Minggu, 15 September 2013

MONYET YANG SOMBONG

illustrasi : aguskarianto
       Siang itu,  kerajaan binatang akan mengadakan sayembara memilih duta kerajaan. Sang raja menginginkan duta kerajaan yang pemberani dan sanggup mengatasi tantangan seberat apapun. Sayembara ini bisa diikuti siapa saja dengan hadiah yang sangat besar dan istimewa. Oleh karena itu, dalam sekejap seluruh rakyatnya merasa tertarik ikut sayembara. Tidak terkecuali hewan kecil maupun hewan besar berdatangan ke kerajaan.  Mereka berniat mendaftarkan diri menjadi peserta agar bisa mendapat hadiah yang istimewa dari sang raja.
        "Rakyatku semua," kata sang Raja memulai titahnya. " Hari ini kerajaan akan memilih duta kerajaan. Seluruh rakyatku boleh mengikuti sayembaranya. Bagi siapa saja yang berhasil memenangkan sayembara ini  akan mendapat hadiah istimewa dari kerajaan. Semua fasilitas dan kebutuhan hidup akan ditanggung kerajaan. Selain itu, siapa yang menjadi pemenangnya berhak menggantikan kedudukan raja apabila sang raja wafat."
        Mendengar titah sang raja membuat seluruh rakyatnya berkeinginan untuk memenangkan sayembara. Namun mereka belum mengerti apa jenis sayembara yang akan dilakukannya. Mereka saling berpandangan dan saling bertanya jenis sayembara yang harus mereka lakukan.
        "Wah, pasti sayembaranya kita disuruh berkelahi dan siapa yang memenangkan perkelahian maka dialah pemenangnya," kata sang kelinci.
        "Tapi...sepertinya bukan berkelahi, kawan," kata si tupai. "Bukankah sekarang pengawal sang raja adalah si Harimau yang perkasa...sang raja tidak perlu repot-repot mencari duta kerajaan. Dia khan lebih perkasa dibandingkan kita-kita?"
         "Mungkin sayembaranya lomba makan. Bukankah duta kerajaan harus berkunjung dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Nah, dalam setiap kunjungan khan mesti ada makan-makannya. Oleh karena itu, duta kerajaan harus jago makan."
         "Ngawur !"
         "Barangkali lomba renang di sungai kerajaan. Itu yang masuk akal. Siapa yang cepat renangnya dia yang akan menjadi juaranya."
         "Wah kalau lomba renang tentu enak dong sang ikan emas. Dia akan jadi juaranya. Bukankah dia cepat berenang. Ini namanya lomba tidak adil"
          Tiba-tiba sang raja kembali berada di arena sayembara.
         "Rakyatku," kata sang Raja. "Hari ini kerajaan akan mengadakan sayembara berenang di sungai!"
         "Naaahhh, tuhkan benar kataku," kata si kura-kura. "Lomba tidak adil."
         "Hush.!!! diam dulu ! Baginda raja sedang bicara!" bentak si kancil.
         "Rakyatku. Setiap peserta harus berani menyeberang dari pinggir sungai menuju seberang sungai. Nah, siapa yang paling cepat dan berani berenang maka dia akan dinobatkan menjadi pemenangnya." Wah, betapa senangnya si ikan emas. Dia merasa akan keluar sebagai pemenang sebab dia khan jago renang. Namun sang raja masih melanjutkan pidatonya.
        "Namun, kalau hanya sekedar lomba renang pasti ada salah satu peserta yang merasa tidak adil. Karena ada salah satu peserta yang jago berenang. Nah, tantangan terberatnya adalah di dalam sungai sudah dihuni oleh berpuluh-puluh buaya lapar yang siap memangsa siapa saja yang masuk dan berenang ke dalam sungai."
          Betapa terkejutnya semua peserta sayembara mendengar penuturan sang raja. Semula nyali mereka besar namun mendengar bahwa di dalam sungai terdapat puluhan buaya lapar maka membuat nyali mereka ciut, lalu satu persatu mulai mengundurkan diri mengikuti sayembara
