illustrasi : aguskarianto |
"Rakyatku semua," kata sang Raja memulai titahnya. " Hari ini kerajaan akan memilih duta kerajaan. Seluruh rakyatku boleh mengikuti sayembaranya. Bagi siapa saja yang berhasil memenangkan sayembara ini akan mendapat hadiah istimewa dari kerajaan. Semua fasilitas dan kebutuhan hidup akan ditanggung kerajaan. Selain itu, siapa yang menjadi pemenangnya berhak menggantikan kedudukan raja apabila sang raja wafat."
Mendengar titah sang raja membuat seluruh rakyatnya berkeinginan untuk memenangkan sayembara. Namun mereka belum mengerti apa jenis sayembara yang akan dilakukannya. Mereka saling berpandangan dan saling bertanya jenis sayembara yang harus mereka lakukan.
"Wah, pasti sayembaranya kita disuruh berkelahi dan siapa yang memenangkan perkelahian maka dialah pemenangnya," kata sang kelinci.
"Tapi...sepertinya bukan berkelahi, kawan," kata si tupai. "Bukankah sekarang pengawal sang raja adalah si Harimau yang perkasa...sang raja tidak perlu repot-repot mencari duta kerajaan. Dia khan lebih perkasa dibandingkan kita-kita?"
"Mungkin sayembaranya lomba makan. Bukankah duta kerajaan harus berkunjung dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Nah, dalam setiap kunjungan khan mesti ada makan-makannya. Oleh karena itu, duta kerajaan harus jago makan."
"Ngawur !"
"Barangkali lomba renang di sungai kerajaan. Itu yang masuk akal. Siapa yang cepat renangnya dia yang akan menjadi juaranya."
"Wah kalau lomba renang tentu enak dong sang ikan emas. Dia akan jadi juaranya. Bukankah dia cepat berenang. Ini namanya lomba tidak adil"
Tiba-tiba sang raja kembali berada di arena sayembara.
"Rakyatku," kata sang Raja. "Hari ini kerajaan akan mengadakan sayembara berenang di sungai!"
"Naaahhh, tuhkan benar kataku," kata si kura-kura. "Lomba tidak adil."
"Hush.!!! diam dulu ! Baginda raja sedang bicara!" bentak si kancil.
"Rakyatku. Setiap peserta harus berani menyeberang dari pinggir sungai menuju seberang sungai. Nah, siapa yang paling cepat dan berani berenang maka dia akan dinobatkan menjadi pemenangnya." Wah, betapa senangnya si ikan emas. Dia merasa akan keluar sebagai pemenang sebab dia khan jago renang. Namun sang raja masih melanjutkan pidatonya.
"Namun, kalau hanya sekedar lomba renang pasti ada salah satu peserta yang merasa tidak adil. Karena ada salah satu peserta yang jago berenang. Nah, tantangan terberatnya adalah di dalam sungai sudah dihuni oleh berpuluh-puluh buaya lapar yang siap memangsa siapa saja yang masuk dan berenang ke dalam sungai."
Betapa terkejutnya semua peserta sayembara mendengar penuturan sang raja. Semula nyali mereka besar namun mendengar bahwa di dalam sungai terdapat puluhan buaya lapar maka membuat nyali mereka ciut, lalu satu persatu mulai mengundurkan diri mengikuti sayembara
"Hiiiii....hiiiii....hiiiii....takut....takut...takuuuuut!" teriak mereka.
"Saya mengundurkan diri sang raja."
"Saya juga...saya juga....saya juga...saya juga...." seru yang lain.
"Hei, kalian belum mencoba kok sudah mau mengundurkan diri?!" seru sang raja.
Namun semua rakyat tidak menghiraukan teriakan sang raja. Mereka lebih menyayangi nyawanya daripada sekedar nekat menyerahkan hidupnya di mulut buaya-buaya kelaparan. Meskipun sang raja mengatakan bahwa buaya-buaya itu tidak berbahaya, namun para rakyatnya tidak mempercayai kata-kata raja mereka.
"Apapun titah dan alasan raja kami batal mengikuti sayembara! Kami lebih menyayangi nyawa kami daripada hanya sekedar mendapatkan kedudukan istimewa di kerajaan." kata rakyatnya.
Ketika semua rakyatnya mulai menjauh dari arena sayembara, tiba-tiba ada teriakan keras di pinggir sungai. Sang raja segera menuju sungai diikuti para peserta yang telah mengundurkan diri. Dan betapa kagetnya mereka melihat ada salah satu peserta sayembara yang sedang mencoba berenang diantara buaya-buaya kelaparan.
"Jadi si Monyet telah mencoba menaklukkan sayembara sang raja?" pikir teman-temannya.
"Heran...bukankah sang monyet takut dengan air? Lalu kenapa dia sekarang berusaha berenang di antara buaya-buaya kelaparan itu?" kata sang raja dalam hati.
"Hoi...terus Nyet....terus Nyet....Awasss...di sebelah kananmu ada buaya Nyet....!" teriak teman-temannya.
"Awassss....di belakangmu ada buaya Nyet....ayo renangnya yang cepat Nyet !"
"Ayo tinggal sedikit lagi, Nyet....!!!!"
Dan, ketika si monyet telah berada di pinggir sungai lalu melompat keluar sungai maka teriakan gembira seoah tiada henti-hentinya memberi selamat kepada si monyet. Si monyet berhasil memenangkan sayembara.
"Hore....hore...horeeee.....Hebat kamu, Nyet! Tidak kami sangka ternyata kamu benar-benar pemberani! Hidup monyet....hidup sang pemberani....!!!"
Si monyet hanya bisa garuk-garuk kepala merasakan kejadian yang menimpa dirinya. Sebenarnya dia sangat takut mengikuti sayembara seperti teman-temannya yang lain. Dia takut berenang apalagi di dalam sungai ada puluhan buaya kelaparan.
"Hei, Monyet...kenapa kamu nampak bingung begitu? Kamu sudah jadi pemenang sayembara kerajaan lho!" kata hewan-hewan yang mengelilingi si Monyet.
"Aku pemenang sayembara?" guman si monyet keheranan
"Iya Nyet...kamu tadi berenang sangat cepat di samping buaya-buaya kelaparan itu...!"
"Aku tidak mengerti kawan." kata si monyet.
"Lho sang pemenang kok tidak kelihatan gembira begitu?"
"Begini, teman-teman," kata si monyet. "Tadi sebenarnya aku juga takut mengikuti sayembara sang raja. Aku takut berenang di air. Aku takut dengan buaya-buaya kelaparan itu. Aku cuma heran siapa sebenarnya yang telah mendorongku ke dalam sungai tadi?"
Seluruh hewan nampaknya tidak mempedulikan alasan si Monyet. Mereka kini menghargai keberhasilan si monyet mengalahkan ketakutannya sendiri. Dan sang Rajapun akhirnya memenuhi janjinya memberikan hadiah istimewa kepada si Monyet.
Si monyet dengan senang hati menerima hadiah dari sang raja sambil terus berpikir : "SIAPA YANG TELAH MENDORONGKU KE DALAM SUNGAI TADI ?"
selesai ,-
moral cerita : rasa takut melakukan sesuatu terkadang perlu seseorang yang tega mendorong
memasukkan kedalam lautan ketakutan sehingga rasa takut dapat dihadapi
dengan mengerahkan segala potensi yang ada agar selamat.