Sabtu, 16 Juni 2012

SI JERAPAH YANG BAIK HATI

     Pagi itu,  Zebri si anak Zebra sedang bermain bersama teman-temannya. Ada Ikan Salmon, Si Landak, Teripang, Bintang laut, si Penyu dan Kepiting. Setiap hari, mereka selalu bermain bersama. Terkadang mereka bermain petak umpet, main tebak-tebakan atau berlomba lari. Tentu saja kalau diadu berlomba fisik seperti lomba lari maka si Zebrilah yang selalu menjadi juaranya. Walaupun Zebri masih anak-anak namun dibandingkan dengan tubuh teman-temannya dia yang memiliki tubuh yang lebih besar.
     "Tuhkan, aku menang lagi," kata si Zebri ketika memenangkan lomba lari pagi itu.
     "Aduuhhh....aku hampir saja mengalahkan si Zebri lho kali ini...tapi langkahku kalah banyak sihhh!" teriak si Landak.
     "Huuuu....ya jelas kalah dong, Ndak!...Saat berada di tikungan pertama saja kamu dapat aku susul!" seru Si Salmon.
     "Wah..wah..wah...aku lelah teman-teman, untuk lomba lari kali ini aku nyerah aja dehhh !" kata si penyu, bintang laut dan teripang nyaris bersamaan.
     "Hehehehehe...sebenarnya aku bisa menang lho," kata kepiting "Kakiku khan ada sepuluh, tapi saat aku masih siap-siap  kalian sudah membunyikan start...yaaa...jadi aku kalah dechhhh!"
    "Huuuu...kamu ini cari-cari alasan saja, Kepiting! Akui saja kalau kamu tidak bisa menandingi kehebatan larinya si Zebri dehhh!" sergah teman-teman si Zebri.
     Dalam hati, si Kepiting berpikir bahwa memang harus diakui bahwa si Zebri selalu menang dalam hal berlomba yang menggunakan fisik, namun untuk lomba yang lain mungkin dia harus mengakui kemenanganku. Dan saat itu si kepiting berusaha mencari ide jenis lomba yang tidak akan dimenangkan si Zebri.
     "Teman-teman," kata si kepiting "Setelah kita mengadakan lomba fisik, besok giliran kita berlomba yang lain."
      "Lomba apa itu, kepiting?" kata si teripang
      "Iya...lomba apa itu?" seru teman si kepiting yang lain.
      "Kali ini kita akan mengadakan lomba bercerita tentang keindahan pemandangan pantai! Siapa yang ceritanya bagus, dia yang akan menjadi juaranya! Bagaimana?"
      "Baiklah kalau begitu...aku setuju....aku setuju....setujuuuu!" teriak yang lain
       "Baiklah, karena hari ini sudah sore mari kita pulang. Dan besok pagi kita bertemu di tempat ini lagi untuk memulai pertandingan kita. Oke....selamat sore teman-teman...!" kata si kepiting sambil berjalan pergi meninggalkan Zebri dan diikuti teman-teman yang lain.

