domba si bebek. Di hadapan si bebek dan burung hantu yang sedang berdebat, semua hewan hanya saling pandang sesama mereka. Ada rasa penyesalan di antara mereka. Ada rasa bersalah di antara mereka. Selama ini sikap mereka berubah akibat ulah si bebek. Ternyata si bebek telah menfitnah mereka, telah mengadu domba. Mereka merasa geram dan marah terhadap ulah si bebek. Mereka mau mengambil tindakan dengan mengeroyok beramai-ramai namun niat mereka dicegah si burung hantu.
         "Sabar kawan-kawan. Jangan main hakim sendiri. Biarlah si bebek yang mengeluarkan pendapatnya," seru si burung hantu meredam niat seluruh hewan yang mau mengeroyok si bebek.
         "Aku tidak terima apabila mendapat tuduhan seperti ini," kata si bebek. "Sebenarnya tujuanku baik. Aku ingin kalian tidak bodoh lagi...aku ingin kalian bersatu....aku ingin....,"
         Duuuuuuukkkkk....tiba-tiba ada sebongkah batu besar menimpa mulut si bebek. Entah siapa yang telah melemparkannya. Namun dilihat dari arahnya, tentu si burung hantu yang telah melemparkannya.
         "Aduuuhhhh...weekkk...wek..wek...wek!!!!" teriak si bebek kesakitan. Dia berusaha melepaskan diri dari himpitan batu yang menimpa mulutnya namun tidak bisa. Dia terus berusaha melepaskan diri dan akhirnya setelah menarik mulutnya kuat-kuat ia terbebas dari himpitan batu. Namun si bebek kembali berteriak dan merasa menyesal karena batu besar yang menghimpit mulutnya tadi ternyata membuat mulutnya menjadi pipih dan sulit menjadi bentuk semula. Si bebek kini sulit untuk berkata-kata lagi, karena setiap berkata-kata dari mulutnya hanya keluar bunyi : Wek..wek..wekk..wekk. Dan sejak saat itu, si bebek tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak bisa memfitnah teman-temannya lagi. Dia tidak bisa mengadu domba seluruh teman-temannya lagi. Akhirnya ia hanya bisa  menyesal dalam hati dan sambil kedua matanya berlinang air mata ia pergi menjauhi teman-temannya karena malu atas perbuatannya selama ini.
         "Itulah akibat kesombongan dan mulut yang senantiasa bergosip, memfitnah, dan mengadu domba teman. Pasti akan mendapat balasan sesuai perbuatannya," kata si Burung hantu. Dan seluruh hewan bersorak sorai tanda gembira. Mereka sadar bahwa sikap mereka selama ini salah akibat fitnahan dan adu domba si bebek. Akhirnya mulai saat itu mereka bersatu lagi. Hidup mereka menjadi nyaman dan tenteram.


selesai

sumenep, 12-12-2012

moral cerita :   tukang fitnah dan tukang adu domba biasanya berakibat fatal terhadap dirinya sendiri.