          "Hiiiii....hiiiii....hiiiii....takut....takut...takuuuuut!" teriak mereka.
          "Saya mengundurkan diri sang raja."
           "Saya juga...saya juga....saya juga...saya juga...." seru yang lain.
          "Hei, kalian belum mencoba kok sudah mau mengundurkan diri?!" seru sang raja.
           Namun semua rakyat tidak menghiraukan teriakan sang raja. Mereka lebih menyayangi nyawanya daripada sekedar nekat menyerahkan hidupnya di mulut buaya-buaya kelaparan. Meskipun sang raja mengatakan bahwa buaya-buaya itu tidak berbahaya, namun para rakyatnya tidak mempercayai kata-kata raja mereka.
          "Apapun titah dan alasan raja kami batal mengikuti sayembara! Kami lebih menyayangi nyawa kami daripada hanya sekedar mendapatkan kedudukan istimewa di kerajaan." kata rakyatnya.
          Ketika semua rakyatnya mulai menjauh dari arena sayembara,  tiba-tiba ada teriakan keras di pinggir sungai. Sang raja segera menuju sungai diikuti para peserta yang telah mengundurkan diri. Dan betapa kagetnya mereka melihat ada salah satu peserta sayembara yang sedang mencoba berenang diantara buaya-buaya kelaparan.
         "Jadi si Monyet telah mencoba menaklukkan sayembara sang raja?" pikir teman-temannya.
         "Heran...bukankah sang monyet takut dengan air? Lalu kenapa dia sekarang berusaha berenang di antara buaya-buaya kelaparan itu?" kata sang raja dalam hati.
         "Hoi...terus Nyet....terus Nyet....Awasss...di sebelah kananmu ada buaya Nyet....!" teriak teman-temannya.
         "Awassss....di belakangmu ada buaya Nyet....ayo renangnya yang cepat Nyet !"
         "Ayo tinggal sedikit lagi, Nyet....!!!!"
         Dan, ketika si monyet telah berada di pinggir sungai lalu melompat keluar sungai maka teriakan gembira seoah tiada henti-hentinya memberi selamat kepada si monyet. Si monyet berhasil memenangkan sayembara.
         "Hore....hore...horeeee.....Hebat kamu, Nyet! Tidak kami sangka ternyata kamu benar-benar pemberani! Hidup monyet....hidup sang pemberani....!!!"
          Si monyet hanya bisa garuk-garuk kepala merasakan kejadian yang menimpa dirinya. Sebenarnya dia sangat  takut mengikuti sayembara seperti teman-temannya yang lain. Dia takut berenang apalagi di dalam sungai ada puluhan buaya kelaparan.
          "Hei, Monyet...kenapa kamu nampak bingung begitu? Kamu sudah jadi pemenang sayembara kerajaan lho!" kata hewan-hewan yang mengelilingi si Monyet.
           "Aku pemenang sayembara?" guman si monyet keheranan
            "Iya Nyet...kamu tadi berenang sangat cepat di samping buaya-buaya kelaparan itu...!"
            "Aku tidak mengerti kawan." kata si monyet.
            "Lho sang pemenang kok tidak kelihatan gembira begitu?"
            "Begini, teman-teman," kata si monyet. "Tadi sebenarnya aku juga takut mengikuti sayembara sang raja. Aku takut berenang di air. Aku takut dengan buaya-buaya kelaparan itu.  Aku cuma heran siapa sebenarnya yang telah mendorongku ke dalam sungai tadi?"
            Seluruh hewan nampaknya tidak mempedulikan alasan si Monyet. Mereka kini menghargai keberhasilan si monyet mengalahkan ketakutannya sendiri.  Dan sang Rajapun akhirnya memenuhi janjinya memberikan hadiah istimewa kepada si Monyet.
            Si monyet dengan senang hati menerima hadiah dari sang raja sambil terus berpikir : "SIAPA YANG TELAH MENDORONGKU KE DALAM SUNGAI TADI ?"