                                                                 *****
     Setelah satu persatu temannya pergi, si Zebri tidak beranjak selangkahpun dari tempatnya. Dia sedih dan menangis dalam hati  mendengar jenis lomba yang akan diadakan teman-temannya besok pagi. "Kenapa harus Lomba bercerita keindahan suasana pantai.?" pikir di Zebri.  "Uhhh, jangankan  bisa bercerita tentang pantai. Sejak aku lahir saja sampai sekarang melihat pantai saja aku tidak pernah. Bagaimana bentuknya, apa saja yang ada di sana sama sekali tidak aku ketahui. Lalu bagaimana aku bisa mengikuti lomba besok pagi? Uhhh...ada-ada saja si kepiting itu!"
     Semakin dipikirkan membuat si Zebri semakin sedih. Dia semakin putus asa dan ingin pergi jauh-jauh agar besok tidak malu karena tidak bisa menceritakan suasana pantai kepada sahabat-sahabatnya.
     "Huuuu...huuuu...huuuu....huuuuu," si Zebri mulai menangis sesenggukan. Ia berjalan ke sana kemari tanpa tujuan. Ia berpikir bagaimana caranya dia bisa melihat suasana pantai. Sepanjang jalan dia berdoa mudah-mudahan ada yang menolong dirinya.
     Tidak jauh dari tempat si Zebri, ada seekor jerapah yang sejak tadi memperhatikan tingkah si Zebri.
     "ho...ho..ho...ho....Assalamu'alaikum Zebri?" sapa Pak Jerapah.
     "Wa alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh, Pak Jerapah'" jawab si Zebri.
     "Ada persoalan apa  Kok kamu kurang ceria hari ini? kamu diganggu teman-temanmu ya?"
     "eee...tidak, Pak Jerapah! Teman-temanku baik semua kok."
     "Lalu...kenapa kok kamu bersedih begitu? coba ceritakan masalahmu, mungkin saya bisa membantumu."
      Mendengar Pak Jerapah ingin membantunya, membuat si Zebri kegirangan. Seolah ada harapan. Seolah ada jalan keluar agar ia tahu tentang seluk beluk tentang pantai. "Tentu Pak Jerapah lebih tahu banyak tentang pantai," pikir si Zebri.
     "Aku sedih, Pak Jerapah. Sebab besok pagi kita akan berlomba bercerita tentang suasana pantai. Nah, aku sedih karena sampai sebesar ini sama sekali tidak tahu apa pantai itu. Bagaimana bentuk dan apa saja yang ada di sana. Nah, kira-kira bisakah Pak Jerapah menceritakan tentang pantai , Pak?" rengek si Zebri.
     "Hemmm....sebenarnya aku tahu banyak tentang pantai. Tetapi sesuatu yang diceritakan dari orang lain itu berbeda hasilnya apabila kamu melihat suasana pantai sendiri," kata Pak Jerapah.
     "Maksudnya apa, Pak?"
     "Begini saja, kamu harus melihat suasana pantai sendiri...tidak usah aku yang menceriterakannya. Nah, dengan demikian kamu akan lebih leluasa menceriterakan suasananya menurut pengamatanmu sendiri."
     "Wah....Pak Jerapah...aku semakin tidak mengerti!"
      Pak Jerapah mengerti maksud si Zebri. Ia tidak mengerti sebab tidak tahu bagaimana caranya melihat suasana pantai yang jaraknya cukup jauh. Namun tiba-tiba Pak Jerapah menundukkan kepalanya dan mengangkat tubuh si Zebri. Betapa kagetnya si Zebri. Ia takut jatuh. Lalu dengan keempat kakinya ia berpegangan erat-erat ke leher pak Jerapah.
      "Paaaakkkk....aku takuuttt!" teriak si Zebri.
      "Tenang, Zebri! Bapak akan menjaga tubuhmu agar tidak jatuh."
      "Waaaaahhhhh.....waaaahhhh....waaahhh.....Pak! Aku melihat banyak air berwarna biru di balik hutan ini. Aku melihat sebuah dataran luas berwarna putih di pinggirnya. Dan aku lihat banyak air silih berganti bergerak berkejar-kejaran menuju dataran luas yang berwarna putih itu. Ouwww...airnya kembali ke tengah lagi....  Waouuuuuwww....indah sekali Pak Jerapah."
       Pak Jerapah hanya bisa tersenyum melihat si Zebri mulai mengenal suasana pantai saat itu.
       "Naaahhhh....itulah yang dinamakan pantai, anakku." kata pak Jerapah.
       "Indah sekali Pak suasana di sana!"
       "Terima kasih, Pak Jerapah! Entah bagaimana caranya aku harus berterima kasih kepada Bapak?!"
       "Sudahlah, anakku. Bapak juga ikut bahagia melihat kamu bahagaia. Bapak bersyukur masih bisa membantumu mengenal akan suasana pantai.Bukankah kita hidup ini untuk saling tolong menolong, anakku! Camkanlah itu. Kita hidup ini untuk saling tolong menolong. Bila kamu suka menolong temanmu maka suatu saat bila kamu ada kesulitan tentu ada saja yang akan menolongmu."
       "Baiklah Pak, terima kasih banyak atas nasehatnya."
       "Sama-sama, anakku. Dan pesanku lagi, tolong diingat-ingat semua apa yang kamu lihat tentang suasana pantai tadi. Jangan sampai terlupakan apa-apa yang telah kamu lihat tadi. Dan mudah-mudahan kamu akan bisa memenangkan lomba lagi."
        Si Zebri merasa gembira. Ia kini bisa tertawa senang karena telah mengenal apa itu pantai dengan segala suasana yang ada di sekitarnya. Besok pagi ia siap berlomba dengan teman-temannya lagi. Pak Jerapah ikut merasakan senang dengan keceriaan si Zebri, kemudian ia melanjutkan perjalanan pulang untuk menemui keluarganya.


