Kamis, 15 Oktober 2015

HARI BEBAS POLUSI

gambar : agus karianto
            "Hoiiiiiiiiiiiiiii....teman-teman....ayo kumpul semua !!" teriak Pak Sapi kepada teman-temannya yang sedang main-main di tepi sungai. "Ayooo...kumpul ke sini....kumpul ke sini....".
            Mendengar seruan dan teriakan Pak Sapi maka semua hewan-hewan yang sedang asyik bermain-main menghentikan aktivitasnya. Mereka semua keheranan. "Ada apa nih kok Pak Sapi menyuruh kita berkumpul di sini?".
           Namun tidak begitu lama, anak sapi, anak kambing, Pak kambing, Pak Kerbau, si Pus Meong, si Imut Kelinci, Bu Sapi, Pak Jerapah, dan masih banyak lagi hewan yang lain bergegas mendekati Pak Sapi.
        "Hemmm...ada apa sih, Pak Sapi? Kok kita disuruh kumpul ?" tanya si Imut Kelinci.
        "Iya...nih Pak Sapi...mengganggu keasyikan kita bermain saja," sela anak kambing.
        "Padahal kita lagi main petak umpet...," sela anak kelinci. "Yaaa...akhirnya teman-teman yang masih sembunyi ikut keluar semua dech."
        "Bahkaaaan... aku tadi sudah melepas baju hendak berenang di sungai....yaa...akhirnya batal dech aku berenang..." kata pak kerbau.
         Pak Sapi hanya bisa tersenyum mendengar keluh kesah teman-temannya. Walaupun mereka merasa dongkol terhadap Pak Sapi tetapi mereka tidak mau melanggar perintahnya.
       "Aku minta pengertianmu ya, teman-teman," kata pak sapi memulai perkataannya. "Aku akan mengabarkan berita gembira buat kalian. Sebenarnya berita gembira ini buat kalangan manusia, tapi tidak ada salahnya kalau kita ikut bergembira juga."
      "Memangnya ada apa sih, Pak Sapi? Apakah kita akan mendapat hadiah istimewa yaaa?"
      "Barangkali kita akan diajak rekreasi gratis yaaaa, Pak Sapi?!"
      "Atau kita akan mendapat makanan istimewa? Mungkin  kita akan mendapat bakso, cwimie, rujak cingur, pangsit mie, es krim, nasi rawon....wuaaah enak tenan itu, Pak Sapi."
        "Hemmm....tenang..tenang...dengar dulu  kabar gembira yang akan aku sampaikan," sela Pak Sapi.
       "Teman-teman...di kampung kita sekarang akan mendapat pemimpin yang baru. Konon katanya, pemimpin kita  ini amat merakyat lho. Orangnya sabar. Dia lebih suka mendengarkan keluh kesah warga. Bahkan dia amat mencintai lingkungan dan suka akan kebersihan. Orangnya jujur dan semua warga amat senang bila bisa duduk bersama pemimpin yang baru ini."
        "Memangnya  ada hubungan apa dengan kita, Pak?"
        "Iya...dari dulu yang namanya pemimpin ya memang harus punya sifat begitu, Pak Sapi," kata Pak Jerapah. "Seorang pemimpin itu harus punya sifat amanah, cerdas, bisa melindungi rakyatnya, peduli sama kaum bawah termasuk makhluk Tuhan seperti kita-kita ini. Seorang pemimpin itu bukanlah seseorang yang suka obral janji, sombong, takabur, bermulut manis, seakan-akan peduli sama kaum bawah disaat mereka butuh dukungan saat berkampanye, tetapi saat dia terpilih menjadi seorang pemimpin mereka tidak bisa merealisasikan janji-janjinya  , iya khan?"
        "Hehehehehe...iya juga sih...banyak yang bertingkah laku seperti itu, Pak Sapi!"
        "Benar..benar...benar....kami sudah muak dengan janji-janji melulu!"
        "Semua calom pemimpin tidak bisa dipercaya semuanya! Mereka itu dikatakan pemimpin SOJAM!"
        "Wuahhh ada-ada saja pemimpin SOJAM? Apa maksudnya, Pak Keledai?"
        "Pemimpin SOJAM itu adalah singkatan dari pemimpin yang Suka Obral Janji Melulu!"