selesai ,-

moral cerita : rasa takut melakukan sesuatu terkadang perlu seseorang yang tega mendorong
                     memasukkan kedalam lautan ketakutan sehingga rasa takut dapat dihadapi
                     dengan mengerahkan segala potensi yang ada agar selamat.

         

Senin, 02 September 2013

KISAH SIPUT DAN KURA-KURA

illustrasi : aguskarianto
         Siang itu, di pinggir sungai nampak seekor siput sedang duduk termenung. Berkali-kali dia menyesali  nasibnya. Dia sering menggerutu memikirkan bentuk tubuhnya yang berbeda dengan teman-temannya. Kebanyakan teman-temannya  bisa bermain sejauh-jauhnya, bisa lari kencang, bisa berlompat-lompatan, namun dirinya tidak bisa melakukannya. Jangankan bisa pergi ke seberang lautan, untuk berlari cepat saja dirinya tidak mampu. Apalagi gumpalan cangkang yang ada di punggungnya  menambah sulit dalam berjalan.
        "Uhhhh....gara-gara cangkang yang ada di punggungku ini menjadikan aku lambat berjalan....uuuhhhh," kata si siput ngedumel. "Kenapa aku dilahirkan dengan bentuk tubuh seperti ini? Kenapaaa? Tidak adiiilllll...Tuhan benar-benar tidak adiilll....huhuhuhuhuhu...aku jadi benci ..!!"
         Begitulah, setiap hari si siput senantiasa menyesali diri sendiri. Dia senantiasa menyalahkan sang pencipta yang telah membentuk tubuhnya seperti itu. Dia tidak mengetahui kenapa Allah swt memberi bentuk tubuh seperti itu. Dia tidak mengetahui kelebihan dirinya dengan bentuk tubuh seperti itu. Sesungguhnya setiap Allah swt menciptakan makhluk-Nya tentu dibekali dengan sebuah potensi besar yang tidak dimiliki makhluk yang lain.
         Siang itu, datanglah si kura-kura. Badan si kura-kura basah kuyup setelah seharian  berenang di sungai.
         "Assalamu'alaikum. Siput. Hohohohoho....kamu masih menghabiskan waktumu dengan  menyesali diri diri yaaa?" sapa si kura-kura. Si siput tidak menghiraukan sapaan kura-kura. Dia hanya diam. Mulut si siput digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan. Dia tidak mau berbicara dengan siapapun.
         "Wuahh...ada  yang mengucapkan salam kok malah tidak dijawab...dosa itu," lanjut si kura-kura sambil melihat siput yang masih terdiam.
         "Wa alaikumussalam !" jawab si siput ketus.
         "Hehehehe...jawab salam kok tidak ikhlas begitu...tapi nggak apa-apalah lumayan daripada gak jawab," kata si kura-kura. "Ada apa sih kok kamu setiap hari bersedih dan senantiasa berkeluh kesah... sepertinya kamu tidak mensyukuri pemberian Allah swt dengan tubuhmu yang cantik begitu?"
         "Apa katamu, kura-kura?" tanya si siput. "Kamu bilang aku cantik? Cantik apanya? Aku menyesal memiliki tubuh seperti ini...aku sedih memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan kalian...aku sediiihhhh...sediiihhhh."
          Si kura-kura tersenyum mendengar jawaban si siput.
          "Hei, ada teman sedih kok malah senyam-senyum begitu !"
          "Sebab kamu lucu, siput" jawab kura-kura. "Jadi selama ini kamu sedih karena memiliki tubuh seperti itu? Kamu sedih karena merasa tubuhnya jelek? Kamu sedih karena menganggap bahwa dirimu tidak memiliki potensi besar seperti teman-teman kita? Kamu sedih karena Allah swt menciptakan dirimu dengan tubuh seperti itu?"
          "Nah, kamu sudah tahu alasannya khan?"
          "Wah..wah..wah...pikiranmu picik, kawan," kata kura-kura.
          "Apa !? Picik katamu!? ini realita khan..ini kenyataan khan... bentuk tubuhku seperti ini?"
          "Benar kawan, bahwa tubuhmu diciptakan seperti itu tentu sang pencipta sudah memikirkan....sudah berpikir jauh ke depan...kamu pasti memiliki potensi  yang tidak dimiliki teman-teman kita...hanya saja karena kamu senantiasa berkeluh kesah sehingga waktumu menjadi mubadzir...sis-sia...kamu jadi terlambat mengetahui bakat dan kemampuan besar yang kamu miliki."
          "Ah...sok tahu kamu!" bentak si siput kepada si kura-kura.
          "Tapi benar, kawan. Kamu sebenarnya memiliki  keunggulan  yang tidak dimiliki teman-teman kita."
          Si siput terdiam. Ia terus merenungkan kata-kata si kura-kura. "Ucapan si kura-kura banyak benarnya juga," kata si siput dalam hati. "Selama ini waktuku sia-sia dan terbuang percuma. Aku terlalu banyak berkeluh kesah dengan kelemahan diriku. Aku tidak pernah memikirkan  bakat dan keunggulan diriku sendiri."
          Belum sempat si siput menyampaikan rasa terima kasih atas saran si kura-kura, tiba-tiba di kejauhan nampak seekor semut hitam berteriak-teriak karena  anaknya terhanyut di aliran sungai. Secepat kilat si siput menuju aliran sungai. Sesampai di pinggir sungai, lalu dia mengangkat tinggi-tinggi cangkangnya menahan derasnya air sungai. Ketika dia melihat anak semut hitam, segera tubuhnya bergerak untuk memasukkan anak semut hitam  ke dalam cangkangnya.
         "Alhamdulillah....akhirnya aku berhasil menyelamatkannya," kata si siput kegirangan.
         "Horeee...horeee...horeee.....hidup si pahlawan kita.. hidup Siput....hidup si pahlawan penyelamat kita...horeee," teriak semut-semut hitam lainnya yang ikut menyaksikan keberanian si siput melawan arus sungai dengan cangkangnya untuk menyelamatkan anak semut.
          "Terima kasih, Siput....terima kasih....entah bagaimana aku harus membalas jasa baikmu ini," kata pimpinan si semut hitam.
         "Ahhh...terima kasih kembali, teman-teman," kata si siput. "Bukan aku yang telah menyelamatkan kalian. Namun aku hanyalah makhluk yang menjadi sarana Allah swt untuk menyelamatkan kalian."
         "Benar Siput, tetapi bagaimanapun juga saat ini kamu sudah berhasil menyelamatkan anakku...kamu adalah pahlawanku ...hidup Pak Siput...hidup pahlawan kita...."
         Si siput terharu mendengar ketulusan ucapan pimpinan semut hitam. Air matanya menetes di pipinya. Dia terharu menerima sanjungan teman-temannya. Kini dia sadar, ternyata di dunia ini setiap makhluk  memiliki keunggulan masing-masing. Setiap makhluk yang diciptakan Allah swt pasti memiliki potensi, keunggulan dan bakat yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Kalau kita senantiasa berkeluh kesah dengan kekurangan kita maka tidak akan menemukan potensi, keunggulan dan bakat yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita.