 selesai..


moral cerita :
Semua persoalan tentu ada jalan pemecahannya. Sepanjang kita suka menolong sesama maka insyaallah suatu saat bila kita dalam kesulitan tentu akan ada yang menolong kita juga.         

Kamis, 14 Juni 2012

AYAM JAGO PAK DUDUNG



      Sore itu, halaman rumah Pak Dudung ramai sekali. Tidak terkecuali anak-anak, orang dewasa, bapak-bapak dan  ibu-ibu. Mereka  berdatangan karena ingin menyaksikan keindahan tubuh dan  kemerduan suara ayam jago yang baru dibeli Pak Dudung dua minggu yang lalu.
     Kabar tentang keindahan tubuh dan kemerduan suara ayam jago tersebut memang sudah terdengar hampir di seluruh penjuru kampung. Sehingga tidak heran apabila setiap hari halaman rumah Pak Dudung senantiasa ramai dikunjungi masyarakat hanya untuk melihat dan mendengarkan keindahan suara ayam jagonya Pak Dudung.
     Kegembiraan masyarakat melihat ayam jago Pak Dudung ternyata membuat iri dan rasa tidak senang  ayam jago-ayam jago kampung yang sejak lama tinggal di desanya Pak Dudung. Sebab kini perhatian para pemiliknya telah berubah terhadap mereka. Para pemiliknya kini jarang merawatnya lagi, jarang memandikannya lagi, jarang memberi makanan yang bergizi lagi kepadanya. Kini perhatian para pemilik ayam jago beralih kepada ayam jago milik Pak Dudung.
      "Wah, gawat kalau kita dibiarkan hidup begini, kawan," kata ayam jago kampung kepada sahabatnya.
      "Kita harus segera bertindak !" teriak ayam jago kampung yang lain.
      "Harus itu ! Tapi bagaimana caranya, kawan-kawan?"
      "Kita harus segera mengadakan demonstrasi....ya demonstrasi....protes kepada para pemilik kita !" seru yang lain.
      "Hahahaha....bagaimana caranya ? Apa kekuatan kita dan bisakah para pemilik kita mendengar keluh kesah kita ? Sementara kita masih banyak bergantung kepada pemilik kita dalam mendapatkan makanan...yaaa walaupun cuma makanan sisa tapi Alhamdulillah masih bisa menyambung umur kita !"
      "Pokoknya tidak bisa....kita harus protes...kita harus demonstrasi...para pemilik kita dusah bertindak yang kurang adil....para pemilik kita sudah menomorduakan keberadaan kita...kita harus protes !!!"
       "Protes ya protes...tetapi kita harus mengatur strategi agar keluh kesah kita didengarkan oleh para pemilik kita, kawan! Kita jangan cepat emosi!"
       "Lalu bagaimana caranya?"
       Kemudian seekor ayam jago yang tergolong senior mulai memberikan usulan dan pendapat kepada teman-temannya yang sudah tidak sabar dengan sikap pemiliknya.
      "Teman-teman," kata ayam jago senior memulai pembicaraannya. "Ternyata kehebatan ayam jago Pak Dudung yang banyak dikagumi para pemilik kita sebenarnya ada celah kekurangnnya yang bisa kita manfaatkan untuk memprotes pemilik kita."
       "Ada kekurangnnya, katamu, senior? apanya???!!!"
       "Begini, kawan. Ternyata ayam jago Pak Dudung hanyalah ayam jago pemalas. Dia hanya berkokok indah kalau dilihat oleh pemilik atau yang menyaksikannya. Sedangkan dia malas kalau berkokok waktu pagi hari karena dia selalu bangun siang hari. Nah...kelemahan itulah yang bisa kita manfaatkan, teman-teman!"
      "Maksudmu...kita tidak berkokok di pagi hari ya...?"
      "Tepat....kita akan protes kepada para pemilik kita dengan tidak berkokok di pagi hari agar para pemilik kita tidak bisa bangun pagi hari, sehingga mereka akan kesiangan untuk pergi ke sawah."
      "Siiipppplah....kapan kita lakukan, kawan?"
      "Ya...secepatnya...besok pagi saja...pokoknya semua ayam jago harus kompak....!"
      "Setuju....setuju...setujuuuuu.....setujuuuu....semua harus kompak !!!" teriak semua ayam jago kampung hampir bersamaan.
                                                               ***