         "Hahahahahaha....hahahahhaha...hahahahahaha....Pemimpin SOJAM" teriak semua hewan sambil tertawa terpingkal-pingkal.
         Pak Sapi ikut tersenyum mendengar ada istilah baru tentang jenis pemimpin. 
         "Teman-teman..." kata pak sapi kemudian. "Pemimpin yang kita miliki sekarang berbeda. Dia amat merakyat. Dia disenangi rakyatnya. Dia cerdas. Berbudi luhur. Dia mau mendengar keluhan seluruh warganya. Dia adil tidak pandang bulu siapa salah akan dihukum. Coba lihat sungai di depan kita ! Dulu sungai ini kotor dan berbau, tetapi berkat pemimpin kita maka sungai ini menjadi bersih dan bisa kita buat berenang lagi."
          Semua hewan membenarkan apa yang dikatakan pak sapi.  Bersihnya sungai adalah salah satu bukti nyata kepemimpinannya.
         "Teman-teman....sebentar lagi kita akan menikmati hari dimana kita bebas berjalan di jalan raya manapun di daerah kita. Hari itu tidak ada lagi produksi asap dari kendaraan bermotor. Hari itu semua kendaraan bermotor tidak boleh berkeliaran berjalan di jalanan. Hari itu diharapkan udara di daerah ini benar-benar bersih. Tidak ada asap polusi yang ada di udara kita. Dan yang terpenting kita bebas bermain di jalan raya, bebas berjalan-jalan di jalan raya. Kita hanya diperkenankan naik sepeda. Hari itu kita akan menikmati kedamaian dan bersihnya udara."
          "Horeeee....horeeee....horeeee......kita bebas berjalan-jalan di jalan raya tanpa takut diserempet kendaraan bermotor. Kita bebas berjlan di jalan raya tanpa takut ditabrak mobil. Horeeee...horeee...."
          "Lalu kapan itu akan dilaksanakan , Pak Sapi?" tanya beruang.
          "Pelaksanaannya disesuaikan dengan hari bebas polusi dunia yaitu setiap tanggal 22 September"
          "Horeee....kita akan keliling kota sambil naik sepeda saja, Pak Sapi," kata pak Kambing.
           "Horeee...wah enaknya diadakan setiap hari saja , Pak Sapi agar kita bisa sehat karena setiap hari udara menjadi bersih dan bebas polusi."
           "Wuahh...ya nggak bisa setiap hari, pak Jerapah," kata pak sapi. "Memang seharusnya setiap hari kita seminimal mungkin mengurangi asap polusi. Namun, kasihan juga dengan mereka yang menggunakan alat bermotor untuk aktifitas sehari-hari. Sehari tanpa polusi saya kira sudah mewakili dan memberi kesadaran bahwa memang udara yang bebas polusi sangat menyenangkan. Dan kita setidak-tidaknya menjadi sadar bahwa udara yang bersih itu adalah tanggung jawab semuanya."
            "Benar, pak sapi! MENJADIKAN UDARA BERSIH DAN BEBAS POLUSI ITU ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA TANPA TERKECUALI. Dan bila udara bersih bebas polusi maka kita juga yang merasakan kebaikannya."
            "Pak sapi, aku ingin bersepeda keliling kota di hari bebas polusi. Dan aku ingin mengajak semua teman-temanku. Bolehkan, Pak?" kata si kambing.
           "Iyaa...silahkan...silahkan kalian mau melakukan aktifitas apa saja di jalan raya atau dimanapun berada. Kalian akan bisa menikmati udara yang bersih tanpa ada polusi udara di sekitar kalian. Dan kalian pasti akan merasakan betapa nikmatnya udara pemberian Tuhan ini apabila tanpa diganggu atau tanpa tercemar oleh polusi."
            Dan semua hewan gembira dan tidak sabar ingin menikmati hari bebas polusi yang diselenggarakan oleh pemimpin baru mereka yang bukan pemimpin SOJAM lagi..
           "HOoreee....kita siap-siap menyambut hari bebas polusi dunia setiap tanggal 22 September...."