moral cerita : jangan iri dengan kelebihan orang lain sebab Allah swt menciptakan Makhluk-Nya
                     pasti  berguna dan memiliki kelebihan dan bakat  yang berbeda-beda.

          


Minggu, 01 September 2013

AKIBAT SI ANGSA JAGO GOSIP

illustrasi : agus karianto
      Konon, di sebuah kerajaan binatang ada sepasang Angsa laki-laki dan perempuan yang punya kebiasaan jelek yaitu suka gosip dan selalu ingin tahu urusan teman. Nyaris, seluruh temannya pernah menjadi bahan gosipnya. Selain bergosip kedua angsa ini sering membuat fitnah yang disebarkan kepada siapa saja yang ditemuinya. Mereka tidak sadar bahwa fitnahan yang tidak ada barang bukti bisa melukai hati teman-temannya. Bisa menjatuhkan harga diri teman yang difitnah. Bukankah fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.
       Seluruh hewan merasa jengkel dengan ulah sepasang angsa ini. Namun mereka kurang berani mengambil tindakan sendiri karena takut dikeroyok mereka berdua. Konon, si angsa memiliki sepasang sayap yang kuat dengan ukuran bulu-bulu yang panjang dan berlapis lilin. Benda sebesar apapun kalau dihempaskan dengan kedua sayapnya maka akan terlempar jauh.
        Siang itu, nampak si Penyu menangis di pinggir sungai. Di kejauhan nampak si kura-kura mendekati sahabatnya yang sedang menangis. Si kura-kura ingin mengetahui mengapa sahabatnya menangis.
        "Subhanallah, jadi sekarang kamu yang jadi bahan gosip dan fitnahnya?" tanya si kura-kura kepada si penyu.
        "Benar, kawan," jawab si penyu. "Mereka memfitnah kita kalau kita ini adalah hewan yang terlalu banyak dosa sehingga tubuh kita diberi beban berat agar kita tidak banyak melakukan dosa lagi. Bukankah sejak lahir kita diciptakan seperti ini. Bukankah bentuk tubuh kita memang sudah dikehendaki Allah swt seperti ini ?"
        " Wah !Keterlaluan sekali mereka! Kita bersyukur diciptakan Allah swt seperti ini, tapi mengapa mereka kok sewot dengan menyebarkan gosip murahan seperti itu ? Kita senantiasa bersyukur kok dikatakan banyak dosa? Seharusnya merekalah yang suka bergosip dan menyebarkan fitnah yang berdosa. Menyakiti hati teman itulah perbuatan dosa. Menjengkelkan hati teman itulah perbuatan dosa."
       "Kita harus memberi pelajaran mereka !!" lanjut si kura-kura
       "Benar....kita harus memberi pelajaran agar mereka menghentikan perbuatannya. Meskipun banyak teman kita takut menghadapi sepasang angsa itu, namun kalau kita bersatu melawannya tentu bisa mengalahkannya juga."
        Kemudian si kura-kura dan si penyu mulai menyusun siasat untuk bisa bertarung dan menghadapi sikap jelek sepasang angsa. Mereka sepakat akan menantang si angsa bertarung  di hutan bakau.
         Pagi hari, si kura-kura dan si penyu menemui si angsa yang kebetulan ada di pinggir pantai.
         "Assalamu'alaikum angsa," sapa si kura-kura dan si penyu. Namun kedua angsa tidak menjawab salamnya. Bahkan keduanya mencibir atas kedatangan si kura-kura dan si penyu. Mereka berlagak sombong dan angkuh.
         "Ada apa kalian menemuiku, heh?" bentak si angsa.