      Pagi itu, semua ayam jago kampung memulai aksinya. Mereka diam seribu bahasa. Mereka semua menahan diri untuk tidak berkokok di pagi hari. Dan hal ini tidak diduga sama sekali oleh para pemiliknya. Para pemilik ayam jago kampung masih melanjutkan tidur. Mereka tidak sadar bahwa hari sudah semakin siang. Mereka lupa bahwa hari ini adalah hari penting untuk menanam padi di sawah.
     "Ya, ampun....hari sudah siang....bangun-bangun bangun....ayo kita segera ke sawah!" teriak bapak-bapak dan ibu-ibu
      "Kok bisa sih kita bangun kesiangan begini?" gerutu para bapak.
      "Sepertinya kita tidak mendengar kokok ayam jago kita? ada apa dengan ayam jago kita ? Apakah mereka sakit ?"
      "Iya, Pak! sepertinya ayam jago kita sakit sebab sudah dua minggu ini kita sama sekali tidak memperhatikannya. Kita jarang memberikan makanan lagi kepada mereka. Perhatian kita selama ini tertuju pada ayam jago Pak. Dudung."
      "Tapi...bukan hanya ayam jago kita yang tidak berkokok, Bu! Ternyata ayam jago milik Pak Ahmad, Pak Suto, Pak Rafli dan milik tetangga yang lain juga tidak berkokok pagi tadi!"
      "Apa mungkin mereka protes karena kita tidak memperhatikannya lagi ya ,Bu?!"
      "Ya...bisa saja itu, Pak! Bukankah ayam jago juga makhluk hidup yang membutuhkan perhatian juga. Kita telah mengekang kebebasan hidupnya  dengan memasukkan dalam kurungan dan seharusnya kita juga harus bertanggung jawab dalam memperhatikan kehidupannya dengan memberikan makanan yang berkualitas serta memperhatikan kesehatannya juga. Kalau kita sewenang-wenang mengekang kebebasan hidup makhluk hidup namun kita tega tidak memperhatikan kehidupannya maka kita termasuk orang dholim. Maka bisa saja mereka protes dengan cara mereka sendiri seperti yang kita alami sekarang."
     "Wah kita jadi rugi sendiri apabila mereka terus-terusan protes! Pekerjaan kita bisa porak poranda, nih!"
      Dan siang itu, para pemilik ayam jago kampung menyadari akan keteledoran sikapnya selama ini. Biarlah ayam jago Pak Dudung cuma bisa sebagai tontonan. Mereka cukup bersyukur dengan ayam jago kampung yang dimilikinya. Ayam jagonya bisa berkokok di pagi hari untuk membangunkan tidur mereka, sehingga mereka bisa bangun dipagi hari untuk bisa beribadah dan berangkat bekerja di sawah.
     Ayam-ayam jago kampung merasa senang. Mereka kini lebih diperhatikan pemiliknya. Mereka menghentikan protesnya. Dan setiap pagi hari, mereka kembali bersahut-sahutan saling berkokok untuk membangunkan orang untuk bisa bangun pagi hari agar orang-orang bisa beribadah dan berangkat pergi ke sawah di pagi hari.