SI LALAT YANG KURANG BERSYUKUR

gambar : agus karianto
   
       Pagi itu, di bawah sebuah pohon nampak seekor lalat sedang bersedih. Berkali-kali ia berjalan mondar-mandir sambil memperhatikan sekawanan lebah sedang mengumpulkan makanan dari bunga-bunga yang sedang mekar. Si lalat tertegun melihat cara para lebah mengumpulkan makanan sambil bernyanyi-nyanyi. Mereka bekerja dengan perasaan senang.
      Setiap seekor lebah telah selesai mengumpulkan makanan pada setangkai bunga maka akan digantikan oleh teman-temannya untuk untuk mengumpulkan sisa makanan yang masih ada pada bunga yang sama. Seluruh makanan yang dikumpulkan lebah akan ditaruh di dalam sarang lebah untuk dijadikan makanan larva lebah dan makanan ratu lebah .
       Di siang hari, tiba-tiba ada seekor lebah yang nampak kecapekan. Setelah mengumpulkan nectar-nectar bunga dengan alat hisapnya, dia langsung terbang menjauh karena dia terkejut melihat ada seekor lalat mendekatinya. Karena tubuhnya capek, maka sebagian nectar yang dibawanya terjatuh dan menimpa tubuh si lalat. Si lalat terkejut lalu dia ikut terbang menjauh. Tetapi karena tubuhnya kejatuhan cairan nectar maka dia sulit menggerakkan sayapnya. Si lalat mencoba membersihkan nectar-nectar di sayapnya dengan mulutnya.
     "Heemmmff..ufhh..uffht...nyam..nyamm..nyammm...." terdengar si lalat menikmati nectar yang menimpa tubuhnya. "Wuaahhh... ternyata rasa nectar ini enak sekali....manis lagi...pantas si lebah ramai-ramai mendatangi bunga yang mekar itu," demikian pikir si lalat. Dan ketika nectar di tubuhnya telah habis, si lalat terbang menghampiri si lebah yang kelelahan.
       "Hoiii lebah....lancang sekali kamu tadi menjatuhi tubuhku dengan nectar bunga itu?!" teriak si lalat.
        "Lho ada apa tiba-tiba kamu memarahiku, Lalat?" tanya si lebah.
        "Eeee...kamu sudah salah tapi mencoba pura-pura berlagak bodoh lagi! Memang si pelaku kesalahan selalu berusaha berlagak bodoh untuk menghindari tanggung jawab dari kesalahannya," jawab si lalat.
        "Sungguh aku tidak tahu kesalahanku, kawan!"
        "Aku tadi sedang istirahat, tetapi mengapa kamu menjatuhkan nectar bunga ke badanku? Itulah kesalahan fatalmu. Itu tidak sopan. Itu tidak punya aturan. Itu perbuatan dosa."
        "Wah, maaf kawan itu tidak sengaja. Badanku lelah. Aku tadi teledor membawa nectar bunga yang baru kuhisap sehingga sebagian jatuh menimpa tubuhmu. Maaf, ya ..."
        "Maaf..maaf...maaf...enak betul kamu mau lari dar tanggung jawab. Tidak bisa!!! Aku mau minta ganti rugi...aku mau minta keadilan !" kata si lalat. "Aku bisa memaafkanmu asal kamu bisa memenuhi 2 permintanku."
         Si lebah kebingungan dengan sikap si lalat. Namun karena dia ingin mendapatkan permintaan maaf agar tidak terjadi pertengkaran di antara mereka, maka si lebah menyetujuinya.
        "Lalu apa kedua permintaanmu itu, kawan ?"
        "Pertama, kamu harus menyerahkan semua nectar yang kamu bawa kepadaku."
         Lalu si lebah pasrah dan mulai menyerahkan semua nectar yang telah dikumpulkannya kepada si lalat. Kemudian si lalat mulai melahap nectar tersebut sampai tidak bersisa. "Lezaaaattttt," pikir si lalat.
         "Kemudian permintaanmu yang kedua apa, kawan?" kata si lebah.
         "Kamu harus menyerahkan dan memindahkan  sengatmu ke tubuhku," kata si lalat.
          Si lebah terkejut mendengar permintaan si lalat. "Ini mustahil bisa dilakukan," pikir si lebah.
Si lebah semakin kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi permintaan si lalat. Memindahkan sengat ke tubuh si lalat adalah suatu perkara yang sulit dilakukan. Mustahil. Tidak akan pernah terjadi.
           "Hei...malah bengong dan terlalu banyak mikir. Ayo segera laksanakan permintaanku agar aku bisa memaafkanmu."
         Saat si lebah sedang kebingungan menghadapi persoalannya, tiba-tiba muncullah si kancil. Si lebah merasa senang dan gembira. Lalu dia menceritakan persoalannya serta berusaha meminta saran  si kancil untuk bisa menyelesaikannya.
         "Baiklah, kawan-kawan...saya mau berdo'a minta petunjuk Tuhan dahulu untuk menghadapi permasalahan kalian," kata si kancil. Lalu si kancil mulai berdo'a.
         Selesai berdo'a, lalu si kancil berkata kepada si lalat.
         "Memasang sengat si lebah ke tubuhmu memang perkara sulit. Kamu harus ikut membantu si lebah melakukannya. Oleh karena itu, sekarang kamu harus berada di tengah tanah lapang dengan posisi menungging. Kamu tidak boleh bergerak sedikitpun. Apapun yang terjadi kamu harus tetap dalam posisi menungging agar si lebah bisa memasang sengatnya ke tubuhmu. Bagaimana? Kamu siap?" kata si kancil kepada si lalat.
        "Baiklah....aku percaya kepadamu, Kancil!" kata si lalat lalu terbang ke tengah tanah lapang dan mulai mengambil posisi menungging.
         Si lebah semakin kebingungan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ada cara apa lagi dengan si Kancil dalam menyelesaikan persoalannya. Dan tidak lama kemudian si kancil membisiki si lebah untuk melakukannya pekerjaannya sesuai dengan sarannya. Si lebah nampak tersenyum mendengar bisikan si kancil. Lalu si lebah mulai terbang tinggi. Dan dengan kecepatan tinggi dia terbang menghampiri si lalat yang sudah mengambil posisi menungging.
         "Crabbbb....sreeettttt...."
         "Aduuuuuuuuhhhhh sakiiitttt...aduuuhhh...sakiiittttt...sakiiittt....!!" teriak si lalat sambil lari tunggang langgang merasakan sakit di pantatnya akibat disengat lebah.
         "Kasihan si lalat....akibat keserakahan dan kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya akhirnya menuai akibat dari perbuatannya sendiri. " kata si kancil sambil berjalan melanjutkan perjalanan.

                                                                      selesai


moral cerita : bersyukurlah dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepadamu
                       jangan berusaha iri dengan apa yang telah dimiliki temanmu
                       Belum tentu apa yang dimiliki temanmu itu baik buat dirimu sendiri.