         "Aku minta pertanggungjawaban atas fitnahanmu kepada kami," jawab kura-kura.
         "Hahahahaha....pertanggungjawaban? Pertanggungjawaban apa, hewan jelek!?"
         "Ya atas tuduhanmu itu."
         "Ogahhh aahhhh....tak uuk...yaaa"
         "Hei, angsa! Kalau begitu kau menantang kami untuk melakukan kekerasan ya? Ayo kalau berani hadapi kami berdua!" tantang kura-kura dan penyu.
        Kedua angsa saling tertawa mendengar tantangan berkelahi si kura-kura dan si penyu. Mereka nampak meremehkan kekuatan fisiknya. Mereka merasa takabur dengan kekuatan sepasang sayap di tubuhnya. "Dengan sekali kibasan tubuh si kura-kura dan si penyu akan tewas," pikir kedua angsa.
          "Baiklah...ayoooo....serang aku dulu kawan....," kata si angsa meremehkan sambil tubuhnya melayang ke sana kemari menghindari kejaran si kura-kura dan si penyu.
          Ketika kedua angsa meledek dengan menjulurkan lehernya ke arah si kura-kura dan si penyu, maka tiba-tiba si kura-kura dan si penyu menggigit mulut mereka dan menghimpitnya diantara kedua cangkang kura-kura dan penyu. Kedua angsa kaget dan kesakitan karena mulutnya terhimpit cangkang kura-kura dan penyu. Mereka lari tunggang langgang ke sana kemari sambil mengerang kesakitan. Tubuhnya meronta-ronta agar si kura-kura melepaskan gigitannya, namun usahanya tidak berhasil. Kedua angsa berusaha terbang di antara pohon-pohon bakau di tepi pantai sambil memukul-mukulkan tubuh kura-kura dan penyu ke ranting-ranting pohon bakau. Namun semakin kuat usaha kedua angsa berusaha melepaskan diri dari gigitan si kura-kura dan si penyu justru gigitan si kura-kura dan si penyu semakin kuat. Kedua angsa akhirnya mencari celah-celah pohon, lalu meletakkan lehernya di sela-sela pohon. Kemudian dengan sekuat tenaga mereka berusaha menarik lehernya kuat-kuat agar si kura-kura dan penyu bisa melepaskan gigitannya. Dan ternyata usaha sepasang angsa berhasil. Gigitan si kura-kura dan si penyu mulai melemah dan akhirnya sepasang angsa bisa membebaskan diri dari gigitan mereka.
          Sepasang angsa merasa gembira bisa lepas dari gigitan si kura-kura dan si penyu. Mereka tertawa terbahak-bahak dan akan berteriak meluapkan kegembiraannya. Namun mereka terkejut saat mulutnya tidak bisa digunakan untuk mengucapkan kata sepatah katapun. Kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya teriakan : NGAAAKKKK.....NGAAAAAAKKKK.....NGAAAKKKK.....NGAKKK...NGAKKK...
Ternyata pada saat mereka berusaha melepaskan gigitan si kura-kura dan si penyu mereka terlalu kuat menarik lehernya dari himpitan dahan pohon sehingga kini leher kedua angsa menjadi panjang dan sulit kembali seperti semula.
Mereka akhirnya menyesali diri.
          "Mungkin ini akibat perbuatan mereka suka bergosip dan suka memfitnah teman-temannya. Kini leherku jadi panjang dan sekarang aku tidak bisa bergosip dan memfitnah teman-teman lagi," kata sepasang angsa sambil  meneteskan air mata.


moral cerita : jangan suka bergosip dan memfitnah teman karena bisa berakibat fatal terhadap
                     diri sendiri.