Selasa, 04 Desember 2012

KISAH SANG BANGAU DAN KODOK BUDUK

Gambar : agus karianto




          Dahulu kala, sang Bangau dan Kodok buduk berteman akrab. Kemanapun sang bangau pergi tentu si Kodok buduk turut serta. Dimana ada sang bangau pasti di sana ada si kodok buduk. Dalam hal pembagian makanan mereka senantiasa berbagi bersama. Setiap kali sang bangau mendapatkan makanan maka si kodok buduk akan mendapatkan jatah makanan. Hal ini berlangsung setiap hari. Namun, sang bangau terkadang merasa jengkel karena selama ini si kodok buduk tidak pernah berbagi makanan dengan sang bangau. Si kodok buduk merasa bahwa tanpa harus susah-susah bekerja dia senantiasa mendapat jatah makanan dari sang bangau. Akhirnya, lama kelamaan kebiasaan ini membuat si kodok buduk menjadi pemalas. Dia senantiasa menggantungkan hidupnya kepada sang bangau.
          Sang bangau sering mengingatkan kodok buduk agar tidak menjadi pemalas. "Kamu harus mencoba berusaha mencari rejeki sendiri. Berapapun besarnya rejeki yang kau dapat itu lebih mulia daripada kamu menjadi pemalas dan menggantungkan hidupmu pada pihak lain," demikian antara lain nasehat sang bangau kepada si kodok buduk. Namun semua nasehat sang bangau sama sekali tidak didengarkan si kodok buduk. Bahkan semakin lama si kodok buduk makin menjadi pemalas. Dia lebih suka tidur-tiduran di rumah sambil menunggu jatah makanan dari sang bangau. Hal ini membuat sang bangau menjadi jengkel. "Aku akan memberi pelajaran  si kodok buduk," pikir sang bangau.
          Siang itu, sang bangau sengaja tidak pulang ke rumah. Setelah mendapatkan beberapa ikan di tambak, makanan itu sengaja dihabiskan dipematang tambak sampai tidak tersisa. Ketika menjelang petang, sang bangau sengaja pulang ke rumah tanpa membawa makanan sepotongpun . Nah, saat melihat sang bangau pulang membuat si kodok buduk merasa senang sebab sejak pagi perutnya merasa lapar. Tidak ada sepotong makananpun yang masuk ke perutnya. Namun betapa kecewanya si kodok buduk karena ternyata sang bangau pulang tidak membawa makanan sepotongpun.
         "Aduuuhhh....kamu pulang kok tidak membawa makanan sepotong pun, sih? Perutku lapar nihhh!" kata si kodok buduk.
         "Iya...musim kemarau begini makanan semakin sulit didapat," jawab sang bangau.
         "Tapi...di tambak khan banyak ikan," kata si kodok buduk.
         "Iya ada ikan....tapi aku sulit menangkapnya," jawab sang bangau sekenanya.
         "Wah...kamu mulai bohong kepadaku, ya?" tanya si kodok buduk penuh kecurigaan.
         "Hei...rupanya kamu sudah tidak percaya padaku lagi, ya," jawab sang bangau. "Ya sudah kalau begitu. Aku capek...mau tidur saja."
         "Lalu bagaimana dengan perutku yang kelaparan ini, kawan? Aku makan apa hari ini? Di rumah tidak ada sepotong makanan pun. Aduuh.....lapar....lapaarrr..." teriak si kodok buduk.
Namun sang bangau pura-pura tidak mendengar keluhan temannya. Ia terus pergi tidur.

                                                                             ***
         Keesokan harinya, sebelum matahari terbit sang bangau sudah keluar rumah untuk mencari makanan lagi ke tambak. Si kodok buduk masih tidur. Ia sama sekali tidak tahu bahwa sang bangau telah  meninggalkan rumah. Ketika si kodok buduk terbangun, dia berteriak-teriak memanggil sang bangau.
        "Bangau...bangauuuu....kalau kamu pergi jangan lupa pulangnya membawa makanan yang banyak ya!!!" teriak si kodok buduk.
         Tentu saja teriakan si kodok buduk tidak bisa didengar sang bangau yang telah jauh meninggalkannya. Kini sang bangau sedang menikmati sarapan berupa ikan segar di tambak. Dan kali ini pula ia tetap menghabiskan makanannya di pematang tambak. Dia sengaja untuk yang ke sekian kalinya tidak membawa sepotong makananpun saat pulang ke rumah.
Dan untuk yang kesekian kalinya, si kodok buduk merasa jengkel karena saat sang bangau pulang tetap tidak membawakan makanan untuknya. Perutnya semakin kelaparan. Tenaganya semakin lemah.
         Keesokan harinya, si kodok buduk sengaja  mengikuti kemana sang bangau mencari makanan. Ketika sang bangau menuju pertambakan, ia tetap mengawasinya dari kejauhan. Dan betapa terkejutnya si kodok buduk, ternyata sang bangau selama ini telah berbohong kepadanya. Sang bangau ternyata dengan mudah mendapatkan makanan dan ia selalu menikmati sendiri ikan-ikan segar yang di dapat di pematang tambak. "Waaaahhh....tidak bisa dibiarkan hal ini terjadi. Aku selama ini telah dibohonginya. Aku harus mencari keadilan. Aku mau melaporkan pencurian ikan kepada sang Ratu ikan." kata si kodok buduk sambil berjalan menemui si Ratu ikan.
        "Selamat siang, Ratu Ikan," kata kodok buduk menyapa Si Ratu Ikan.
        "Selamat siang, Kodok Buduk," jawab sang Ratu. "Ada keperluan apa kamu datang kemari?"
        "Begini sang Ratu...aku tadi melihat sang bangau telah mencuri dan memakan anak buahmu. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Sebab wargamu bisa habis dimakan si bangau. Sang Ratu harus segera mengambil tindakan," demikian lapor si kodok buduk

        "Hah...benarkah informasimu itu, Kodok buduk." kata sang Ratu sedikit geram.
        "Benar sang Ratu...aku berani bersumpah," kata si kodok buduk meyakinkan ucapannya
        "Wah...benar katamu, Kodok Buduk. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Sebelum aku pergi ke tempat yang jauh, aku akan mengambil tindakan terlebih dahulu. Aku akan mengirimkan jagoan-jagoanku yaitu Ikan lele untuk menjaga keamanan ikan-ikan di sana. Dia memiliki dua senjata di mulutnya yang bisa digunakan untuk melukai kaki sang bangau. Tapi kami perlu bantuanmu untuk menyebutkan bagaimana ciri-ciri sang bangau itu, Kodok Buduk?"
        "Begini sang Ratu. Dia memiliki ciri-ciri, antara lain :  bulunya putih, paruhnya panjang, dan ciri khasnya dia memiliki kaki yang ukurannya panjang. Inilah keuntungan dia. Karena dengan dua kaki yang panjang dia bisa berdiri di atas tambak tanpa takut tubuhnya basah."
         "Ooooo itu saja ya ciri-cirinya. Nah. ikan lele, saat kamu menjaga air nanti tolong diperhatikan. Kalau ada dua kaki panjang berdiri di tambak atau di perairan manapun maka segera ambil tindakan. Gunakan saja senjatamu untuk melukainya agar teman-teman kita tidak habis dimakan sang bangau." kata sang Ratu sambil berenang pergi menjauh entah kemana. Namun tanpa mereka sadari, ternyata dibalik pohon bakau Sang Bangau rupanya ikut mendengarkan semua pembicaraan mereka. Sang bangau hanya bisa tersenyum.Kali ini sang bangau akan memberi pelajaran yang lain kepada si kodok buduk dan para ikan lele.

                                                                            ***
          Si kodok buduk merasa senang sebab kali ini ia memberi pelajaran sang bangau yang telah membohonginya. Oleh karena itu, ia cepat-cepat pergi ke pematang sawah untuk melihat dari kejauhan bagaimana nasib kaki temannya saat berdiri di tambak akan dilukai oleh ikan-ikan lele,sang penjaga air.
         "Ayooo...Bangau silahkan berdiri di tambak...ayo cepattt," gumam si kodok buduk ketika melihat sang bangau akan berdiri di tambak untuk menangkapi ikan-ikan segar.
Namun betapa kagetnya si kodok buduk, ternyata sang bangau saat berdiri di tambak hanyamenggunakan satu kaki saja. Sedang satu kaki yang lain dilipat ke badannya. Dan hal inilah yang membingungkan ikan lele. Sebab selama mereka bertugas menjaga air, tidak menjumpai dua kaki panjang yang masuk bersamaan di tambak. Dan taktik inilah yang membuat sang bangau senantiasa selamat dari serangan para penjaga air.
Sebaliknya si kodok buduk semakin jengkel dan pergi meninggalkan sang bangau untuk mencari makanan sendiri tanpa mengharapkan bantuan siapapun.
          Dan sejak saat itu dimanapun berada sang bangau bila mencari makan di perairan senantiasa melipat satu kakinya dan si kodok buduk senantiasa makan hewan kecil apa saja yang ditemuinya tanpa mengharapkan bantuan siapapun lagi.


selesai

sumenep, 5 Desember 2012

moral cerita : Rejeki yang diperoleh dari jerih payah sendiri
                     lebih mulia nilainya
                    daripada mengharapkan
                     belas kasihan orang lain.